Masa pendukung Calon Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Buru Selatan (Bursel) nomor urut 1, Rivai Fatsey-Anthon Lesnussa
(HIKMAT) mengamuk secara brutal di tiga Desa di Kecamatan Ambalau tersebut,
yakni di Desa Selasi, Elara dan Siwar pada Sabtu (12/12) malam.
Akibatnya, sekitar 30 rumah warga pun turut menjadi
korban amukan dan tak bisa ditempati lagi. Bahkan, insiden tersebut memaksa
puluhan pendukung Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bursel nomor urut 2,
Tagop Sudarsono-Ayub ‘Buce’Seleky (TOP-BU) harus mengungsi dan menyeberang ke
Kecamatan Namrole, pusat Kabupaten Bursel guna mencari perlindungan atas amukan
massa pendukung HIKMAT itu.
Devisi Logistik KPU Kabupaten Bursel, Ismuddin Booy
kepada Suara Buru Selatan, Minggu
(13/12) malam mengaku bahwa pihaknya sangat mengutuk keras tindakan brutal yang
dilakukan oleh pendukung pasangan HIKMAT tersebut.
“Saya mengutuk keras tindakan brutal yang dilakukan
itu. Karena agama apapun tidak menangjurkan penggunaan kekerasan terhadap
sesama manusia,” tegas Booy.
Lanjut Booy, proses rekapitulasi perolehan suara
pasangan calon dilakukan di Kantor PPK Ambalau pada pukul 09.17 WIT dan selesai
pada pukul 18.47 WIT dengan perolehan suara pasangan HIKMAT sebanyak 5.609 dan
pasangan TOP-BU sebanyak 1.366 suara.
“Rekapitulasi berlangsung dari pagi sampai sore,
malamnya itu baru pembakaran body tuna dan pengrusakan rumah warga. Kacaunya di
tiga kampung, yakni Elara, Selasi dan Siwar. Kejadiannya tidak bersamaan dengan
proses rekapitulasi, kejadiannya baru terjadi kurang lebih pukul 21.00 WIT,”
ujar Sekretaris PGRI Kabupaten Bursel tersebut.
Menurut Booy, ketika proses rekapitulasi baru
dimulai, saksi pasangan HIKMAT kemudian meminta agar proses rekapitulasi bisa
berjalan di depan Kantor PPK Ambalau, tetapi pihaknya bersama saksi pasangan
TOP-BU maupun Panwas tidak menghendaki dan tak menyetujuinya.
“Karena pertimbangan saya waktu itu tentang tempat
dan jadwal rekapitulasi berdasarkan ketentuan undang-undang itu, kita rekap di
tempat yang telah ditentukan. Sebab, dari aspek dan jaminan keamanan diluar itu
tidak ada sama sekali untuk anggota PPK maupun saksi yang lain,” ujarnya.
Dari situlah, lanjut Booy, terjadi tarik ulur yang
panjang, maka pada pukul 10.00 WIT, pihaknya kemudian menskors proses
rekapitulasi itu sekitar 30 menit. Setelah di skors itu, rekapitulasi
diteruskan sampai pukul 13.00 WIT dan kemudian diskors lagi untuk makan siang,
tetapi kemudian saksi pasangan HIKMAT pun menghilang dan walk out tanpa alasan
saat proses rekapitulasi akan dilanjutkan.
“Setelah perekapan dari Desa Siwar, Desa Selasi,
Ulima dan Lumoy selesai dan setelah akan kita lanjutkan lagi untuk tiga Desa
lain, ternyata saksi HIKMAT sudah tak ada lagi tanpa alasan dari mereka.,”
ungkapnya
Olehnya itu, berdasarkan pertimbangan dari Panwas,
maka proses rekapitulasi kemudian diskors lagi untuk menunggu kehadiran saksi
pasangan HIKMAT selama 1 jam. Tetapi, saksi HIKMAT tak kunjung datang sehingga
proses rekapitulasi tetap dilanjutkan hingga pukul 18.47 WIT.
“Jalan sampai selesai pada pukul 18.47 WIT dan di
tutup oleh Ketua PPK dan kita bubar. Selanjutnya, mulai ada teriakan. Saya
tidak sempat lagi ke rungan PPK dan berdasarkan kondisi malam itu, maka saya
buatkan satu nota ke Danton Brimob sebagai catatan untuk mengevakuasi kotak
suara malam itu juga, sebab ada kekuatiran jangan sampai dibakar dan kotak
suaranya sudah diamankan di Kantor KPU Bursel saat ini,” terang Booy.
