Namrole, SBS
Kendati
sudah memimpin Kabupaten Buru Selatan (Bursel) hampir dua periode, namun Tagop
Sudarsono Soulissa masih saja dinilai gagal memimpin daerah yang kental dengan
budaya Kai Wait tersebut.
Tagop
yang sejak lama doyan jalan-jalan keluar daerah ketimbang berada di daerah ini mendapat
tanggapan serius dari mahasiswa asal Bursel.
Tak
terima dengan kondisi itu terus berlanjut. Tagop pun di demo oleh Forum
Silaturahmi Pemuda Pelajar Mahasiswa Namrole (FORSIPPMAN) dan Aliansi Mahasiswa
Peduli Rakyat (AMPERA) di Kantor Bupati Bursel maupun di DPRD setempat, Senin
(11/03/2019) siang.
Aksi
demo yang dilakukan ini turut mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian
Polsek Namrole maupun Satpol PP Kabupaten Bursel.
Aksi
demo yang dikoordinir oleh Rispan Lesnussa selaku Kordinator Lapangan (Korlap),
bersama rekan-rekannya yakni, Abubakar Mahu selaku Ketua Ampera Maluku dan Umar
Rifaldi Najar selaku Ketua Forsippman ini dilakukan dengan menggunakan megafon
dan membawa sejumlah pamphlet bertuliskan “Bupati Buru Selatan Gagal Membawa
Kemajuan Kab Bursel”, “Bupati dan DPRD Segera Mempercepat Proses Pengangkatan
Wakil Bupati” dan “DPRD Krisis Tanggung Jawab”.
Umar
Rifaldi Najar, Ketua Umum FORSIPPAM dalam orasinya mengecam keras Tagop
lantaran lebih banyak berada di luar daerah ketimbang di Kabupaten Bursel
dengan urusan tak jelas.
“Kami
menuntut Bupati Tagop Soulissa jangan terlalu keluar daerah. Alasannya
perjalanan dinas. Alasan apa, alasan perjalanan dinas omong kosong,” kecamnya.
Mereka
turut mempertanyakan maksud keberadaan Tagop yang lebih banyak berada diluar
daerah. Diantaranya lebih banyak berada di Ambon dan Jakarta, padahal Kantor
Bupati Bursel ada di Namrole dan bukan di Ambon atau Jakarta.
"Negeri
ini kata Tagop sudah maju, maju apa? maju kaleng-kaleng. Kabupaten ini di waktu
malam seperti hutan rimba, karena pejabat banyak orang luar, anak negeri tidak
dipakai," kecamnya lagi.
Ia
mengatakan, tujuan pemekaran Kabupaten Bursel untuk memakmurkan rakyat Bursel
dan untuk mensejahtrakan rakyat Bursel.
"Tetapi
rakyat Bursel dianaktirikan di negeri ini," teriak Umar.
Dikatakan,
masyarakat Bursel masih miskin. Olehnya, Pemda Bursel dituntut untuk segera
mempercepat proses pembangunan, diantaranya pembentukan Polres, Kejari dan
Perguruan Tinggi di Bursel.
Sebab,
menurutnya, jika ketiga lembaga ini dibangun, maka proses pengawalam terhadap
kasus korupsi dapat berjalan dengan baik.
Aksi
demo ini turut membuat pusing sejumlah pejabat yang ada di Kantor Bupati Bursel
lantaran mereka lebih banyak menyoroti kegagalan Tagop.
Kepala
Kesbangpol Ismid Thio pun sudah mencoba bernegosiasi dengan pendemo agar
aspirasi mereka dapat dibicarakan di dalam ruangan, namun ditolak oleh pendemo.
Asisten
I Setda Kabupaten Bursel Alfario Soumokil juga turut memerintahkan Kasat Pol Pp
Kabupaten Bursel Asnawy Gay agar meminta pendemo dapat menyampaikan tutuntutan
mereka di dalam ruangannya, namun lagi-lagi tak digubris oleh pendemo.
Setelah
berorasi secara bergantian, para pendemo pun kemudian melanjutkan aksi mereka
di halaman Kantor DPRD Kabupaten Bursel.
Dimana,
ketika melakukan orasi kurang lebih 15 menit di depan Kantor DPRD Bursel, para
pendemo pun kemudian ditemui oleh Wakil Ketua DPRD Bursel La Hamidi, dan dua
anggota DPRD Bursel lainnya, yakni Muhajir Bahta dan Maruf Solissa.
Para pendemo
dipersilakan masuk oleh Kasat Pol.PP Bursel Asnawi Gay ke ruang rapat DPRD
untuk beraudiens dengan para pimpinan dan anggota DPRD.
Saat itu,
Muhajir Bahta langsung mempersilakan para pendemo untuk membacakan tuntutan
mereka dan fokus pada tujuan dan tidak melebar kemana-mana.
“Terima
kasih untuk kedatangan adik-adik sudah datang menyampaikan keinginan, dan biar
kita langsung fokus saja pada apa yang menjadi tuntutan adik-adik Ampera Maluku
dan Forsippman agar bisa langsung di jawab langsung oleh Wakil ketua DPRD PA LA
Hamidi,” ujar Bahta membuka percakapan.
