Namlea,
SBS.
Raja Petuanan Kayeli yang baru,
menyeruhkan pemerintah agar mengembalikan hak pengelolaan tambang emas Gunung
Botak ke masyarakat adat soarpa, soarpito dan soarlima.
Hal itu diungkapkan Raja Petuanan
Kayeli, Abdulah Wael di Waeflan, Rabu sore (24/8} setelah ia menjalani
serangkaian prosesi upacara adat, serta pengakuan tokoh-tokoh adat di soarpito
dan soarpa kalau ia berhak atas jabatan raja menggantikan almarhum Fuad Wael.
Sebelum tampil berbicara, Abdulah Wael
terlebih dahulu menerima wejangan dari para tetua adat agar tidak berperilaku
buruk dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak.
Apalagi dengan adanya potensi tambang
emas yang begitu melimpah, jangan sampai melupakan rakyat dan hanya
mementingkan kepentingan pribadi.
Bahkan Kaksodin Ali Wael dengan suara
lantang di hadapan tokoh adat masyarakat mengingatkan kepada raja yang baru,
kalau dia bukan Raja Gunung Botak, bukan pula Raja Politik, melainkan Raja
Petuanan Kayeli yang wajib melindungi masyarakat adat soarpa, soarpito dan
soarlima.
Berbicara di hadapan para tokoh adat dan warga di Waeflan, Abdulah Wael menegaskan, kalau tambang gunung botak sudah beberapa bulan ini telah dikuasai orang luar.
Berbicara di hadapan para tokoh adat dan warga di Waeflan, Abdulah Wael menegaskan, kalau tambang gunung botak sudah beberapa bulan ini telah dikuasai orang luar.
Potensi emas yang melimpah itu harus
dapat dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat adat di sana.
Ia menyadari sungguh, beberapa bulan
terakhir ini rakyat soarpito, soarpa banyak yang mulai berteriak, karena
perlakuan yang tidak adil . Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa mewakili hak
mereka karena saat itu masih menjadi prajurit TNI-AD dan masih beum menjadi
raja.
Namun setelah diakui, ia menyatakan siap
hidup dan siap mati untuk membela hak-hak rakyat di tambang gunung
botak.”Apakah kita mau sejahtera atau hanya menonton hak-hak kita diambil alih
pihak lain di tambang sana,” kata Abdulah.
Menapak kursi sebagai raja yang baru di
petuanan Kayeli ini, Abdulah banyak mengalami perjalanan berliku dan penuh
rintangan . Terakhir ini harus mundur dari kedinasan guna memenuhi amanah dan
panggilan tugas sebagai pemimpin adat.
Dalam mengemban amanat ini, ia juga
meminta suport dan nasehat para tetua adat, serta sokongan seluruh warga adat.
”Saya bukan Raja Gunung Botak, tapi saya
raja adat. Saya berjanji akan mensejahterakan keluarga dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang melimpah. Rakyat saya mau hidup atau mau terlantar, cuma hanya
satu, cuma hanya satu, dan potensi emas kita kini sedang diambil alih orang
lain,” ingatkan Abdulah.
Sebelum mengikuti prosesi adat di Waeflan, Raja yang baru ini lebih dahulu singgah di Kotbessy mengunjungi keluarga besar Wael di dataran tinggi.
Sebelum mengikuti prosesi adat di Waeflan, Raja yang baru ini lebih dahulu singgah di Kotbessy mengunjungi keluarga besar Wael di dataran tinggi.
Setelah itu ia bertandang ke Wapsalit
dan diterima Kaksodin Ali Wael dan juga menerima nasehat-nasehat. Setelah itu
Kaksodin bertugas mengantar Raja bertemu tokoh adat dan masyarakat di Waeflan.
Selesai magrib, rombongan raja ditemani
pimpinan adat di soarpito, glirang mengantar Abdulah bertemu Honolong Baman,
Manaliling Besan di Kubalahin.
Semua prosesi tatacara upacara adat itu
berjalan lancar. Bahkan di setiap tempat-tempat yang dikunjungi, ada saja beberapa
warga yang kesurupan. (SBS-05)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!