Namrole, SBS
Setelah JW alias JP divonis oleh tim gugus Tugas Kabupten Bursel kemarin, Kamis (30/04) reaktif (positif 80 persen) virus Corona membuat sejumlah masyarakat yang tak puas dengan hal tersebut angkat bicara.
Sala satu Pemuda Desa Leku, Nasir Huat yang didampingi Kepala desa Leku, Abubakar Letetuni dan sejumlah warga kepada wartawan di Namrole, Jumat (01/05) mengaku sangat kecewa dengan putusan yang di sampaikan oleh Ketua Gugus Tugas dalam hal ini Bupati Bursel, Tagop Sudarsono Soulisa terkait hasil Rapid Test dari JW.
Menurutnya, ada sejumlah kejanggalan yang ditemukan, sebab JW yang merupakan warga Desa Leku adalah warga yang sudah mengalami sakit sebelum Virus Corona muncul.
"Kami menyesalkan hal ini, kami ingin sampaikan bahwa ibu JW jni sudah mengalami sakit sebelum wabah Corona ini, beliau itu ke Wamsisi hanya menemui anaknya dan beliau sakit disana, makanya dibawa ke Puskesmas dan selanjutnya ke RSUD Namrole," terang Huat.
Ia menjelaskan, bagaimana mungkin JW bisa tertular sementara beliau bukan pelaku perjalanan maupun pernah bersentuhan dengan pasien yang sudah terkonfirmasi Positif.
"JW ini adalah petani, setiap hari beliau hanya di rumah lalu ke kebun, aktifitasnya setiap hari seperti itu. Jadi kalau terpapar Corona ini bagaimana," ucapnya.
Disamping itu, Nasir juga kesal dengan pernyataan salah satu dokter RSUD Namrole yang tanpa melalui pemeriksaan sesuai dengan mekanisme kesehatan telah terburu-buru menvonis JW positif.
"Sangat disayangkan, waktu keluarga dan warga Desa Leku mengantarkan JW ke RSUD, ketika baru tiba beberapa menit ada salah satu dokter yang datang ke keluarga dan mengatakan bahwa pasien positif Corona. Padahal belum ada pemeriksaan apa-apa. Ini yang buat warga panik ditambah lagi keesokan harinya ada pernyataan Bupati selaku Ketua Gugus Tugas Covid-19 bahwa JW positif berdasarkan Rapid Test," paparnya.
"Harusnya sebelum dokter menyampaikan JW positif harus ada tindakan medis sesuai protab. Saudara kami JW ini sudah sakit lama sebelum Corona ini muncul, kalau divonis oleh dokter di depan keluarga, kami minta hasil PCR dari JW itu mana, kami menduga jangan-jangan ada sesuatu yang tidak beres disini," tambahnya.
Ditempat yang sama, Abdulatif Khan, salah satu pemuda Desa Leku menegaskan, seharusnya Bupati Bursel Tagop Sudarsono Soulisa selaku Ketua Tim Gugus lebih berhati-hati dalam menyampikan informasi, sebab dengan kondisi ini, warga Desa Leku sudah dikucilkan oleh warga Bursel.
"Kami telah melakukan investigasi ke Puskesmas Waesama bersama Bapak Desa, dan dari keterangan salah satu Bidan di Puskesmas tersebut bahwa saudara kami JW hanya sakit mual-mual, HB rendah yakni hanya 8 dan sedikit pusing, tapi kenapa saat di RSUD gejala klinisnya sudah berbeda. Apa ini sengaja digiring agar yang bersangkutan ditetapkan sebagai asien dengan Positif Corona?," ucapnya penuh tanya.
Sehingga di kesemptan itu, ia meminta agar Ketua Tim Gugus Tugas lebih jelih dalam memberikan informasi sebab banyak kejanggalan yang terjadi.
"Kami minta Pak Bupati selaku Ketua Tim Gugus Tugas untuk mengevaluasi Timnya, sebab dengan pernyataan dokter kepada pihak keluarga dan disaksikn oleh warga Desa Leku setelah saudara kami masuk RSUD telah membuat masyarakat panik, bahkan yang mengantar pasien ini harus mandi air laut pukul 04.00 WIT. Karena mereka panik sampai gemetaran," bebernya.
Ia juga menyesalkan, pasca ditetapkan JW reaktif Corona hasil rapid Test (positif 80 %), tidak ada sama sekali kepedulian dari Pemda melalui Gugus Tugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Desa Leku sehingga semakin mengucilkan masyarakat setempat.
"Seharusnya ada sosialisasi yang disampaikan kepada warga Leku setelah Pak Bupati menyatakan positif versi Rapid test itu. Misalnya ada himbauan untuk kami supaya tidak panik, atau rajin cuci tangan maupun hal-hal yang lain, tapi sampai saat ini tidak ada," ucapnya kesal.
"Tolonglah jangan membuat kami masyarakat panik dan membuat kami dikucilkan. Kami tegaskan sekali lagi, saudara kami JW ini sudah mengalami sakit dari beberapa bulan lalu, dan semua orang sudah tahu itu. Kalaupun Saudara kami positif, kami yakin akan ada ratusan orang juga yang positif, sebab sepanjang JW sakit sudah dijenguk oleh ratusan orang dari berbagai desa dari anak kecil sampi orang dewasa," pungkasnya.
Ia kembali menekankan, supaya pernyataan dokter kepada keluarga dan masyarakat itu harus dipertanggung jawabkan, sebab setelah mendengar apa yang disampaikan dokter telah menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.
"Kalapun dokter itu sampaikan bahwa saudara kami positif kami minta hasil PCR-nya itu mana, jangan langsung memvonis seperti itu," tegasnya.
Sementra itu, Ketua Pemuda Desa Leku, Sariman Solissa turut membenarkan apa yang disampaikan dokter itu, bahkan dia berani bersaksi bahwa dokter telah menyatakan JW positif corona setelah beberapa menit JW tiba di RSUD.
"Jadi waktu kami antar pasien itu, beberapa menit kemudian ada salah satu oknum dokter datang dan tanya suami dan keluarga yang pasien yang mana, saat itu suami JW ini berdiri bersama saya juga berdiri dan dokter itu sampaikan bahwa pasien positif Corona, dari pernyataan itu langsung kami semua panik, sampai suaminya hanya pasrah," ucapnya.
Solissa mengatakan, seharusnya dokter tidak serta merta menyatakan hal itu, tetapi harus melalui tahapan-tahapan kesehatan yang ada.
"Pernyataan itu yang buat kami panik dan berimbas sampai saat ini banyak warga yang tak ingin bertemu dengan kami, padahal tidak ada masalah apa-apa, kami ingin masalah ini harus segera diklarifikasi," pungkasnya. (SBS-Tim)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!