Korlap
Rispan Umar Lesnussa dihadapan para
wakil rakyat langsung membacakan 6 tuntutan mereka yakni, (Satu) Mendesak agar
Bupati dan DPRD Kabupaten Bursel segera mempercepat proses pengangkatan Wakil
Bupati Bursel. (dua) Meminta bupati agar segera mempercepat pengangkatan sekda
defenitif.
“Ke Tiga,
kami Ampera Maluku dan Forsippman meminta dengan tegas supaya Bupati Bursel
Tagop Sudarsono Soulissa segera mencopot Aminudin Bugis dari jabatanya sebagai
kadis pertanian Kabupaten Bursel,” tegas Lesnussa.
Selanjutnya,
(Empat) meminta DPRD harus proaktif dan menjalankan tugas dan fungsi sebagai
wakil rakyat dan memberikan teguran keras kepada bupati buru selatan yang
sering keluar daerah tanpa ada alasan yang jelas. (Lima) menuntut agar Pemda
dan DPRD harus menutup aktivitas tempat prostitusi di kota namrole serta (Ke
Enam) menegaskan agar Pemda dan DPRD harus lebih proaktif dalam proses
pembangunan di Kabupaten Bursel.
Setelah
mendengar tututan para pendemo, La Hamidi Langsung menjawab bahwa terkait
Pengangkatan Wakil Bupati harus melalui mekanismenya, dan DPRD sendiri khusunya
partai koalisi juga tidak mau berlama-lama dengan kondisi kekosongan pada
jabatan Wakil Bupati tersebut.
“Tentunya
adik-adik sudah memahami mekanisme. Kekosongan jabatan wakil bupati ini juga
kami tidak ingin berlam-lama namun sebagai bentuk penghormatan kepada beliau
(Alm Buce Ayub Seleky) kami dari partai Koalisi menyepakati proses pergantian
ini diproses setelah 40 hari masa berduka dan itu bentuk kesepakatan dengan
partai koalisi. Sudah selesai 40 hari dan dipastikan pemilihan wakil Bupati
sebelum legislatif 17 april ini. Awalnya sebelum pelantikan Gubernur Maluku
tanggal 13 Maret besok ini tapi karena ada agenda-agenda terkait kerja DPRD
maka ditunda,” ujarnya
Terkait
Sekda, Sekretaris Pan Bursel ini menjelaskan itu merupakan haknya Pansel.
“Dipercayakan
kepada Pansel. Tahapan sudah jalan dan infonya maret ini sudah di umumkan dan
bisa tau siap yang duduk sebgai Sekda,” ujar La Hamidi.
Untuk kasus
Kadis Pertanian, La Hamidi mengkau hingga saat ini belum memanggil Aminudin
Bugis karena peristiwa dugaan penghinaan terhadap Almarhum itu sempat memicu
ketegangan di tengah-tengah masyarakat Bursel.
“Sampai saat
ini DPRD belum memanggil Kadis Pertanian, karena kami juga juga belum tau siapa
yang salah dan yang benar. Untuk proses pemecatan itu domainnya Pa Bupati
karena Kadis adalah ASN dan pimpinannya adalah Bupati, tapi kami akan panggil
kadis dan kalau terbukti kami akan merekomendasikan ke bupati, tapi itu
semuanya kembali ke bupati sebagai kepala pemerintahan,” ujarnya.
Sedangkan
untuk tempat prostitusi dan Kafe-kafe yang ada di kota namrole akan dikaji
ijinnya karena berpengaru pada kondisi masyarakat yang dapat mengakibatkan
terjadinya hal-ha kriminalisasi.
“Untuk
pembangunan Pembangunan di Bursel, bukan adik-adik saja yang rasakkan tapi kami
di DPRD juga sama, dan itu tidak segampang membalik telapak tangan. Sektor
pendidikan infra struktur kita juga lebih baik walapun ada hal-hal yag menjadi
kekurangan kami dan semangat adik-adik ini menjadi support saling mengingatkan
dalam memajukan Kabupaten ini dan Kami siap menerima seluruh aspirasi,”
terangnya.
Kemudian hal
ini ditambahkan Muhajir Bhata Ajir bahta yang menutrukan proses pengisian
kekosongan jabatan wakil bupati ini menunggu 40 hari sebgai bentuk penghormatan
kepada almarhum Wakil Bupati Buce Ayub Seleky.
“ 40 karena
menuggu 40 hari masa berduka itu selesai dan ini kesepatakan Partai koalisi dan
partai koalisi juga sudah melakukan rapat dua kali,” ujar Bhata yang juga
Sekretaris Tim Pemenangan TOB-BU Jilid II ini.
“ Kalau
Sekda, DPRD bersifat mendorong dan memberi masukan. Karna ada tim Pansel dan
itu ASN. Namun yang kami butuhkan Sekda defenitif yang mampu mengangkat Bursel
dari disclaimer. Jadi kita percayakan kepada tim Pangsel dan DPRD tidak bisa
menentukan karena nanti dipikir DPRD berpolitisasi lagi,” tambahnya lagi.
Proses
audiens ini selesai dengan kesepakatan DPRD Bursel akan menampung seluruh
aspirasi yang disampaikan dan menindaklanjutinya.
Aksi damai
ini mendapat pengawalan ketat dari Anggota Polsek Namrole, dan puluhan anggota
Satpol PP Bursel. (SBS/02)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!