Kota Namrole sebagai
pusat ibukota Kabupaten Buru Selatan (Bursel) sudah empat hari belakangan ini
bagaikan kota mati (gelap). Pasalnya selama kurun waktu tersebut pasokan
listrik dari PLN Namrole tidak ada. Hal ini membuat sebagian besar aktivitas
masyarakat dan pemerintah terganggu. Sebagai alat penerang, masyarakat dengan
ekonomi pas-pasan hanya menggunakan pelita dan lilin dirumah-rumah.
Sementara masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah keatas harus menggunakan genset dan generator.
Itupun mereka harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bensin maupun solar
guna menjalankan mesin atau genset, untuk menunjang aktivitas mereka baik di siang
maupun malam hari.
“Kota Namrole empat
hari belakangan ini sebagai Kota mati. Mestinya pemerintah daerah harus turun
tangan untuk melihat hal ini, kenapa sampai lampu listrik seperti ini,” ungkap
sejumlah PNS lingkup Pemkab Bursel kepada media ini Senin (25/7).
Mereka mengaku, akibat
padamnya lampu selama empat hari membuat aktivitas mereka terganggu. Bahkan
untuk berkomunikasi saja, tidak bisa dilakukan, karena handpone mereka lobet.
“Sudah saatnya
pemerintah daerah turun tangan untuk melihat hal ini. Kalaupun ada gangguan,
maka harusnya ada surat pemberitahuan resmi dari pihak PLN sehingga tidak
membuat masyarakat bertanya-tanya,” tegansya mereka.
Terkait dengan hal ini,
Kepala Kantor Pelayanan PLN Namrole Salahudin yang ditemui wartawan di lokasi
mesin PLN Namrole yang berada kawasan Desa Masnana, Kecamatan Namrole, Senin (25/7) mengaku, padamnya aliran listrik di Kota
Namrole dan sekitarnya, karena dipengaruhi oleh suhu atau cuaca.
“Jadi pemadaman ini,
karena suhu atau cuaca yang sangat lembab akibat curah hujan beberapa hari
belakangan ini yang sangat tinggi dan tidak disengajakan,” ungkapnya.
Salahudin atas nama PLN
meminta maaf kepada masyarakat atas terjadinya pemadaman selama empat hari
tersebut. “Kita minta maaf karena kondisi cuaca serta suhu yang lembab sehingga
tidak bisa dipaksakan. Saat ini proses perbaikan mesin sementara dilakukan. Ada
mesin yang diperbaiki dan juga ada mesin yang disebagian alatnya harus
dipanaskan. Mudah–mudahan sebentar kita lakukan uji coba. Kalau sudah bisa
digunakan kita gunakan sehingga pemadaman yang selama ini terjadi bisa atasi,” janjinya.
Disinggung soal mesin
yang dihibahkan oleh Pemkab Bursel, Salahudin mengaku sudah digunakan.
“Untuk mesin itu kita
sudah gunakan sejak 1 Mei 2016 lalu,” ungkapnya.
Hanya saja, dengan suhu
dan cuaca seperti ini, lanjut Salahudin juga tidak bisa dipaksakan, karena
ditakutkan akan mengalami kerusakan.
“Kita tidak mau
paksakan mesin itu. Bahkan mesin itu juga kita panaskan dengan lampu sorot
sehingga sehu mesin bisa normal dan tidak terganggu,” pungkasnya. (SBS-03)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!