Namrole, SBS.
Begini
status Ohorela tersebut ‘Hari Sabtu, tanggal 9 September tahun 2006, Pa Ulis
Lesnussa bersama dua rekannya Pa Ismail Soulisa dan Pa John Lesnussa
meninggalkan Kota Ambon bertolak ke Buru Bagian Selatan untuk membawa misi
pemekaran kota kabupaten.
Rabu, 9 September 2015 kemarin, genap 9 Tahun sudah
kepergian tiga rang tokoh pemekaran Kabupaten Buru Selatan (Bursel) yang
dipanggil pulang oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mereka ialah Almarhum Ismail
Solissa, Almarhum Ulis Lesnussa dan Almarhum Jhon Lesnussa.
Tidak terasa, Kabupaten ini telah dinikmati oleh
banyak orang, tetapi yang jadi masalah, apakah keluarga ketiga tokoh pemekaran
yang harusnya kita sanjung sebagai Pahlawan Bursel ini telah menikmati buah
dari pemekaran itu ataukah buahnya hanya dinikmati oleh segelintir orang yang
haus kekuasaan dan kekayaan.
Bila membaca kutipan status account Facebook milik Christal Lesnussa alias Lisa, anak dari Almarhum
Ulis Lesnussa yang diposting Rabu (9/9) sekitar pukul 24.00 WIT bersamaan
dengan foto ayahnya Almarhum Ulis Lesnussa, rasa-rasanya bisa dikatakan bahwa
keluarga tokoh pemekaran Kabupaten berjuluk Bumi Fuka Bipolo ini masih
terabaikan hingga sembilan tahun kepergian orang tua mereka.
Berikut kutipan status Lisa tersebut “Sabtu 09-9
-2006..dengan rasa terpanggil pulg membangun bursel..dgn mnumpangi KM Amboina
Star..papa tercinta pamitan..akan berangkt ke bursel untuk adakan sosilisasi
daersh pemekaran d kecmtan leksula....nmun pp pergi takan perna kmbali
lagi..smpai tgl 11-09-2006...Anggota LPBS dtg mnemui kami istri dan ank2x.bahwa
ada ktemu mayat cba cek dlo..jg smpe bpa ulis....kami menarik ksimpulan ada apa
sebenarx...akhirx kami rela menerima kematian pp kmi tercinta krna semangatx
membangun bursel...tgl 13-09-2006.kami mndpat tlp.dr pa pdt desa ewiri bahwa
telah d ktemukn jenasah bpk ulis lesnussa...tgl 14 kmi berangkt k leksula untuk
mnjmput jnsah pp kami..bru ada informsi tlh d temukan jga 2 jenasah jga d desa
waemulang.yakni Bpk Jhon lesnussa.& ismail solissa..ketiga jensah d bwa k
ambon...kmi mrasa ada kganjiln yg terjdi..tp tuhan tdk buta untu mlihat
perbuatan tngan manusia yg mlskukanx... Dan hri ini tepat 9 thun papa kami
tercnta pergi mningglkn kami slmax....demikian kronologis perjalanan ini d
tulis ..WE LOVE U DAD”.
Ternyata status itu pun mengundang keprihatinan
dari sejumlah pemilik account Facebook
lainnya yang turut mengomentari status Lisa itu.
“B masih ingat ontua pung suara! pas mlm tgl 8.09 b telp ontua lah ada cerita2! Telp Isyen besoknya por ontua ultah lah tahu klu papa ada brkt ke bursel & brp hr kemudian dengar khabar yg sangat sedih klu ontua su ksh tinggal ktng semua! Semoga Papa Ani sudah tenang di samping Tuhan Yesus,” tulis account facebook atas nama Sharon May.
Bahkan, salah satu account Facebook bernama Imel Halauwet pun sempat bertanya kepada Lisa, apakah pelaku yang diduga menjadi otak meninggalnya ketiga tokoh pemekaran itu sudah diketahui ataukah belum. “Blm tau sp pelakux?,” tulis Imel namun tak dijawab Lisa.
Sementara itu, mantan Anggota DPRD Kabupaten Bursel yang juga Sekretaris DPD II Partai Golkar Kabupaten Bursel, Yohanis Lesnussa turut mengomentari status Lisa itu.
