Gubernur Maluku, Said Assagaf dinilai
telah membuat kekecewaan yang mendalam di tengah masyarakat Maluku, utamanya
bagi seluruh kontingen kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXVII Tingkat
Provinsi Maluku maupun masyarakat yang ada di Kabupaten Buru Selatan Bursel).
Kekecewaan yang dirasakan para kontingen
maupun masyarakat itu pasca ulah Gubernur Maluku, Said Assagaf tak menghadiri
pembukaan kegiatan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku, Minggu (30/4) di Kilo
Meter II Desa Kamlanglale yang menjadi arena utama pelaksanaan MTQ.
Ketua Umum Panitia MTQ XXVII Tingkat
Provinsi Maluku, Buce Ayub Seleky di hadapan para kontingen MTQ yang berasal
dari 11 Kabupaten/Kota maupun tamu undangan secara tegas menyatakan
kekecewaannya atas ketidakhadiran orang nomor satu di Maluku itu.
“Malam ini kami kecewa sebagai orang Bursel karena semestinya Pak Gubernur Maluku harus membuka kegiatan akbar ini,” tegas Seleky yang juga Wakil Bupati Bursel ketika menyampaikan laporannya diselah-selah acara pembukaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku di arena utama MTQ di Kilo Meter II Desa Kamlanglale, Kecamatan Namrole, Minggu (30/4) malam.
Apalagi, lanjut politisi Partai Demokrat ini, ditunjuknya Bursel sebagai tuan rumah MTQ maupun dilantiknya kepanitaan MTQ ini didasarkan oleh Keputusan Gubernur Maluku.
“Pelaksanaan MTQ malam ini didasarkan pada Keputusan Gubernur Maluku Nomor 156 Tahun 2016 tanggal 20 April Tahun 2016 tentang Penempatan Tempat Pelaksanaan MTQ XXVII Provinsi Maluku dan Keputusan Gubernur Maluku Nomor 398 Tahun 2016 tetang Panitia Penyelenggara MTQ XXVII Tingkat provinsi Maluku di Kabupaten Bursel. Keputusan-Keputusan Gubernur, Bapak Wakil Gubernur, Keputusan Gubernur tapi sayangnya Gubernur tidak datang,” sentilnya.
Walau mengaku kecewa dengan Said Assagaff, namun ,mantan Kepala BKD Kabupaten Bursel ini secara tegas menyatakan bahwa pihaknya tetap akan menyelenggarakan MTQ kali ini dengan sukses.
“Tetapi, kekecewaan kami tidak akan menyandung semangat kami, kekecewaan kami tidak akan meredupkan semangat kami untuk melanjutkan karya besar Allah ini dalam kehidupan di kabupaten ini. Buru selatan hebat, hebat untuk Maluku. Tunjukkan bahwa kita mampu untuk melakukan perkara-perkara besar,” kata Seleky setengah berteriak.
Tak hanya Seleky, kekecewaan itu pun diungkapkan langsung oleh Bupati Bursel Tagop Sudarsono Soulissa kepada wartawan usai acara pembukaan kegiatan akbar pertama di Bumi Fuka Bipolo itu.
“Kita kan sebagai pelaksana, karena kan kegiatan MTQ Provinsi inikan provinsi punya, iyakan. Harusnya provinsi yang bertanggung jawab. Kita sudah mengeluarkan biaya yang besar kan untuk memberikan yang terbaik bagi pemerintah provinsi, bagi seluruh masyarakat dan umat islam, tapi tidak dihargaikan,” kata Tagop kecewa.
Menurut Tagop, kekecewaan yang disampaikan oleh Wakil Bupati Bursel Buce Ayub Seleky sebagai Ketua Panitia MTQ XXVII Maluku merupakan pelampiasan kekecewaan para kafilah dari 11 kabupaten/kota maupun masyarakat di Kabupaten Bursel secara khusus.
“Kalau bicara kecewa, sebagai manusia ya kecewa, tadi kan Pak Wakil Bupati sudah sampaikan sebagai Ketua Panitia sudah menyampaikan kekecewaan masyarakat kan, dan bukan hanya masyarakat yang kecewa, tetapi seluruh kafilah yang hadir disini. Karena memang kegiatan MTQ adalah kegiatan keagamaan akbar yang paling penting sekali,” terangnya
Tagop mengaku mendengar info bahwa Said Assagaf lebih memilih untuk menghadiri acara sunatan di Desa Sirisori Islam, Kecamatan Saparua, Kabupaten Malteng ketimbang menghadiri hajatan milik umat muslim Maluku yang turut di topang oleh umat beragama lainnya di Bumi Fuka Bipolo ini.
“Mungkin di Sirisori agenda Pak Gubernur lebih penting ketimbang MTQ. Iyakan. Ada sunatan disana, kalau sunatan lebih penting dari Al-Quran kan,” ujarnya.
