Namrole, SBS
Kapolres Pulau
Buru AKBP Ricky Purnama Kertapati mengatakan untuk kasus pemukulan wartawan
Koran Tahuri, Bernardo Leluly, pada Minggu (17/03) yang dilakukan oleh
syarifudin Pellu akan ditangani oleh Polsek Namrole dibawa pimpinan AKP Yamin Selayar
secara profesional dan sampai tuntas.
“Untuk kasus
pemukulan wartawan di Namrole ditangani oleh Polsek Namrole ya. Kemarin sudah
kami arahkan untuk bagaimana Polsek Namrole menanganinya secara prosedural dan profesional
untuk diungkap secara tuntas,” ucap Kapolres saat dicegat wartawan di depan
kantor bupati Buru Selatan (Bursel) usai mengikuti kegiatan Musrembang, Senin
(25/03/2019).
Ditanya terkait
ketidak sesuaian antara keterangan Pelaku (Syarifudin Pellu) dengan Du Soulissa
yang diduga telah menyuruh pelaku memukul wartawan apakah bisa dilakukan
rekontruksi untuk membuktikan itu, Kapolres mengaku belum mengetahui soal
ketidaksingkronnya keterangan tersebut.
Namun yang
pasti, Dirinya telah mengarahkan kepada Polsek namrole untuk melakukan
penyelidikan sesuai SOP Kepolisian.
“Nanti biar teknisnya
dilakukan oleh Polsek Namrole. Tapi sudah kami arahkan juga untuk Pak Kapolsek
melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada. Kan apapun ceritanya, kan ada
masalah menejemen SOP penyelidikan dan pasti tahapan itu dilalui, seperti itu
ya,” ujar Kapolres.
Sebelumnya
diberitakan, Syarifudin Pellu, warga Desa Masnana, Kecamatan Namrole, Kabupaten
Buru Selatan (Bursel) yang diduga merupakan suruhan kerabat Bupati Buru Selatan
(Bursel) tegah menganiaya wartawan Koran Tahuri, Bernardo Leluly, Minggu
(17/03) hingga mengalami luka diatas bibir, memar di siku kiri dan di lutut.
Leluly kepada
wartawan di Polsek Maluku, Senin (18/03) usai memberikan keterangan kepada
polisi selaku saksi korban mengaku kronologis kasus penganiayaan yang
dialaminya itu terjadi pukul 23.40 WIT ketika ia kembali membeli rokok dari
kios yang tak jauh dari kos-kosannya.
“Dia pukul dari
belakang lalu picah bibir atas. Pas waktu dapat pukul langsung beta jatuh dan
ada lecet di tangan dan lutut,” kata pria yang akrab disapa Nardo ini.
Kendati sempat
jatuh, Nardo lalu berupaya mengejar pelaku sambil minta tolong. Dimana, setelah
pelaku berlari kea rah Restaurant milik almarhum Wakil Bupati Bursel, tiba-tiba
datanglah sejumlah anggota Polsek Namrole yang sementara melakukan patroli
malam dan langsung menangkap pelaku.
“Kebetulan saat
itu anggota Polsek Namrole sementara patroli malam, persis di depan Resto
almarhum Pak Wakil, pelaku langsung di tahan. Sedangkan beta sendiri dibawa ke
rumah sakit untuk di visum. Waktu visum selesai, arahan dari Polisi besok
(Senin-red) pukul 09.00 WIT baru buat laporan karena sudah larut malam,”
ungkapnya.
Dimana, pada
Senin (18/03) Nardo dan istrinya pun mendatangi Mapolsek Namrole bersama salah
satu saksi lainnya, Elvis Pelasulla untuk memberikan keterangan kepada pihak
kepolisian.
“Pelakunya
Syarifudin Pellu. Dugaan sementara dia disuruh oleh orang lain untuk pukul beta
(saya-red). Hubungan beta dengan pelaku tidak ada apa-apa, kenal pun tidak,
namanya juga tidak. Setelah pemeriksaan baru diketahui namanya Syarifudin
Pellu,” ujarnya.
Nardo menduga
kasus pemukulan yang dialaminya ini ada hubungannya dengan berbagai pemberitaan
yang dilakukannya selama ini selaku seorang jurnalis sehingga untuk mengetahui
secara jelas motif pemukulan terhadap dirinya Ia meminta agar pihak kepolisian
dapat segera memanggil dan memeriksa otak intelektual dibalik kasus tersebut.
“Jadi
kemungkinan ada mata rantai, ada orang lagi yang menyuruh penyuruh Pellu.
Kemungkinan ada tiga orang terduga pelaku. Jadi, kalau bisa orang-orang ini
juga diperiksa supaya bisa tahu titik persoalannya kenapa,” pintanya.