Dimana, pria yang biasa disapa Iki itu menulis seperti ini : Hari ini ada 20 orang yang menyandang lambang pemerintahan "lolik lalen fedak fena" yg terbuat dari emas 23 karat (DPRD Kab. Buru Selatan), dan ada ribuan orang menyandang lambang pemerintahan Kabupaten Buru Selatan menyandang lambang pwmerintahan yg sama tetapi terbuat dari kain (PNS Kab.Buru), tapi sejak 9 tahun yg lalu ade christal dan ade ade serta mama tercinta menyandang predikat anak yatim dan ibu janda untuk sebuah perjuangan alm bp ulis tercinta yang namanya perjuangan pemekaran kab. buru selatan, maka bersama ini kk anis mau sampaikan bahwa klu ade dong masih ada sampai dengan saat ini kk yakin cuman karena (1 Korintus 15:10) "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah aku ada sekarang, dan kasih karunia yg dianugerahkan~Nya kepadaku tidak sia sia.GBU
Dilain sisi, ternyata account Facebook atas nama Abdul Rasyid Ohorella pun turut memposting status Facebook Lisa tersebut distatusnya yang turut ramai dikomentari banyak account Facebook lainnya.
Begini
status Ohorela tersebut ‘Hari Sabtu, tanggal 9 September tahun 2006, Pa Ulis
Lesnussa bersama dua rekannya Pa Ismail Soulisa dan Pa John Lesnussa
meninggalkan Kota Ambon bertolak ke Buru Bagian Selatan untuk membawa misi
pemekaran kota kabupaten.
Tapi misi ketiganya harus berakhir di Kecamatan Leksula, karena suatu musibah
yg oleh adik iparku, Lisa juga masih menimbulkan tanda tanya. Namun Lisa dan
keluarga besarnya sudah mengikhlaskan kepergian bapaknya untuk suatu kebaikan
besar yg kini sdh dinikmati seluruh saudara di sana, yaitu Pemekaran Kabupaten
Buru Selatan. Beta sungguh yakin kalau Buce Seleky dan Tagop Sudarsono yg
menjadi penguasa di Bursel tidak akan melupakan jasa ketiga almarhum. Mari
katong sesama anak bupolo/bipolo menundukan kepala sejenak dan menengadahkan
tangan tuk mendoakan ketiga almarhum agar mendapatkan tempat yg layak di sisi
Allah,amin. Kami keluarga besar di Namlea dan Jikumerasa turut mendoakan untuk
Adik, Christal
Lesnussa dan keluarga atas kepergian Pa Ulis,amin.
Membaca status Ohorela itu, Ketua Pengurus Daerah (PD) Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bursel, Robo Souwakil turut mendoakan ketiga tokoh pemekaran Bursel itu. “Semoga amal ibadah mereka diterima disisi Allah SWT amin,” ucapnya dan turut disahuti oleh doa serupa dari account Facebook atas nama Iphul Souwakil yang dari dinding profilnya diketahui sebagai Pengurus HMI Kota Ambon ‘Smga jasa dn pengorbanan mereka yg bgitu besar utk bursel,dpat dilipatkan gandakan pahala mereka oleh allah swt dn menempatkan mereka di sisinya,amiin,” ungkapnya.
Sedangkan
mantan Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Maluku-Maluku
Utara, Hari Rada melalui
Acount Facebook-nya bernama Beta Poenk Harry Rada
turut mengusulkan ide positif guna mengenang ketiga tokoh pemekaran itu. “Untuk
dikenang sebagai tokoh dibalik pemekaran, sebaiknya Ketua dan elemen pemuda
Bursel lainnya mengusulkan nama mereka diabadikan di fasilitas - fasilitas
publik di namrole, semisal nama jalan, dll.. sekedar timbang saran saja ketua,
hehehe,” ujarnya.
Usul Rada ini ternyata didukung
oleh Iphul Souwakil. “Bt
sbgai generasi muda yg lahir dri rahim bursel,sngat spakat dngan usulan bg rada
it,kalau seperti it menandakan kita tak dngan mudah melupakan perjuangan mereka
terhadap bursel,mereka adalah para pejuang sejati yg perlu di teladani oleh
generasi saat ini,mereka pahlawan bursel, pahlawan yg relah mempertaruhkan
pribadinya,baik harta bhkan nyawa pung taruhannya, smua yg mereka lakukan it
hanya utk msyarakat bursel,” paparnya.