Tagop menduga, ketidakhadiran Gubernur karena miss komunikasi saja.
“Mungkin miss komunikasi, beliau mengharapkan saya datang mrenyampaikan. Padahal saya kan sudah menyampaikan persentasi berkaitan dengan kesiapan MTQ, katanya informasi kita tidak siap. Kesiapan dan tidaknya kan saudara-saudara pers bisa lihat kan, bagaimana semua peserta, Pak Kanwil Agama dan Pak Wagub bilang bahwa ini gawenya nasional dan bukan sekedar pekerjaan provinsi,” paparnya.
Dirinya menceritakan bahwa, beberapa waktu lalu, Wakil Bupati selaku Ketua Panita, Sekda Syahroel Pawa dan sejumlah kepanitaan diundang oleh Gubernur Maluku untuk bertemu Gubernur.
Namun, ketika Wakil Bupati dan rombongan tiba di Kantor Gubernur, ternyata Gubernur enggan menerima mereka lantaran yang diinginkan Gubernur ialah kehadiran dirinya sebagai Bupati Bursel, kendati undangan yang ditujukan bukan kepadanya.
“Undangan itu sampai di dalam, dirubah. Beliau tolak untuk bertemu mereka, beliau mau Saya musti ketemu beliau, sedangkan saya sudah di Makassar dalam rangka acara dengan BPK,” terangnya.
Sementara, terkait dengan permintaan Wakil Gubernur Zeth Sahuburua yang dilontarkan saat memberikan sambutan pembukaan MTQ yang meminta dirinya untuk dalam waktu dekat bertemu dengan Gubernur guna meluruskan miss komunikasi, Tagop mengaku pasti akan bertemu dengan Gubernur, tetapi pertemuan itu jangan dikait-kaitkan dengan politik, sebab sebagai putera Maluku, dirinya pun berhak untuk bertarung dalam Pilkada Maluku nantinya.
“Beta kira ada waktunyalah. Beta sebagai junior, sebagai anak, memberikan penghormatan kepada beliau sebagai orang tua ya. Tapi jangan dikaitkan dengan politik, karena politik itu hak asasi setiap bangsa, hak setiap anak Maluku yang punya kemampuan untuk memimpin Maluku ya,” paparnya.
Tagop meminta bahwa event politik di tingkat Maluku nantinya tidak lalu mengorbankan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti MTQ di Kabupaten Bursel ini.
“Politik itu bukan persaingan, politik itu kontestasi yang elit, yang istilahnya etis. Dimana, disitu memberikan pikiran-pikiran kepada masyarakat bahwa inilah kita bisa berbuat kepada masyarakat seperti itu dan bukan menjadi saingan, beta tidak pernah merasa saingan dan beta yakin juga bahwa Pak Gubernur juga tidak merasa itu, tetapi beliau miss komunikasi saja,” paparnya.
Ternyata kekecewaan itu tak hanya diungkapkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Bursel saja, tetapi sejumlah anggota DPRD Kabupaten Bursel dan OKP pun turut melontarkan kekecewaan mereka atas ketidakhadiran Gubernur dalam event keagamaan tingkat Provinsi Maluku tersebut.
Menurut Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Bursel Gerson Eliezer Selsily, ketidakhadiran Gubernur Maluku untuk membuka dan menyaksikan langsung penyelenggaraan MTQ di Kabupaten Bursel telah mengecewakan seluruh masyarakat di daerah ini.
“Karena Pak Gubernur tidak hadir, sebagai masyarakat Bursel, kami juga kecewa. Kekecewaan kami cukup mendalam, karena kalau Gubernur hadir, sebetulnya sempurna ini kegiatan, karena puncaknya semua masyarakat Bursel mengingkan kehadiran Gubernur,” kata Selsily yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bursel ini kepada wartawan kemarin dikediamannya.
Menurut Selsily, kegiatan MTQ ini merupakan kegiatan keagamaan level Provinsi Maluku yang pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Bursel sejak Kabupaten ini dimekarkan sebagai daerah otonom baru dan mendapat respon yang sangat positif dari pemerintah daerah maupun seluruh masyarakat di Kabupaten ini.
Bahkan, atas respon positif itu, banyak anggaran yang digelontorkan untuk membiayai semua kebutuhan penyelenggaraan event tersebut, sebab pemerintah daerah dan masyarakat di daerah ini tak hanya sekedar menginginkan sukses saat penyelenggaraan, tetapi juga bisa menyisahkan cerita manis bagi seluruh masyarakat Bursel maupun semua kontingen yang hadir di kabupaten ini.
