Kabupaten Buru Selatan (Bursel)
Tahun 2016 ini bakal terancam kehilangan dana sebesar Rp. 25 miliar yang telah
dianggarkan dalam DIPA Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara untuk perpanjangan Bandara Namrole.
Pasalnya, hingga saat ini,
Pemerintah Kabupaten Bursel belum mampu menyediakan bukti kepemilikan lahan
atau hibah lahan dari masyarakat.
Hal ini, tentu bukan masalah
baru, sebab pada Tahun 2014 pun Bursel telah kehilangan dana Rp. 10 miliar dan
Tahun 2015 lalu pun kehilangan dana sebesar Rp. 13 miliar lantaran masalah yang
sama.
Padahal, sejak Tahun 2014-2016
ini, pihak Bandara Namrole, telah berulang kali menyurati pihak Pemkab Bursel,
maupun DPRD setempat untuk memenuhi hal dimaksud agar dana yang telah
dianggarakan dalam DIPA Tahun 2016 ini bisa direalisasikan guna perpanjangan
Bandara Namrole sepanjang 300 meter kali 30 meter lagi.
“Kami sudah menyurati Pemkab
Bursel kurang lebih empat kali agar bisa menyediakan bukti kepemilikan lahan
atas nama Pemkab Bursel atau bukti hibah tanah dari masyarakat yang telah
ditanda tangani. Tapi sampai saat ini Pemkab Bursel belum memenuhinya,” kata
Kepala Bandara Namrole Petrus Marina kepada Suara
Buru Selatan via telepon selulernya, Rabu (29/6).
Padahal,
lanjut Petrus, direncanakan akan dibangun lagi landasan pacuh (runwey)
sepanjang 300 meter kali 30 meter pada tahun ini jika Pemkab Bursel bisa
memenuhi kebutuhan lahan dimaksud.
“Kalau sudah
ada bukti-bukti hibah tanah yang ditanda tangani masyarakat, maka jangankan 30
meter, tetapi bisa saja dibangun 500-600 meter,” paparnya.
Tetapi, jika
Tahun ini, Pemkab Bursel belum juga memenuhi kebutuhan lahan dengan melampirkan
bukti-bukti hibah dari masyarakat pemilik lahan, maka anggaran Rp. 25 miliar
yang siap dikucurkan untuk pembangunan landasan pacuh Bandara Namrole bakal
dikembalikan ke kas negara.
“Kalau
sampai dana sebesar ini dikembalikan lagi ke kas negara, maka ini tentu sangat
mengecewakan bagi kita semua. Sebab, tiga tahun berturut-turut kita harus
kehilangan dana yang cukup besar,” tandas pria yang akrab disapa etus itu.
Sebab,
menurut Etus, untuk mendapatkan dana sebesar itu tidaklah muda. Tetapi,
herannya, Pemkab Bursel pun terkesan tutup mata untuk meresponi hal ini.
“Padahal,
pembangunan Bandara Namrole ini punya hubungan erat dengan pembangunan di
daerah ini dan Pemkab Bursel pun berkepentingan dengan pembangunan itu,
terutama lagi masyarakat di Kabupaten Bursel,” ujarnya.
Belum lagi,
dengan runwey yang tidak terlalu panjang dan dipengaruhi oleh angin timur, maka
saat akan lending, biasanya pesawat harus menukik diatas pepohonan milik warga
dan tentu saja cukup berbahaya jika runwey masih tetap sepertii saat ini.
“Kami mau
tebang pohon-pohon itu pun tidak bisa karena itu milik warga. Olehnya itu, kami
minta dukungan dari Pemkab Bursel untuk melihat hal ini. Sebab, ini berkaitan
dengan keselamatan penerbangan yang harus mendapat perhatian serius,” tuturnya.
Olehnya itu,
dirinya berharap, Pemkab Bursel dapat segera meresponi surat yang telah
dilayangkan pihaknya berkali-kali tersebut sehingga pembangunan runwey tambahan
dapat segera dilakukan di dalam tahun ini.
“Sebab,
selain koordinasi lisan dengan Pemkab Bursel, termasuk dengan Bappeda dan
Litbang Kabupaten Bursel, kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak legislatif
(DPRD) setempat, bahkan ketika diminta untuk buat surat resmi, kami pun telah
menyurati resmi, tapi sampai saat ini belum ada perkembangan apa-apa,”
tuturnya. (SBS-02)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!