Puluhan Personil gabungan dari TNI Polri kembali menyesir dan menutup paksa penambangan tanpa izin (PETI) di Gunung Botak.
Sebelum ditutup paksa, puluhan ribu penambang duluan ngacir dari sana, sehingga saat disisir, aparat lebih leluasa membakar ribuan tenda dan menutup ratusan buah rendaman dan domping di kawasan itu.
Ketika disisir pada kamis pagi (30/8), banyak penambang lokal dan penambang dari luar yang masih berada juga di tenda-tenda. Mereka berusaha mengambil sisa-sisa barang berharga, termasuk peralatan penambangan di lokasi itu.
terlihat, ada beberapa penambang yang turun dari kawasan Lubang Janda, Gunung Botak (GB) lewat jalur sungai Anahoni dengan wajah kesal. Mereka menunjukan sikap tidak puas karena ada penyisiran itu.
Saat wartawan mengabadikan beberapa gambar dalam aksi penyisiran ini, ada beberapa ibu yang menumpahkan kekesalannya.
"Kami ini bukan teroris, kenapa mau difoto-foto.Kami hanya cari makan untuk keluarga,"teriak seorang ibu.
"Kami ini bukan teroris, kenapa mau difoto-foto.Kami hanya cari makan untuk keluarga,"teriak seorang ibu.
salah satu penambang yang mengaku bernama Ibu Sumiati asal Makassar juga terlihat sedang mengomandani beberapa karyawannya membongkar peralatan rendaman di sisi kali Anahoni.
Saat ditanya wartawan, sang ibu ini mengaku baru dua bulan beraktifitas di sana. "Kami belum kembali modal. Belum dapat hasil.Modal saya sudah habis puluhan juta,"kata ibu ini.
Satu ibu bernama Tia yang sementara mengangkat barangnya mengaku pasrah. Ia sudah tahu akan ada penyisiran, hanya barangnya terlambat diangkat.
Wartawan media ini lebih jauh melaporkan, penyisiran kamis pagi hingga menjelang pukul 15.00 wit itu, dipimpin langsung Kapolres Pulau Buru, AKBP Adityanto Budi Satrio dan dandim 1506 Letkol Inf. Syarifudin Azis.
Sebanyak 315 personil gabungan dari unsur kepolisian dibantu TNI, Satpol PP, Kantor KLH Buru dan Kesbanglinmas Buru dengan mudah menutup paksa aktifitas PETI karena tidak ada perlawanan dari penambang.
Ribuan tenda kosong langsung dibakar. Pelaratan domping juga dirobohkan dengan cara tiang-tiangnya dipotong dengan mesin chenso.
Aparat mulai menyisir diawali dari domping dan rendaman yang berjumlah ratusan buah di kawasan kali Anahoni. Kemudian naik sampai ke tebing dan lembah yang ada di GB.
Kapolres yang didampingi Dandim 2506 Namlea, Letkol Syarifudin Azis, Asisten II Pemkab Buru, Abas Pelu, Kadis Lingkungan Hidup Kabupaten Buru, Ajie Hentihu, mengatakan, penyisiran ini merupakan inisiatif dari Polres Pulau Buru dan sejumlah pendukung lainnya karena berbagai pertimbangan.
Diantaranya, kondisi keamanan yang sudah mulai menghkawatirkan karena sering terjadi tindak kriminal dan lain-lainnya.
Ia mengaku hanya menjalankan perintah yakni menjaga Kamtibmas di seluruh wilayah Kabupaten Buru,tanpa terkecuali Gunung Botak. Untuk itu, penyisiran ini dilakukan demi keamanan dan kenyamanan masyarakat Kabupaten Buru.
Sebelum penutupan paksa, Polres Pulau Buru sudah melakukan sosialisasi terkait pengosongan Gunung Botak sejak Senin lalu (27/8). Sejak sosilisasi itu banyak penambang sudah mulai menurunkan barang-barang mereka dan mengosongkan lokasi GB.
Kapolres juga memuji masyarakat adat yang begitu legowo dan tidak bereaksi menentang penutupan PETI. Terbukti saat disisir, banyak tenda yang kosong melompong dan para penanbang yang sudah ngacir duluan.
Akrifitas pengosongan GB ini akan terus berlanjut sampai tiga hari ke depan. Dan diharapkan agar Pemerintah Propinsi Maluku yang punya tanggungjawab penuh di areal tambang akan lebih bijak, sehingga masalah PETI di GB ini bisa selesai.
Walau dinilai sukses menyisir di hari pertama, banyak masyarakat yang masih meragukan keseriusan aparat membersihkan PETI tersebut. Pasalnya, di hari pertama ini, aktifitas tromol dan tong yang bertebaran di sekitar Wansait, Desa Dafa, Wabloy, Deboway dan sekitarnya masih belum disentuh aparat.
Padahal aku masyarakat setempat, aktifitas tromol dan tong juga merupakan bibit pencemaran merkuri dan asam cianida yang paling parah di lingkungan pemukiman masyarakat.
Saat Wartawan beranjak ke lokasi tromol dan tong ini, nampak aktifitas pengolahan emas telah sengaja dimatikan oleh pemiliknya. Namun material pengolahan dalam karung masih berada di sana.
"Katanya ada penyisiran dan bos minta berhenti dahulu. Nanti ada perintah bati olah lagi," jelas seorang pekerja tong di Desa Dafa.
Masyarakat juga meminta agar usaha pengolahan emas milik PT PIP dan PT SSS di Jalur H, Dusun Wamsait agar sebaiknya dihentikan, karena pengolahan sistim rendaman berukuran besar itu menggunakan pula adam cianida dan tidak didukung dengan telingdam (kolam limbah) yang memadai.
Akhirnya, sudah banyak pohon sagu di sekitar lokasi PT PIP dan PT SSS juga kini kering. (SBS-10)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!