“Nah, respon yang dikeluarkan oleh masyarakat itu sebenarnya puncaknya itu adalah kehadiran Gubernur. Kami berharap sungguh Gubernur itu bisa mau datang ke Bursel untuk membuka dan menyaksikan acara MTQ di Bursel. Itu harapan kami, namun yang terjadi Pak Gubernur tidak datang. Padahal semestinya, kalau saya membaca suasana hati, suasana batin dari pada masyarakat Bursel secara totalitas, keinginan mereka adalah Pak Gubernur secara langsung hadir di Bursel untuk membuka secara langsung acara keagamaan MTQ ini,” terangnya.
Olehnya itu, Selsily menilai, ketidakhadiran Gubernur untuk membuka kegiatan keagamaan itu telah melukai pengorbanan masyarakat di daerah ini secara menyeluruh.
“Apalah arti pengorbanan masyarakat yang begitu besar dari aspek financial, dalam hubungan dengan kita menggelontorkan APBD dalam rangka mensukseskan kegiatan keagamaan, pengorbanan dalam hal kesiapan masyarakat untuk menyambut ini, tetapi Pak Gubernur tidak menghadiri acara ini, tentu bagi kami tidak sempurna,” paparnya.
Sementara itu, Ketua II DPRD Kabupaten Bursel La Hamidi kepada media ini dalam pesan singkatnya mengaku turut kecewa dengan ketidakhadiran Gubernur tersebut.
“Iya. Idealnya Gubernur harus hadir, meskipun siapa saja dapat ditunjuk untuk mewakili beliau. Ini hajatan provinsi, Cuma diselenggarakan di Bursel. Saya pribadi juga kecewa. Entah dengan masyarakat Bursel lainnya, terutama umat muslim seantero Maluku,” kata La Hamidi yang juga Sekretaris DPD PAN Kabupaten Bursel kemarin.
Walau kecewa, namun La Hamidi tidak mau berspekulasi lebih jauh soal ketidakhadiran Gubernur di event keagamaan tingkat Provinsi Maluku tersebut ada hubungannya dengan majunya Bupati Bursel Tagop Sudarsono Soulissa sebagai Calon Gubernur Maluku ataukah karena adanya kesibukan Gubernur lainnya yang lebih penting dari pelaksanaan MTQ yang bukan hanya milik masyarakat muslim di Maluku, tetapi juga turut disukseskan oleh umat beragama lainnya di Bursel tersebut.
“Tetapi saya tidak mau berspekulasi apakah ada kaitannya dengan Maluku Hebat Pa Tagop. Mungkin saja ada hajatan yang lebih besar dari hanya MTQ,” ujar La Hamidi.
Selanjutnya, kekecewaan dan rasa kesal juga diutarakan oleh anggota DPRD Kabupaten Bursel Thaib Souwakil atas ketidakhadiran Gubernur tersebut.
Menurutnya, ketidakhadiran Gubernur Maluku untuk membuka kegiatan MTQ Maluku di Kabupaten Bursel itu menunjukkan fakta sebenarnya bahwa Gubernur memang tidak menghargai masyarakat di Kabupaten Bursel ini.
“Kami sudah terlalu banyak berkorban. Anggaran kita sudah terlalu banyak terkuras untuk kegiatan ini, lalu kenapa tidak dihargai, itu yang kami sesalkan,” papar Souwakil yang juga mantan Sekretaris DPD PAN Bursel.
Menurut Souwakil, harusnya Gubernur tahu keinginan dan kerinduan masyarakat Bursel maupun semua kontingen kabupaten/kota se-Maluku akan kehadirannya dalam event keagamaan itu.
“Sebetulnya, Pak Gubernur bisa memahami kami, sebab kami juga akan bangga kalau acara ini dibuka oleh Pak Gubernur, karena pengorbanan kami untuk kegiatan ini cukup luar biasa. Dimana, banyak infrastruktur yang tidak bisa dibangun hanya karena persoalan MTQ,” ujarnya.
Padahal, ketika Gubernur bisa hadir, maka hal itu akan sangat memberikan kepuasan bagi seluruh masyarakat di Bursel maupun seluruh kontingen dari 11 kabupaten/kota yang hadir.
“Sebagai masyarakat Bursel dan wakil rakyat kami sangat sesalkan ketidakhadiran Pak Gubernur di tengah-tengah masyarakat, setidaknya beliau hadir untk menghibur. Sebab, kendati pun kami merugi, tapi setidaknya ada hiburan. Sebab, kami berkorban cukup besar,” ungkapnya.
Ketua KNPI Kabupaten Bursel Hakim Souwakil pun turut angkat bicara dan menyampaikan rasa kekecewaannya atas ketidakhadiran Gubernur tersebut.
“MTQ yang sedang berlangsung di Bursel ini hajatan provinsi, Bursel hanya diberi amanah untuk menjadi tuan rumah. Olehnya itu, yang mesti bertanggung jawab penuh ialah pemerintah provinsi,” kata Souwakil.