Sebab, katanya lagi, kondisi malam itu sudah sangat
tidak terkendali dan banyak orang yang datang dengan berpenampilan ninja dalam
jumlah besar dan melakukan pengrusakan sehingga ada sejumlah rumah yang rusak
dan tak bisa ditempati lagi.
“Ada sejumlah rumah yang dirusak, pertama itu rumah
Ahmadan Loilatu, rumah Pak Camat Ambalau (Morad Loilatu-red) dan sejumlah rumah
lain. Bahkan, saya pun ikut terjebak disana hingga pukul 04.00 WIT hari Minggu
pagi baru diantar secara diam-diam ke Namrole,” tuturnya.
Sementara itu, dari sumber lain menyebutkan bahwa
selain rumah milik Morad Loilatu dan Ahmadan Loilatu, ada sejumlah rumah lain
yang turut dirusak massa pendukung HIKMAT, diantaranya rumah milik Saiful
Loilatu.
Dimana, akibat dari kejadian itu pun, sedikitnya ada
30 orang pendukung TOP-BU yang terpaksa mengungsi ke Kecamatan Namrole untuk mencari
perlindungan bersama dikirimnya kotak suara Pilkada dengan menggunakan speed
boad dan body tuna untuk dibawa ke Kantor KPU Bursel.
Kapolres Buru AKBP Popy Yugonarko saat kembali dari
Ambalau tadi malam mengaku kepada Suara
Buru Selatan mengaku bahwa akibat kejadian itu, kurang lebih 30 rumah warga
di Desa Selasi, Elara dan Siwar telah dirusak.
“Ada kurang lebih 30-an rumah warga yang dirusak.
Sebagian besar rumah yang menggunakan atap, semuanya rusak karena di lempar
pakai batu. Diantaranya tempat tinggalnya anggota PPK dan rumah Pak Camat juga
rusak berat,” kata Yugonarko.
Walau begitu, dirinya mengaku belum menahan para
pelaku dan maih menelusuri sepak terjang para pelaku sebagaimana nama-nama yang
telah dikantongi guna diselidiki keterlibatannya.
“Kita sudah kantongi nama-nama dan akan kita
telusuri. Kalau memang terkait adat ya kita serahkan untuk disekesaikan secara
adat, tetapi kalau sudah melanggar hukum ya pasti kita proses secara hukum,”
terangnya.
Sebab, katanya lagi, saat kejadian itu listrik
sementara padam sehingga wajah para pelaku yang dalam jumlah massa itu tak bisa
dikenali. Namun, Yugonarko membantah bahwa para pelaku dalam melaksanakan
aksinya menggunakan pakaian dengan tutup muka layaknya ninja. “Nggak, waktu itu
listrik padam,” paparnya.
Katanya lagi, pasca insiden itu, kondisi Kecamatan
Ambalau hingga tadi malam telah kondusif lagi dan diharapkan kondisi ini akan
tetap terjaga tanpa ada aksi-aksi lanjutan.
“Iya, pasca insiden itu kondisi sudah normal, cuma
ada intrik-intrik yang lainnya. Tetapi, kita sudah bertemu dengan raja, tokoh
masyarakat dan tokoh pemuda untuk menghimbau warganya untuk menjaga kondisi
keamanan dan ketentraman disana,” tuturnya.
Dimana, katanya lagi, untuk memastikan kondisi
disana tetap aman terkendali, maka selain anggota Polsek Ambalau, pihaknya juga
telah menyiagakan sebanyak 30 personil polisi dan dibantu oleh puluhan anggota
Kodim Namlea serta Kompi D Kabaressy Namrole untuk mengantisipasi adanya aksi
susulan yang tak dikehendaki bersama.
“30 personil yang telah disiagakan disana, ditambah
bantuan dari Kodim Namlea dan Kompi D Kabaressy Namrole untuk disiagakan di
Desa Selasi, Elara dan Siwar jangan sampai mereka melakukan tindakan serupa dan
kita himbau ke warga jangan terpancing, jaga ketentraman,” ungkapnya. (SBS-02)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!