Penjabat
Kepala Desa Waenono yang juga Bakal Calon Balon Kepala Desa (Calkades)
setempat, Yan Tasane berharap para penantang dirinya dalam Pemilihan Kepala
Desa (Pilkades) di Waenono harus dewasa berpolitik.
“Kalau menjadi seorang Calkades haruslah dewasa dalam
berpolitik, mampu menciptakan
suasana rasa aman, nyaman dan harmonis kepada masyarakat, khususnya di Desa
Waenono, bukan saling menyerang dan menjatuhkan satu dan yang lain apalagi
katong samua orang Tasane (orang basudara),”
kata Yan kepada Kami di kediamannya, Minggu (16/10).
Pernyataan
Yan ini meresponi tudingan Calkades Waenono lainnya, Nok Tasane yang dimuat
beberapa media pekan lalu.
“Sebenarnya
katong calon-calon harus berpolitik santun,
bukan saling menyerang di media.
Akan tetapi harus beretika baik dan memberikan contoh dan
muatan-muatan politik yang positif kepada masyarakat,” ujarnya.
Dirinya
mengajak para Calkades di Desa Waenono yang akan menjadi penantangnya di
Pilkades desa setempat dapat berkompetisi dengan sehat dan dapat menjadikan
Pilkades Waenono sebagai contoh yang baik bagi desa-desa lainnya di Bumi Fuka
Bipolo ini.
“Mari
katong sama-sama memberikan contoh politik yang sehat kepada desa-desa yang
lain dan sama-sama bergandeng tangan untuk membangun katong pung desa tercinta
ini,” ajaknya.
Sebab,
menurut Yan, apa yang ditudingkan oleh Nok kepada dirinya adalah tudingan yang
tidak benar. Sebab, pengangkatan Ketua BPD Waenono bukanlah semaunya sendiri,
tetapi berdasarkan hasil musyawarah. Dimana, ada berbagai kalangan masyarakat
yang turut diakomodir disana.
Begitu pun
dengan pengangkatan Panitia Pilkades Waenono pun tak pernah diinterfensi
sedikit pun oleh dirinya. Apalagi, dalam struktur Panitia itu pun ada banyak
perwakilan masyarakat yang turut diakomodir.
Tambahnya
lagi, terkait dengan kerja-kerja Panitia dalam pemutakhiran data pun bukanlah
kewenangan dirinya, melainkan mutlak merupakan kewenangan panitia. Apalagi
dirinya merupakan salah satu kandidat yang akan bertarung dalam Pilkades nanti.
Sebelumnya diberitakan, Calkades Waenono, Kecamatan
Namrole, Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Nok Tasane menilai, pemerintahan yang
dipimpin oleh Penjabat Kepala Desa Waenono, Yance Tasane selama ini diduga
sarat nepotisme dan diskriminatif.
Menurut Nok kepada Kami di Namrole, Senin (10/10),
perangkat pemerintahan yang diangkat selama Yance menjadi Penjabat Kepala Desa,
lebih mendepankan kekeluargaan alias nepotisme, dan mengabaikan hak-hak seluruh
masyarakat di Desa Waenono. Dimana, pengangkatan BPD Waenono dilakukan sesuka
hati dan mengabaikan sistem musyawarah yang menjadi hak masyarakat setempat.
Belum lagi, lanjut Nok, perangkat BPD lainnya yang
diangkat adalah anak-anak dari saudara perempuannya sendiri.
“Selain itu, yang duduk di BPD itu pun dari keluarga
Yance semua, sebab dari Ananewe-Ananewe Yance semua,” paparnya.
Alhasil, lanjut Nok, panitia Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) Waenono yang dibentuk dan diangkat BPD terkesan kuat diintervensi,
sebab sarat dengan praktek-praktek nepotisme yang merugikan ketiga Calkades
lainnya.
Tak sebatas itu, sebagian besar struktural kepanitiaan
Pilkades pun disisipi oleh orang-orang dekatnya, dan sangat merugikan dirinya
dan juga calkades lainnya.
Terlebih lagi, ketika proses awal jelang pembukaan
pendaftaran calkades, hingga pendaftaran dimulai, ternyata panitia pun tertutup
dalam penyampaian syarat-syarat untuk mencalonkan diri sebagai Calkades
sehingga pihaknya harus meminta syarat-syarat Calkades tersebut dari desa-desa
tetangga, agar pihaknya bisa mempersiapkan berbagai syarat itu untuk
mencalonkan diri sebagaimana harapan masyarakat Desa Waenono, yang
menginginkannya untuk mencalonkan diri sebagai Calkades.
Akibat sarat nepotisme tersebut, lanjutnya, ternyata
dalam kerja-kerja panitia pilkades pun dilakukan secara diskriminatif, terutama
dalam pendataan pemilih di Desa Waenono.
Lanjut Nok, dari data pemilih yang berhasil di data
oleh pihaknya sebagai acuan yang dibandingkan dengan data yang diumumkan atau
ditempelkan di Kantor Desa Waenono oleh Panitia Pilkades, ternyata ada
perbedaan data yang cukup signifikan dan patut dicurigai.
Sebab, dari perbandingan data yang dimiliki pihaknya,
dengan data yang diumumkan oleh Panitia Pilkades, ternyata ada sejumlah pemilih
siluman yang turut diakomodir.
Sementara, ada banyak warga Desa Waenono yang telah
berdomisili lama di Desa Waenono tetapi, karena diketahui sebagai pendukung
dirinya atau pendukung Calkades lain seperti Yakub Tasane dan Petrus Tasane,
ternyata tak di data oleh panitia. Sebab, Panitia lebih memprioritaskan
pendataan kepada para pendukung Yance Tasane saja.
Padahal, menurutnya, Pilkades Desa Waenono haruslah
berjalan secara aman dan damai sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan, dan
menjadi acuan penyelenggaraan Pilkades tanpa harus ada praktek-praktek
nepotisme dan diskriminiatif, yang dapat menciderai pesta demokrasi warga Desa
Waenono sendiri.
Sebab, kalah menang itu merupakan suatu konsekuensi
dari pesta demokrasi itu sendiri. Namun, yang harus menjadi perhatian bersama
ialah hak-hak demokrasi seluruh masyarakat di Desa Waenono untuk menentukan
pemimpin sekaligus pelayan mereka kedepan jangan dikebiri untuk memenangkan
Calkades tertentu.
Terkait itu, tambah Nok, pihaknya telah menyampaikan
laporan secara tertulis kepada Kabag pemerintahan Setda Kabupaten Bursel, Camat
Namrole, Ketua BPD Waenono, Ketua Panitia Pilkades Waenono dan tembusan surat
tersebut pun disampaikan ke Bupati Bursel, Wakil Bupati Bursel, Sekda Bursel
dan Ketua DPRD Bursel.
“Harapan
kami, Pak Kabag Pemerintahan dan Pak Camat bisa mengambil langkah-langkah bijak
dan strategis secepatnya, untuk mengevaluasi BPD dan Panitia Pilkades yang ada.
Bila perlu diganti sehingga Pilkades yang diharapkan oleh seluruh masyarakat
Desa Waenono dapat berjalan secara adil dan demokratis itu bisa terwujud dalam
proses persiapan hingga puncak pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan nantinya,”
tuturnya. (SBS-01)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!