Sementara account Facebook atas nama Dois Waemesse yang mengomentari status
Ohorella itu malah menuding Pemerintah Kabupaten Bursel dibawah kendali Bupati
Tagop Sudarsono Soulissa dan Wakil Bupati Buce Ayub Seleky tak memberikan
penghargaan apa-apa atas jasa para tokoh pemekaran itu.
“Perjuangan mereka membawa bursel
kabupaten, namun perjuangan yang menelan nyawa itu tidak ada artinya di mata
pemirintah daerah, saya sangat berpendapat dengan kata Bung Beta Poenk Harry Rada
semestinya pemda dan Dpr harus sadar semua orang bisa betepuk dada kab burese
karna perjuangan mereka, apakah dari beliau bertiga ini anak2 nya di biyayai
daerah untuk bersekolah, ataukah ada perhatian lain kepada keluarga istria,
anak2 dan cucu2 mereka yang mereeka tinggalkan???? Di minta kepada semua pemerhati
publik agar dapat bertanya kedara Sudari Christal
Lesnussa anak dari korban yang punya foto terposting itu. Mungkin
ada penjelasan dari mereka secara gamblang dan transparan kepada public,” tulisnya.
Tak hanya sampai disitu, account Facebook atas nama Scezka turut menuliskan kisah terakhirnya bersama Ulis Lesnussa sebelum meninggal. “Tgl 8 september jam 1 sore Terakhir x sblm alm papa ulis ke leksula tlp saya"hanya bilang kepada saya."non nanti wisuda papa datang ingat kuliah baik"..papa dgn teman" mau ke leksula.. 7 x tlp tdk seperti biasax.ternyata pergi dan tdk kembali . Bagai pisau yg menyayat hati saya setelah terima telpon dari kk Christal Lesnussa bilang papa sudah tidak ada...Oh Tuhan rasax dunia mau kiamat.ketika beliau masih hidup .beliau di banggakan beliau di sanjung beliau di hormati ..Tapi kini setelah mereka tiada kel mereka tidak dia anggap oleh Pemda .bahkan alm.papa kamipun tidak di kenang .Luar biasa pemda BURSEL.. Sepeserpun uang dari PEMDA tidak ada yg membiaya anak dan cucu dari ALM JULIUS DARIUS LESNUSA dan JHON LESNUSSA..smoga saja merekaaaa para pemimpin yg nantix terpilih jgn senang di atas penderitaaan keluarga 3 tokoh pemekaran buru selatan....seandax saja kalian rasakan sperti kami..kalian bahkan tdk sanggup....jadi kalo tdk ada yg seng tau permasalahan ....tidak usah perkeruh suasana..kami kel korban yang lebih tau..(ank alm.Julius Lesnussa.),” urainya.
Sedangkan, account Facebook bernama Fandy Ivan, mengajak warga Bursel tak melupakan sejarah pengorbanan ketiga tokoh pemekaran itu. "Jangan lupakan sejarah, jika tak ingin di lupakan sejarah," tulisnya.
Account Facebook atas nama Elvis Lahallo pun turut mengaku sedih membaca postingan status itu. “Sedih juga..... tapi begitulah nasib b pung sdri Christal Lesnussa dan keluarga yg ditinggalkan,” katanya.
Sedangkan, account Facebook bernama Dudi Sahupala pun turut berkicau. “Mau harap orang laeng lia dong ??? Pikir jua tar ada. Prihatin ....,” ucapnya Dudi mengomentari.
Ohorella pun menimpali dengan berkomentar. “Beta
turut prihatin baca postingan adik Non/Scezka di atas. Beta hanya bisa doakan
agar bapak Ulis sdh mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT bersama almarhum
John dan Ismail, amin.
Tabah ya dik, mungkin Buce deng Tagop khilaf sehingga sempat lupa adik dan kaka Lisa, Mama serta basudara lainnya,” tulisnya.
Tabah ya dik, mungkin Buce deng Tagop khilaf sehingga sempat lupa adik dan kaka Lisa, Mama serta basudara lainnya,” tulisnya.
