Namlea, SBS
JL, 49 tahun,
seorang bapak di Kampung Waekase II, Desa Waekase, Kecamatan Airbuaya,
Kabupaten Buru, hasil tracking dengan rapit test bereaksi positif (Reaktif).
Diduga ia mulai tertular, dari anaknya EL teman seperjalanan dari zona merah
Jakarta dengan Pasein 01, mahasiswa asal NTT, AMM alias HM alias M.Dugaan.
Jubir Satgas
Covid 19 Kabupaten Buru, Nani Rahim mengungkapkan, kalau Sabtu siang tim
kesehatan telah terjun lagi di Desa Waekase guna melakukan rapid test tehadap
keluarga dua adik mahasiswa berinitial EL dan GW.
Tim berhasil
melakukan rapid test terhadap bapak, ibu dan dua adik dari EL. Tiga orang
hasilnya negatif dan hasil rapid test untuk bapak dari EL, berinitial JL,
bereaksi positif.
"Kasus
bapak JL ini baru terbaca melalui rapid test bereaksi positif dengan tingkat
akurasinya di atas 80 persen. Namun untuk pastikan harus diswab untuk uji PCR. Sedangkan anaknya EL, sudah
Diswab Tenggorokan dan tinggal menunggu hasil PCR keluar," ungkap Nani
Rahim , Sabtu malam (25/4).
Sedangkan
terhadap keluarga mahasiswa berinitial GW, tim kesehatan tidak dapat menemukan
mereka di dalam kampung Waekase II. Konon kabarnya satu keluarga ini memilih
bersembunyi di suatu tempat karena merasa dikucilkan warga kampung paska
anaknya dievakuasi dari kampung tanggal 23 April lalu karena hasil rapid test
bereaksi positif.
Satu akun
Facebook atas nama Marko Madelove Humlatu, pada halaman facebooknya mencoba
membela rekannya dan menyerang balik tim kesehatan Satgas covid 19 Kabupaten
Buru yang dituding berlaku semena-mena terhadap rekan mereka.
Marko Madelove
Humlatu mengaku rekannya sempat dikarantina di Senyum Bupolo selama 14 hari
sebelum balik ke kampung . Padahal, setali tiga uang dengan GW yang tidak
jalani karantina, Mako yang juga sedang pulang kampung ini diduga tidak jalani
karantina padahal ia juga datang dari zona merah covid 19.
Dari rekam jejak
digitalnya yang ditinggalkan, Marko alias Mako ini terakhir tinggalkan Jakarta
tanggal 27 Maret lalu dan jejaknya berada di kota Namlea, Kabupaten Buru
tanggal 2 April lalu.
Ada dugaan ia
tidak jalani karantina mandiri, termasuk hanya berdiam di rumahnya, karena
jejak digitalnya juga terbaca berada di salah satu lokasi di Passo, Kecamatan
Baguala, kota Ambon pada tanggal 17 April lalu. Terakhir terlacak ada lagi di
Namlea tanggal 22 April lalu.
Lantas bagaimana
sampai bapak di kampung Warkase II ini bisa terbaca rapid test bereaksi
positif? Sedangkan ia tidak datang dari zona merah dan juga tidak bepergian
jauh.
Dari hasil
penelusuran wartawan medis ini terungkap, berawal dari anaknya yang pulang
bersamaan dengan mahasiswa NTT, HM yang memakai identitas orang lain dan
mengaku bernama Ansar. Mereka tiba di Namlea dengan KM Dorolonda tanggal 31
Maret lalu dan dijemput teman kontak erat berinitial FN, serta sempat menjalani
karantina di Senyum Bupolo selama 14 hari.
Saat pengambilan
rapid test pertama tanggal 8 April lalu, hanya HM yang hasilnya terbaca
positif. Sedangkan EL dan yang lain negatif.
Setali tiga uang
dengan HM yang mengaku bernama Ansar, EL juga mengecoh tim kesehatan dengan
merobah huruf awal di depan namanya E menjadi I. Marganya yang berawalan L
tertulis marga lain berawalan N.
Kemudian saat
dirapid test kedua tanggal 14 April lalu, hasil yang terbaca sangat diragukan,
sehingga IN alias EL dianjurkan jangan pulkam dahulu dan melanjutkan karantina
di Rumah KAT di Jalan Pendopo Wabub.
Namun IN alias
EL memilih pulang ke Waekase II dan kumpul bersama bapak, ibu dan kedua adiknya
serta bertemu dengan banyak orang di kampung halamannya.
Kemudian pada
tanggal 17 April lalu hasil PCR HM alias si Ansar palsu diumumkan positif, IN
alias EL masuk dalam daftar 21 nama mahasiswa klaster pertama yang harus
ditracking, termasuk pula GW yang juga berada di kampung Waekase II dan tidak
pernah dikarantina di Senyum Bupolo.
Dua rekan mereka
WW dan JW, konon khabarnya belum sempat pulang kampung, karena hasil rapid
test tanggal 14 April lalu bereaksi
positif dan tetap memilih dikarantina di Penginapan Silta, di Lala, Kecamtaan Namlea.
Saat tim
kesehatan propinsi tiba dan melakukan pengambilan swab tenggorokan dua kali
pada tanggal 20-21, IN alias EL dijemput dan dievakuasi ke Penginapan Silta.
Media juga masih memberitakan kalau mahasiswa ini berinitial IN .
Selanjutnya,
informasi yang berhasil dihimpun lebih jauh menyebutkan, sambil menunggu hasil
PCR 9 orang dari Kabupaten Buru keluar, tim satgas covid 19 Buru sudah
menyiapkan langkah-langkah untuk tracking lagi banyak orang bila nanti PCR
bereaksi positif terhadap mereka yang telah Diswab.
Langkah
terjelek, akan mengisolasi seisi Kampung Waekase II bila hasil PCR mahasiswa EL
ini kelak bereaksi positif.
Salah satu
langkah yang diambil duluan mendahului dengan merapid test keluarga dekat,
termasuk keluarga EL.
"Hari ini, Sabtu
tanggal 25 April 2020 pukul 14.35 WIT, kami melakukan tracking awal kepada
kontak erat dari pasien rapid test positif atas nama EL dan GW. Dari 4 orang
anggota keluarga EL. Satu terindikasi reaktif/positif dari rapid test. Sedangkan
anggota keluarga dari GW tidak kami jumpai karena mereka bersembunyi di tempat
yang tidak kami jumpai,"ungkap Nani Rahim.
Nani Rahim
mengaku kalau tim satgas telah melakukan
pendekatan persuasif dengan kedua keluarga ini agar mereka lebih terbuka
dengan tim yang melakukan trancking.
"Dalam
lingkungan sosial, kedua keluarga pasien ini merasa dikucilkan, dianggap
sebagai pembawa virus corona di desanya, sehingga pada saat tim tiba di lokasi
keluarga terkesan tertutup. Bahkan keluarga dari GW menghindari tim
pemeriksa," bebernya lagi.
Hasil Rapid Test
terhadap ayah EL ini akan disampaikan satgas covid 19 melalui Puskesmas Bara
Kecamatan Airbuaya.
"Adapun
rencana evakuasi dari 1 orang yg positif rapid test akan kami diskusikan dengan
satgas malam ,"tutup Nani Rahim. (SBS/11)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!