Namrole, SBS
Pada Tahun 2015 lalu, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Kabupaten Buru Selatan (Bursel) cukup tinggi, yakni mencapai 278 per 100 ribu
kelahiran hidup.
Untuk mengatasi hal itu, Dinas Kesehatan (Dinkes)
setempat yang dikomandoi Ibrahim Banda membentuk Tim Expedisi Pelayanan
Kesehatan (Eyank) berbasis komunitas adat dan rencana integrasi pelayanan
kesehatan di Kabupaten Bursel.
“Masalah AKI di Kabupaten Bursel Tahun 2015 tinggi,
sehingga untuk mengatasi hal itu, kita membentuk tim ini,” kata Kepala Dinkes
Kabupaten Bursel, Ibrahim Banda saat pertemuan Tim Eyank, yang dipusatkan di
Aula Dinkes, Rabu (19/10).
Banda menuturkan, tim Eyank diantaranya melibatkan
Dinkes, OKP, dewan adat dan media. Selama dua bulan, 26 titik komuditas adat di
Kecamatan Waesama dan Namrole akan disambangi Tim Eyank.
“Ada 26 titik komuditas adat yang akan dikunjungi tim
Eyank terdiri dari 18 titik di Kecamatan Waesama dan 8 titik di Kecamatan
Namrole,” terangnya.
Dikatakan, pada 26 Oktober mendatang Tim Eyank dilepas di Desa Wamsisi, Kecamatan Waeama.
Dikatakan, pada 26 Oktober mendatang Tim Eyank dilepas di Desa Wamsisi, Kecamatan Waeama.
“Tim akan bergerak pertama di Kecamatan Waesama,
setelah itu baru di kecamatan Namrole,” ungkapnya.
Tim tersebut, akan mengunjungi masing-masing komuditas
adat untuk mendata jumlah ibu hamil. Selanjutnya dari laporan itu, tim teknis
Dinkes Kabupaten Bursel yang terdiri dari perawat dan bidan akan datang untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
“Selain pelayanan ibu hamil, juga aka ada pemeriksaaan
kesehatan lainnya kepada ibu hamil di komunitas adat,” tuturnya.
Gagasan tersebut sesuai program nawacita yang telah
diluncurkan Presiden Jokowi maupun misi Bupati Bursel, Tagob Sudarsono Soulissa.
“Jadi ini sesuai program Nawacita tiga membangun dari
pinggiran maupun juga misi pak bupati pada point kelima kesehatan ibu dan anak.
Apalagi di Bursel masalah angka kematian ibu masih tinggi,” terangnya.
Banda menuturkan setelah mengidentifikasi masalah AKI
di Kabupaten Bursel dari berbagai laporan, ternyata yang menyolok dari
komunitas adat.
“Kita pacuh Kota Namrole dan daerah lainnya dengan
jumlah penduduk besar tetapi di komunitas adat jumlah penduduknya kecil, tapi
AKI besar,” tandasnya.
AKI masih tinggi di komunitas adat karena ibu hamil
mengalami pendaharan. Ini diakibatkan berdasarkan istilah kesehatan sambung
dia, ‘4 Terlalu dan 3 Terlambat’. Yakni Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu
rapat, Terlalu sering dan banyak.
“Kejadian ini yang membuat aki tinggi di
Bursel,”ujarnya.
Sementara 3 Terlambat yaitu Terlambat indentifikasi
bahaya dan pengambilan keputusan, Terlambat jarak dari tempat tinggal dengan
sarana kesehatan serta Terlambat penanganan kedaruratan.
Dari analisa tersebut, Dinkes berkesimpulan masalah kesehatan bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah saja tetapi semua orang.
Sehingga pihaknya melibatkan berbagai stakeholder
dalam Tim Eyank untuk mengatasi masalah AKI di Kabupaten Bursel khususnya
komunitas adat. Ia berharap dari kerja Tim Eyank, AKI Kabupaten Bursel
mengalami penurunan. (SBS-03)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!