Olehnya itu, Gubernur harusnya bisa hadir dalam momentum keagamaan level Provinsi Maluku yang sangat strategis guna memupuk kebhinekaan ini dan bukannya mengabaikannya dan tak hadir.
“Saya selaku Ketua KNPI berharap moment MTQ dijadikan sebagai sarana dalam memupuk kebhinekaan kita. Pak Gubernur mesti memprioritaskan agenda-agenda yang dianggab penting,” paparnya.
Menurut Souwakil, penyelenggaraan MTQ ini tak ada kaitannya dengan kepentingan politik Pilkada Gubernur Tahun 2018 mendatang sehingga seharusnya Gubernur Maluku tidak terkesan larut dalam dinamika politik yang saat ini berkembang.
“Ini bukan persoalan menang atau kalah, tapi ini masalah tanggung jawab sebagai Gubernur,” tegasnya.
Selain itu, Ketua Komisariat Cabang Pemuda Katolik Bursel, Melkior Solissa pun turut memaparkan kekecewaan serupa.
“MTQ Provinsi Maluku merupakan hajatan provinsi. Olehnya itu, Pak Gubernur haruslah membuka acara ini,” kata Solissa.
Apalagi, lanjutnya, kegiatan MTQ merupakan kegiatan keagamaan yang bersifat sakral terkait dengan penghormatan terhadap Al-Qur’an dan pengembangan iman umat Islam serta peningkatan rasa toleransi antar umat beragama.
“Barang tentunya dengan ketidakhadiran Pak Gubernur akan mengecewakan seluruh umat Islam Maluku dan juga masyarakat Bursel selaku tuan rumah,” kata Solissa.
Menurutnya, sebagai Gubernur Maluku dan juga pimpinan Partai Politik di Maluku, harusnya Assagaf bersikap bijak dan tidak memberikan kesan bahwa ketidakhadirannya lantaran Bupati Bursel, Tagop Sudarsono Soulissa telah menyatakan sikap untuk bertarung di Pilgub Maluku nanti dan akan menjadi penantang bagi Assagaf.
“Pak Gubernur harus bijak dan berjiwa besar untuk mengilhami situasi ini, jangan sampai dinilai oleh publik, ketidakhadirannya berkaitan momentum politik di Tahun 2018 atau boleh dikatakan sebagai bagian dari kekecewaan atas Bupati Bursel Tagop Sudarsono Soulissa karena beliau juga akan masuk dalam salah satu Bakal Calon Gubernur. Tolong jangan mempolitisasi momentum yang bernuansa agama ini kepada rana politik,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua dalam sambutannya pasca mendengar kekecawaan yang dilontarkan oleh Ketua Umum Panitia MTQ XXVII mengatakan bahwa kendati Gubernur tidak hadir, tetapi kehadirannya telah mengimplementasikan semangat dari Gubernur Maluku karena Gubernur dan Wakil Gubernur adalah satu.
“Kita adalah satu, sehingga toh kalau gubernur tidak datang dan wakil gubernur yang datang, itu satu. Walaupun secara fisik beliau tidak ada bersama-sama dengan kita, tetapi secara semangat dan moral beliau ada dan sambutanini adalah sambutan gubernur Maluku,” kata Sahuburua.
Menurutnya, membangun Maluku tidak bisa dilepas pisahkan dengan membangun Maluku sehingga dirinya bersama Gubernur Maluku tidak bisa mengabaikan Bursel sebagai bagian dari wilayah Provinsi Maluku.
“Bursel adalah bagian dari Maluku, membangun Bursel sama dengan membangun Maluku, Maluku adalah bagian integral dari Negara republic Indonesia, jadi kalau kita membangun Bursel sama dengan membangun Maluku dan sama dengan membangun Indonesia,” ungkapnya.
Guna mengurangi kekecewaan masyarakat Bursel secara khusus dan seluruh kontingen kabupaten/kota, Sahuburua pun berinisiatif untuk meminta maaf atas ketidakhadiran Gubernur itu.
“Oleh sebab itu, apa yang menjadi kekecewaan saudara-saudara, izinkan saya menyampaikan maaf dan saya kira saya bicara ini sudah clear semua,” ucapnya.
Diakhir penyampaiannya itu, Sahuburua lalu meminta Bupati Bursel Tagop Sudarsono untuk nantinya menemui Gubernur dalam waktu dekat untuk menyelesaikan kesalapahaman yang terjadi yang diduga menjadi biang kerok ketidakhadiran Gubernur dalam acara MTQ di Bursel.
“Saya kira tidak ada persoalan, dan saya minta kesediaannya untuk pada waktunya datang ke Bapak Gubernur dan kita selesaikan apa yang harus diselesaikan,” tuturnya. (SBS-01)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!