Menurut, Dois Waemesse, tanpa
campur tangan ketiga tokoh ini, Bursel belum bisa dinikmati sebagai Kabupaten
saat ini. “Tampa
mereka BURSEL tiidak ada, Tampa Merka Bursel tidak di kenal. Lalu apakah pemda
burse bisa dapat melupakan mereka begitu saja.............??? Mungkin khilaf
atau sengaja.??? Ataukah jabatan merubah sikap??? Mereka adalah pahlawan bagi
regenerasi bursel harap di kenang sejarah ini, jangan biarkan sejarah ini
hilang begitu saja,” paparnya,
Komentar para Account
itu pun kemudian dikomentari oleh account
Facebook milik mantan Panwas Kabupaten Bursel, Ahmad Wael. “Setiap Ulang
Tahun Kab. BurSel, mereka slalu dikenang Sbgai Tokoh & Pahlawan Pemekaran.
Bhkn nama-nama mereka sdh tercatat Sbgai nama jln di Namrole. Beta
Alm. Ismail Solissa pung Adik, merasa bangga dgn itu. Smoga
mereka mendapatkan tempat yg terbaik di sisiNYA. Amiiin,
...,” tulisnya.
Scezka pun menimpali dengan
komentarnya. “Dudi
Sahupala katong seng harap kk..tanpa bantuan dong kita bsa hidup....jd seng
harap par dong..,” paparnya.
Tambah Scezka lagi, “BIARLAH TUHAN
YANG BALAS PERBUATAN MEREKA...SMUA AKAN TERBUKTI MANA YANG AMBISI DAN MANA YANG
TULUS MEMIMPIN BURU. TUHAN TIDAK BUTA TAPI LEWAT KEJADIAN INI KAMI JADI
MENGERTI. KEL
TIDAK MAU BICARA BANYAK YANG PENTING KAMI SUDAH TAU SMUA. SUATU SAAT SMUAX AKAN
TERBONGKAR SMUA MATA AKAN LIHAT. doa kami tak henti"x smoga ke 3 alm..di
terima di sisix,” tambahnya seraya menambahkan lagi “Mks kk Abdul Rasyid
Ohorella Gb ur life..,”.
Account Facebook atas nama Mato Talabi pun menimpali dengan komentarnya. “Bt masih masih
ingga waktu kampnye Top-Bu jilid satu Di lapangan Elfule sala -satu Tim kampnye
dia blng bahwa ketika tuhan berkendaki Tagop dan buce jadi bupati dan wakil
Bupati bursel untuk menghormati pahlawan pemakaran di buat patong sebagai
simbol sejarah bursel dan di buat patong Bapa Dokter salim Alkatiri sang
perintis Bursel "Bukti rekaman kampnye Di lapangan elfule sampai hari ini
masih ada,” ceritanya.
Dois Waemesse pun kembali
angkat bicara. “Scezka
ade mainis, jangan berkecil hati pasti ada jawaban nya, pasti ada jalan
mencapai tujuan, doakan saja, mogah Allah membuka jalan, janji tampa ada
realisasi itulah janji belaka, mau janji jilid 2 lai ka apa tu,” ucapnya.
Scezka pun menjawab “Hahahaaaa itu lai kapa kk Dois Wamese
orang buru skarang su pintar mo dong su bisa liat mana yang jujur mana yang
Tulus..smoga kedepanx Bupati N pemda bekerja Takut akan Tuhan jangan karna
ambisi mo rakus la lain ksh susah lain..ingatang orang buru itu seng jahat
(papa z sllu mencritakan kebaikan orang BURU) jadi cukup jua periode kmareng .
periode ini kl nantx sudara" di percaya pimpin BuRU kerjakan dgn HATI N
IKHLAS,” ucapnya.
Christal Lesnussa alias Lisa
pun mengomentari status itu. “Llu apa betul patung atau monumen itu ada dan telah
d bangun? Klo istri dr Ismail solissa memang tlah d rangkul oleh Tagop solissa
smpe biaya pmkman sja d biayai oleh tagop. ...KAMI ATAS NMA KELUARGA KORBAN Bpk
JHON LESNUSSA DAN JD LESNUSSA SANGAT MNCINTAI ORG TUA KAMI.DAN TIDAK INGIN
MENJADI PENGHIANAT..NYAWA TIDAK DPAT D BYAR DENGAN UANG..TP NYAWA AKAN D BALAS
DENGAN HUKUMAN DR TUHAN..KITA AKN MENUNGGU WAKTU..TUHAN AKAN BERPERRKARA DGAN
CPAT..,” paparnya.
