Namlea, SBS
Tambang emas
Gunung Botak dilaporkan kini kembali bergeliat karena telah dimasuki penambang
ilegal. Mendapatkan informasi itu, Kapolda Maluku, Irjen Royke Lumiwa memberi
warning bawahannya dengan tiga kata,"Awas, hati-hati !".
Sebelumnya
Kapolda Maluku, yang ditanya wartawan pada Sabtu malam (16/2) di Namlea,
mengaku belum mengetahui hal itu.
Bahkan kapolda
menyarankan agar menanyakan masalah Gunung Botak kepada Kapolres Pulau Buru,
AKBP Ricky Purnama Kertapati yang saat itu berada di sisi kapolda.
Saat diperlihatkan
beberapa bukti foto aktifitas di GB, kapolres langsung berujar akan segera
ditanganinya.
Sementara
Kapolda langsung tanggap dan menanyakan para penambang itu masuk sejak kapan,
seraya meminta kapolres untuk segera menyelidiki dan menanganinya.
Paska mendapat
bocoran dari wartawan, dalam pengarahan kepada jajaran Polres Pulau Buru pada
Minggu pagi (17/2), Kapolda menegaskan di hadapan seluruh bawahannya, kalau
kita polisi yang mengenakan baju coklat sudah disumpah untuk melakukan yang
terbaik.
"Kapolda
dan jajaran sudah kasih contoh," tandas kapolda.
Kapolda mengungkapkan,
kalau ada godaan besar di Tambang Gunung Botak. Kalau dirinya mau, maka sudah
mengantongi uang miliaran rupiah dari sana.
"Saya kalau
mau terima uang bisa milyaran. Godaan besar
di Gunung Botak ini. Kalau mau, saya tutup mata saja. Bilang tidak di depan
umum, tapi bilang iya di bawah tangan dan di bawa meja. Boleh juga, sapa yang
mau marah saya. Paling dapat hukum. Itu kalau saya gila," tandas kapolda.
"Tapi saya
tidak gila. Saya normal. Kalau saya ilegator, saya sebut ilegator. Ilegal
permuatannya dan ilegator orangnya. Walau tidak ada terminologi ilegator di
kamus manapun. Kalau saya pelaku ilegal, gampang saya sudah terima doi (uang)
banyak," tambahkan kapolda.
Kapolda mengaku,
sebelum datang ke Maluku, dirinya sudah dikasih iming-iming.
"Pak Kapolda,
begini begini, saya bilang iya-iya saja biar dia senang. Tapi saya sikat
juga," tegaskan kapolda.
"Sekarang
saya dengar dari wartawan, malam-malam sudah muncul lagi.Awas hati-hati," tegasnya
lagi.
Menurut kapolda,
bila kasih biar satu dua orang penambang yang masuk ke GB, maka lama-lama dia
jadi besar.
"Malam-malam
sumulai gali-gali lai langsung bawa ke tempat lain,"ungkap Kapolda.
Untuk itu, ia
mewanti-wanti Kapolres Pulau Buru dan jajarannya agar tetap mempertahankan
prestasi dan kerja bagus selama ini terkait dengan tambang ilegal. Polisi
jangan sampai kendor.
"Sekali
katakan tidak, tetap tidak untuk ilegal di Gunung Botak. Jangan sampai kasih
biar," ingatkan Kapolda.
Sementara itu mengutip
laporan aparat keamanan, mengungkapkan pada tanggal 3-4 Februari lalu telah
dilakukan pemantauan di bekas PETI GB dan ditemukan adanya aktifitas
penambangan tanpa izin (PETI).
Masih adanya
aktifitas PETI oleh para penambang ilegal saat malam hari dengan beberapa
metode penambangan emas diantaranya, sistim kolam/lubang, tembak larut/dompeng
mini, kodok-kodok, dan sistim karpet manual.
Menurut laporan
ini, penambangan dengan metode lubang/kolam terpantau beraktifitas di areal
Gunung Botak dengan jumlah kurang lebih 5 titik namun belum jelas Identitas
Penambang.
Sedangkan
penambangan dengan metode terowongan
beraktifitas pada satu titik tepatnya di daerah tanah merah dikerjakan
oleh penambang asal Gorontalo bernama Ato dkk.
Masih menurut
laporan ini, lubang galian itu sebelumnya milik Destuju dan Siki asal Sulsel.
Aktifitas sudah berlangsung tiga bulan dan luput dari pantauan.
Aktifitas ilegal
oleh Ato dkk itu konon dibeking oleh anak dari salah satu tokoh adat di sana
berinitial JN.
Mengutip lebih
lanjut isi laporan ini, disebutkan pula bahwa penambang ilegal yg beraktifitas
di areal bekas PETI Gunung Botak berasal dari Luar Pulau Buru dan penambang
lokal asli pribumi/masyarakat adat Buru dan penduduk sekitar tambang. Rata-rata
aktifitas penambangan Ilegal di areal Gunung Botak dilakukan pada malam hari.
Kecuali
aktifitas penambangan dengan metode karpet manual di sungai Jalur B, Desa
Persiapan Wamsait, beraktifitas pada siang maupun malam hari.
Laporan ini
lebih lanjut mengungkapkan, kalau lubang/kolam milik Destuju dan Siki asal
Sulawesi diteruskan pekerjaanya oleh seorang oknum pengusaha tambang yang di
kalangan penambang selalu dipanggil dengan sebutan Pirang Manado.
Bahkan untuk
menopang para penambang ilegal bekerja di sana,
Pirang Manado telah membuka usaha warung makan dan sembako.
"Bahwa para
penambang yg naik ada yg secara sembunyi-sembunyi,namun juga ada yg
berkoordinasi dengan Pos Pam Gunung Botak," demikian isi kutipan laporan
ini. (SBS/11)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!