Anggota
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bursel ini berharap PWI Kabupaten
Bursel, PWI Maluku, PWI Pusat maupun Komnas HAM RI turut membantu mengawal
kasusnya ini sehingga tidak diintervensi oleh oknum-oknum tertentu.
“Jadi, beta
memohon dukungan dari PWI dari Bursel, PWI Provinsi, PWI Pusat dan kalau bisa
juga dari Komnas HAM bisa memberikan support dan dukungan terkait persoalan
ini. Karena memang ada dugaan kuat ini ada kaitannya dengan
pemberitaan-pemberitaan selama ini di Bursel,” pintanya.
Sebab, jika
kasus-kasus seperti ini dibiarkan dan tak ada efek jerah bagi pelaku maupun
otak intelektualnya, maka ditakutkan kedepan akan ada korban-korban
penganiayaan seperti yang ia alami.
“Jadi, selaku
anggota PWI yang juga sudah lulus Ujian Kompetensi Wartawan (UKW) yang punya
legalitas UKW, saya memohon dukungan dari PWI dan aliansi jurnalis yang lain
sehingga kedepan jangan sampai ada lagi kasus-kasus yang sama seperti yang beta
alami,” pintanya.
Tak hanya itu,
jajaran kepolisian Polres Buru, Polda Maluku maupun Mabes Polri pun diminta
untuk mengawal penanganan kasus yang sementara ditangani Mapolsek Namrole itu.
“Beta juga
meminta dukungan dari oihak kepihak kepolisian, baik Polsek, Polres, Polda
Maluku maupun Kapolri juga kalau bisa mengawal kasus ini sehingga kasus ini
benar-benar transparan bagi kami jurnalis yang ada di Bursel, dan Maluku pada
umumnya seluruh jurnalis di Indonesia agar kasus-kasus pemukulan terhadap
wartawan tidak kembali terjadi, karena kasus ini diduga ada kaitan dengan
pemberitaan selama ini,” tuturnya.
Sementara itu,
Syarifudin Pellu, pelaku pemukulan mengaku aksi pemukulan yang dilakukan oleh
dirinya terhadap Nardo karea disuruh oleh kebarat dekat Bupati Bursel Tagop
Sudarsono Soulissa yakni Du Suolissa yang sehari-hari bekerja sebagai Supir
Bupati.
“Du yang suruh.
Supir Bupati,” kata Syarifuddin kepada wartawan di Mapolsek Namrole, Senin
(18/03).
Syarifufin
mengaku bahwa Du Soulissa beberapa kali datang ke desa Masnana dan meminta ia
melakukan pemukulan terhadap korban dan bahkan menunjukkan korban secara
langsung kepada dirinya disaat korban sementara santai di teras kos-kosan.
“Di rumah di Masnana dua minggu lalu, tidak
kasih uang,” ungkap pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan itu. Du
yang tunjuk orang (korban-red) langsung. Waktu itu lagi duduk di teras,”
ucapnya.
Sementara itu,
selain telah memeriksa korban Bernardo Leluly, polisi juga telah meminta
keterangan dari istri Bernardo yakni Marna Lamaloang dan salah satu saksi
lainnya, yakni Elvis Pelasula serta tersangka Syarifudin Pellu.
Kapolsek
Namrole, AKP Yamin Selayar yang dikonfirmasi, Sabtu (23/03/2019) mengaku bahwa
penyidik Polsek Namrole telah melakukan pemeriksaan terhadap Du Soulissa, Supir
Bupati Buru Selatan (Bursel), Tagop Sudarsono Soulissa, Sabtu
“Sudah, yang
bersangkutan telah dimintai keterangan dan di BAP kemarin,” kata Kapolsek
kepada media ini di Namrole, Minggu (24/03).
Kapolsek
mengaku, supir Bupati Bursel itu diperiksa selama 1 jam lebih, namun yang
bersangkutan membantah telah menyuruh pelaku Syarifudin Pellu untuk menganiaya
korban Bernardo Leluly yang adalah wartawan Koran Tahuri.
Bahkan, Lanjut
Kapolsek, dalam beberapa keterangan yang disampaikan Du, ternyata berbeda
dengan apa yang disampaikan oleh Syarifudin Pellu.
Setelah
pemeriksaan kepada Du, pihaknya akan melakukan proses konfrontir terhadap
Syarifudin dan Du secara bersamaan.
“Tetapi nanti
kita akan konfrontir keduanya secara bersamaan supaya diketahui seperti apa
karena ada ketidaksinkronan dari pengakuan tersangka dan dari orang yang
tersangka akui yang menyuruhnya,” terangnya. (SBS/02)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!