Dois Waemesse pun menambahkan,
“Orang
buru tidak pernah berfikir kredil, selalu Tulus, ihklas, dan tau
berterimakasih.orang tua kita dulu2 selalu mengajarkan kita tentang ihklas,
sehingga derah kita siapa saja datang akan di terima sebagai keluarga, ya itu
keluarga orang buru, kita sebagai regenerasi harus bangkit dan melawan
kezoliman ini, kita TUNTASKAN semua. Amien........,” tambahnya.
Ahmad Wael pun mengkritisi komentar-komentar tersebut. “Bt tdk bermaksud mencampuri, bt mau kasih ingat saja bhwa bt pung kk su tenang di alam sana, jangan libatkan Dia dlm Dunia politik yg penuh dgn cerita2 nakal saat ini. Jgn mengeluh disini, krn ini bkn tmpat mengadu dan mengeluh,” kritiknya.
Melkior Solissa, Kepala Bidang di Bappeda Kabupaten Bursel pun turut mengomentari status itu. “Iya sepakat untuk katong mendoakan katong pung bapak2 yg sdh meninggal dalam perjuangan untuk kesejahteraan masyarakat buru selatan. TAPI JANGAN PAKAI MOMEN UNTUK DI JADIKAN MUATAN POLITIK ....!! saudara Scezka hati tuang bt seng singgu saudra pung perasaan eeee,,,Cuma bt mau bilang dong yg komentar itu sudah ada motif politik di balik itu,,!!!,” tulisnya.
Scezka pun memprotes komentar Ahmad Wael. “Z rasa kami tidak mengadu kk Ahmad Wael tp koment kk di ats betulkah ke 3 tokoh itu namax sdh di patok nama jaln di namrole..or kah dlm perencanaan.. ini bukan cerita nakal dan ini bkn mengeluh..INI KENYATAAN..SMUA YANG TERJADI NYATA..,” tandasnya.
Lebih lanjut, Melkior Solisa pun menambahkan bahwa. “Katong ini samua ini kai wait yg satu lia yg laeng,,,jangan angkat masalah ini lalu ditanggapi dan dijadikan muatan politik yang profokatif,,,!!!,” katanya.
Dimana, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Provinsi Maluku, La Galep pun turut memberikan dukungan bagi komentar Melkkior Solissa itu. “Setuju pa Melkior Solisa,” ungkap mantan anggota DPRD Bursel itu.
Sedangkan, Dudi Sahupala mengaku bahwa berbagai komentar ini sebagai koreksi bagi Pemerintah Kabupaten Bursel maupun seluruh masyarakat di daerah ini. “Ini bagian dari koreksi bersama ... sg usah sampe muatan2,” ujarnya.
Scezka menambahkan, “Kk Melkior Solisa z jg tau kk...z bukan orng baru di politik....z balas cht berdasarkan apa yang di koment...INTINYA TIDAK USAH BICARA BANYAK ..BANGUN MONUMEN N NAMA JALAN YANG SU DI JANJIKAN WAKTU AWAL TAGOP N BUCE KAMPANYE SUPAYA KAMI KEL KORBAN RASA BANGGA BAHWA KEMATIAN MEREKA TIDAK SIA"....ITU SAJA..JANGAN CUMA NGOMONGX YG DI GEDEIN TAPI PRAKTEK NOL..,” paparnya seraya menambahkan bahwa apa yang disampaikan Dudi Sahupala benar adanya.
Karena semakin banyak orang yang berkomentar dengan berbagai latar belakang kepentingan, maka Christal Lesnussa pun angkat bicara soal tujuan status yang ia posting itu hanya untuk mengenang ayah tercintanya Ulis Lesnussa.
“Aduh maaf ya smua..kami awalx cmn mengenang kmbli kpergian org tua kmi..dan kmi utrakan apa yg kmi rasakan.. cmn krn tmbul komen2 ya gtu the jdix pnjg crtax,” tulisnya meluruskan.
Scezka pun turut meluruskan, “Hahaa itu sudah..hari gini mengeluh ...gak jaman keles...cukup mendoakan aja...smoga yang main pilitik kotor INSAF,” tulisnya.
