Laporan
Warga Lambat Ditangani Polisi
<><> Namrole,
www.suaraburuselatan.com<><>
Belakangan ini aksi pencurian sangat marak terjadi
di Namrole, Ibu Kota Kabupaten Buru Selatan (Bursel). Maka dari itu, setiap
warga haruslah berhati-hati dalam mengantisipasi aksi liar para pencuri yang
diduga berkomplotan itu.
Bendahara Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Kabupaten Bursel, Yanes Siahaya bahkan menjadi korban pencurian sebanyak dua
kali, yakni sekali pada bulan Mei 2015 lalu dan terakhir pada 10 Juni 2015
lalu.
Hal itu diakui langsung oleh Sihaya kepada wartawan
di kediamannya, Rabu (24/6) meresponi langkah penanganan jajaran Polsek Namrole
yang dinilai lambat memproses kasus yang telah dialporkan oleh pihaknya itu.
Siahaya mengaku bahwa kronologis aksi pencurian
kedua yang dialaminya terjadi pada Rabu (10/6) subuh sekitar pukul 01.00 WIT.
Dimana, akibat aksi dua orang pencuri yang terekam di CCTV yang di pasang oleh
di rumahnya, pihaknya harus menderita kehilangan 1 unit labtop, 1 unit hardiks
dan 1 unit genset 1 Kg.
Sedangkan, pada kasus pencurian pertama yang
dialami, pihaknya harus kehilangan sejumlah uang gereja, emas milik istrinya
dan uang yang ada dalam celengan milik anaknya. Kendati saat itu ada labtop dan
Handphone, namun tidak diambil oleh pelaku.
Dimana, untuk kasus pencurian kedua kali tersebut,
Siahaya bersama istrinya dan anaknya memang berada di rumah, tetapi pelaku
diuntungkan lantaran saat itu Namrole sementara diguyur hujan deras dan aksi
yang dilakukan sudah sangat larut malam.
Dikatakannya, sesuai dengan rekaman CCTV yang telah
diserahkan kepada pihak penyidik Polsek Namrole, terlihat ada dua orang pelaku
yang terekam dalam CCTV tersebut.
Akan tetapi, katanya, pasca dilaporkannya kasus
tersebut Rabu siang ke Polsek Namrole, jajaran kepolisian setempat malah
menunjukkan sikap kurang pro aktif dalam menindak lanjuti kasus yang dialami
pihaknya itu.
“Istri saya melaporkan kasus ini tanggal 10 Juni
siang dengan harapan hari itu bisa mendapatkan bukti laporan dan diambil
BAP-nya, tetapi ternyata beberapa hari kemudian baru laporan keluar. Itu pun
masih terjadi kesalahan pengetikan, sebab harinya ditulis hari Sabtu tanggal 10
Juni. Padahal, yang benar adalah hari Rabu tanggal 10 Juni 2015. Setelah itu
polisi kemudian memperbaiki lagi laporan itu, tetapi sampai saat ini laporan
itu belum keluar. Berarti proses kerja polisi seperti inikan terkesan lambat,” ungkapnya.
Padahal, lanjutnya, dengan adanya rekaman CCTV yang
telah diserahkan oleh pihaknya kepada jajaran Polsek Namrole, penyidik dapat
dengan mudah mengungkap para pelaku pencurian itu.
“Berbedah dengan kejadian pertama ketika mereka
mencuri uang gereja, emas istri saya dan juga celengan anak saya itu tidak ada
barang bukti, tetapi kasus pencurian yang kedua inikan ada barang bukti berupa
rekaman CCTV, kenapa polisi lama dalam menyelidiki kasus ini,” tanyanya.
Lambatnya kerja polisi itu menimbulkan pertanyaan
bagi dirinya, apakah anggota Polsek Namrole ini punya skill atau kemampuan
untuk mengungkap kasus seperti ini ataukah tidak.
“Apakah hanya datang dan tanya-tanya saja, apakah
tidak bisa melacak sidik jari? Barang-barang itu ada ataukah tidak. Anggota
yang tangani kasus semacam itu punya kemampuan ada ataukah tidak, tetapi sepertinya
tidak ada. Berarti polisi disini juga perlu pembinaan dan pelatihan,” tuturnya.
Sementara itu, Siahaya pun mengaku bahwa, pasca
kejadian pencurian di rumahnya Rabu 10 Juni 2015 lalu, salah satu stafnya di
kantor bernama Feby Soleman pun kemudian menjadi korban pencurian pada Jumat 12
Juni 2015 lalu di rumahnya dan harus kehilangan labtop, uang dan HP sebanyak
dua unit.
Dimana, awalnya dirinya berfikir bahwa ada
keterkaitan antara kasus pencurian dirumahnya dengan di rumah stafnya itu,
tetapi ternyata tidak.
Sementara itu, terkait dengan penanganan kasus
pencurian yang menimpa Siahaya itu, Kapolsek Namrole, Kompol Kahar Soelefi
kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (24/6) mengaku bahwa pihaknya masih
terus melakukan penyelidikan guna mengungkap siapa pelaku pencurian itu.
“Memang sudah buat laporannya semua, sudah lakukan
pemeriksaan terhadap korban maupun empat orang saksi. Akan tetapi, kasusnya
masih dalam proses lidik,” ungkapnya.
Soelefi mengaku bahwa pihaknya telah mengantongi
bukti CCTV dari rumah Siahaya, hanya saja kualitas CCTV itu kurang baik alias
rendah sehingga agak menyulitkan pihaknya untuk mengenali kedua pelaku
pencurian di rumah Siahaya itu.
“Memang ada bukti CCTV, tapi kita belum tahu
pelakunya itu siapa dan kami belum berani mengambil kesimpulan dan memutuskan
si ini atau si dia. Sebab, kendati gambarnya dari semua sisi dan memang
terlihat mukanya, tetapi jika gambarnya disorot, ternyata gambarnya pecah dan
wajah pelaku tak bisa dikenali secara jelas,” ujarnya.
Namun, dari rekaman CCTV itu memang dapat diketahui
bahwa pelaku pencurian di rumah Siahaya itu berjumlah dua orang dan berkelamin
laki-laki.
“Memang diketahui keduanya laki-laki, satu orang
bertubuh tinggi dan satu orang bertubuh rendah, tetapi kita belum bisa
memastikan pelakunya orang Namrole ataukah dari luar Namrole,” tuturnya.
Mengakhiri keterangannya kepada wartawan Soelefi
mengaku bahwa belakang ini memang banyak terjadi kasus pencurian. Olehnya itu,
masyarakat haruslah berhati-hati sehingga tidak sampai menjadi korban aksi
pencurian tersebut. (SBS-01)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!