Ahmad Wael pun menambahkan, : Jln Lintas Namrole - Leksula, sdh tercantum Nama bpk ku terkasih John Lesnussa. Kk Mail & Bpk Ulis Tersayang sementara di proses Nama Jln di dlm Kota Namrole. Jdi sdra ku scezka dan Chris jgn terpancing dgn nyanyiannya tmn2 yg sengaja mau jadikan kk dan bpk" kita Sbgai komoditas politik. Bt tdk bermaksud membela atau menyalahkan Siapapun. Bt cuma kasi ingat saja, bhwa jgn bawa bt pung sdra yg sdh pergi dariku utk selamanya di ungkap utk hal yg kurang tepat. Salam Hormat untukmu Christal Lesnussa dan Scezka. Gbu,” tambahnya.
Melkior Solissa juga berkomentar, “Semua bisa dilaksanakan nanti katong bisa saling koordinasi,,,yg penting sebagai kai wait katong bicara akang bae2,,,katong ini bukang orang laeng yg seng ada pung perasaan par orang tua2 yg sdh meninggal, katong sangat prihatin dan jg punya rasa tanggungjwb untuk itu,” ucapnya.
Scezka pun menimpali dengan komentarnya, “Kk sayang Ahmad Wael kami tidak
terbiasa terpancing dgn hal"bgni..sperti yg z kk Christal
Lesnussa bilang kami cuma mengenang alm.papa kami..tidak ada UUD
yang melarangkan untk mengenang yg sudah wafat??..kmi bls cht berdasarkan
koment basudara smua..ini dunia maya kami tau aturan mainx..okey kk sayang slam
hormat lai par sudara smua...,” terangnya.
Scezka pun menambahkan dengan
mengomentari status Melkior Solissa. “Kk Melkior Solisa
baguslah klo bgt..klo yg lain msh pny perasaan..dan turut prihatin dan penuh
rasa tanggung jawab.....ok slm hormat buat kel,” katanya sambil menambahkan lagi. “Tpi koq br skrng ya di proses nama
jalanx..kk Ahmad Wael
knp tdk dr dlu pemkab perhatikan sayang sx ya..prosedurx kan gampang,” tambahnya.
Account Facebook atas nama La Ode Suryanto menambahkan, “Mengutip kata bung karno jaket
merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah . beta bukan mau campur tp sd
shrsxa mereka yg merelakan nyawaxa dmi kesejahtran bursel dan membuka ruang keterlosian
beta selaku anak yg di lahirkan dari bursel sangat memberikan bxak terima kasi
pd tiga tokokh tersebut semga mereka semua mendapat tempat yg layak
diasana...Amin. Kemudian beta selalu betharap jgn kita terlalu bxa mengasumsi
pel poliyik sehingga kita ofor dosis...?,” tulisnya.
Sedangkan, Ahmad Wael pun turut
menambahkan. “Maksud
awal comentnya sangat mulia, tapi coba liat ada yg sengaja membelokkan,” dan disahuti oleh Scezka. “Biar dong belok
la dong mo jth rame"k jurang...,” tulis Scezka.
Ahmad Wael pun menambahkan, “Nama-nama jalan
utk ketiga tokoh dan pahlawan pemekaran itu sdh slsai. Tapi
klo mau bikin patong yg Mato Talabi
bilang itu, Nnti lain kali jua ka apaeee, ...! soalnya itu blm masuk dlm agenda
prioritas pembangunan Bursel,” tulisnya.
Scezka pun menyindir Ahmad
Wael. “Hahaaaaa
simpang akang par korban brikutx jua. Pas ksh msk di agenda la tgl biking
patung jua,” kicaunya.
Dois Waemesse pun menambah
komentarnya, “Kenapa
dari dulu, ko baru skarang, dan kenapa bisa bahasa rasionalisasi keluarga untuk
berpendapat??? Apa bukan sebalik nya??? Yang komen semua ber kapasitas wartawan
emang nya kenapa Ahamt Ahmad Wael
jangan terlalu berkelakar, tidak ada yang membelok atau apa??? Apakah tidak
boleh mereka berpendapat???? Lalu apakah teman2 semua bisa bertanggungjawab
dengan janjo patung dan nama jalan tu???? Blm ada ko,” paparnya.
Ahmad Wael pun menimpali, “Bursel itu di
bangun dari Hutan jadi Kota. Sama dgn pertumbuhan manusia. Dimulai dari bayi,
anak", remaja dan seterusnya. Siapapun Bupati & Wakilnya,
akan membangun sesuai dgn tahapan itu. Kalo mau lebih
cepat, belajar di guru 1 dia pung nama Sim Sala Bim,” paparnya.
Dois Waemesse pun menyahuti
Ahmad Wael. “Jangan
alihkan ka bim salah bim dulu, kita fokus kepada seruan anak2 korabban, kalo
bung melkior Solisa dan Ahmad Wael
merasa almahrum bang mail udah di perhatikan keluarga nya kenapa harus
rasionalisasi yang lain, mereka punya hak yang sama, , biarkan saja mereka
bicara,” ujarnya.
Melkior Solissa pun
menambahkan,
“Kai
Dois Wamese
eeee,,,,ssnte rahek eeee,,,!!! Bara psefek eeee,,,,!!! Masalah
samo gebaeee,,,,ko mau cra mo sapa laet eeee....!, Kaloa
mosapan hai ,,,,gega eee,,, Ka sefen la sane geba,,,,!!!!,” tulisnya yang ditimpali oleh Scezka. “Keep silent..”.
Sementara itu, Ahmad Wael pun
menambahkan. “Dong
bicara bagus ooo,.. hanya saja, dong Blum sempat Sama-sama dgn Ktong yg ada di
Namrole ini par bagandeng tangan sama" karja par bangun daerah ini to bung
Dois Wamese
ee.. sehingga keinginan yg kita harapkan blm bisa tercapai,” tuturnya.
Dois Waemesse pun mengomentari
komentar Ahmad Wael itu. “Ade Ahmad Wael
selaku penyelenggara pemilu tidak boleh berpihak, kenapa harus ada permintan
untuk Scezka
kan itu tidak ada kaitan nya dengan politik praktis, hanya mereeka sebagai
keluarga korban meminta taransparansi pemda terkait ayah mereka yang meninggal
dalam memperjuangkan Bursel menjadi kabupaten,” paparnya.
Scezka pun menambahkan, “Betul kk Dois
Wamese kami minta transparansi dr pemda...krn sdh 9 tahun kepergian papa
kami..tdk ada 1 pun orang pemda or yg wewenang di sn yg datang liat kel
kami..cm mo say hello tdk ada 1 pun..apalg dgr kbr tentang perkmbngn pemda.kami
cm di dgr dr kel kami yg domisili di sn. Seolah olah alm.kel JD.n Jhon di
lupakan..kenapa saya bilang bgt karna Fakta...ini bukan Curhat...KENYATAAN.kami
tidak meminta jabatan untk kel korban..tapi kejelasan pemda yg kami butuh..kami
senang kalo pemdax bekerja dgn baik..artx tidak sia"perjuangan ayah
kami....SYA BERHARAP SUDARA,OM DAN KK YANG AMBIL ADIL DLM PEMKAB DI CHAT INI
BISA MENGERTI YANG KEL KAMI MAKSUD...PAHAMI DAN SAMPAIKAN KEPADA PIHAK YANG DI
ANGGAP TERHORMAT. DANKE,” tandasnya.
Ahmad Wael pun melanjutkan. “Dong pung coment
itu paleng bagus. Krn apa yg dong rasa bt lai rasa..
Hanya saja, ada coment lain yg sdh berbeda dari tujuannya. Apa yg kk Dois Wamese mau minta soal transparan. Tanyakan itu ke pemerintah Bursel biar maksudnya tercapai. Trus sekalian lia nama" jln yg sdh terpasang di penjuru kota Namrole lai... salam kangen kk dois,” tambahnya.
Hanya saja, ada coment lain yg sdh berbeda dari tujuannya. Apa yg kk Dois Wamese mau minta soal transparan. Tanyakan itu ke pemerintah Bursel biar maksudnya tercapai. Trus sekalian lia nama" jln yg sdh terpasang di penjuru kota Namrole lai... salam kangen kk dois,” tambahnya.
Dari status ini, tentu komentar para Account Facebook ini masih akan terus berlanjut. Tetapi, intinya, jasa
ketiga tokoh pemekaran Kabupaten yang kental dengan hidup Kai Wait itu
janganlah dilupakan, termasuk keluarga mereka. (SBS-02)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!