Namrole, SBS
Setelah dikerjakan selama kurnag lebih dua tahun, akhirnya Pastori II Jemaat GPM Labuang Diresmikan, Sabtu (21/11/2020).
Acara Peresmian itu ditandai dengan pembacaan Akta Peresmian oleh Ketua Klasis GPM Buru Selatan, Pdt. A. P. Saija dan dilanjutkan dengan Penandatanganan Berita Acara Penyerahan Gedung Pastori II oleh Ketua Panitia Pembangunan, Theno Pessy Wattimury dan Ketua Klasis GPM Buru Selatan, Pdt. A. P. Saija yang juga disaksikan oleh Bupati Buru Selatan, Tagop Sudarsono Soulisa.
Momentum Peresmian itu pun turut diwarnai dengan pengguntingan pita oleh Kasubdit Perempuan dan Anak Klasis GPM Buru Selatan, Pdt. E. Sapulete/S serta penyerahan kunci dari Ketua Panitia Pembangunan kepada Ketua Klasis.
Ketua Klasis dalam sambutannya mengaku sangat bersyukur atas diresmikannya Pastori II tersebut.
"Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yesus karena atas penyertaannya saja kita bisa menyelesaikan pembangunan pastori 2 jemaat GPM Labuang yang hari ini 21 November 2020 kita resmikan," katanya.
Sebagai pimpinan gereja di Klasis Buru Selatan, ia turut memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas kerja keras Majelis Jemaat, Panitia Pembangunna, Panitia Pengresmian, para tukang dan seluruh jemaat GPM Labuang yang telah berjibaku dengan proses pembangunan Pastori II kurang lebih selama 2 tahun.
Ucapn terima kasih pun disampaikannya kepada Pemerintah Buru Selatan sebagai mitra dan berbagai pihak lainnya yang sudah turut serta menopang dalam proses pembangunan Pastori II tersebut.
Menurutnya, pembangunan pastori merupakan bagian utuh dari pelayanan gereja, pelayanan jemaat untuk meningkatkan pelayanan, karena di pastori itu pendeta dan keluarganya tinggal untuk melayani umat.
"Dengan demikian pendeta yang tinggal di pastori harus bertanggung jawab dalam meningkatkan kapasitas diri, bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanannya kepada umat sehingga umat merasa terlayani," ucapnya.
Karena, lanjutnya, pendeta tidak datang membawa rumahnya dan pendeta datang masuk rumah yang sudah disediakan oleh umat, dan karena itu harga mati bagi pendeta untuk menempati pastori jemaat, yaitu tidak bisa tidak melayani.
"Apa pun keadaannya, pelayanan harga mati bagi pendeta yang menempati pastori jemaat. Sebab ketika umat merasa terlayani, maka umat akan tergerak dalam kesadaran untuk berpartisipasi dan terlibat dalam pelayanan. Hak dan kewajiban pelayan, hak dan kewajiban umat itu dua sisi dari 1 mata uang yang tidak bisa dipisahkan," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya lagi, Pastori sebagai rumah yang dibangun oleh jemaat untuk pendeta dan keluarga tinggal selama bertugas di jemaat harus menjadi tempat yang terbuka bagi pelayanan umat, pastori juga harus menjadi tempat terbuka bagi perjumpa bagi sesama saudara.
"Pastori yang dibangun oleh umat harus terbuka bagi umat. Rumah pastori harus dijadikan sebagai rumah doa," tuturnya.
Sementara itu, Bupati Buru Selatan, Tagop Sudarsono Soulisa dalam sambutannya pun turut menyatakan rasa syukurnya atas Pengresmian itu.
"Kita patut bersyukur hari ini, sebuah kebanggaan bagi jemaat GPM di Labuang, yang mana telah memberikan bukti nyata pengabdian kepada Tuhan bahwa dapat menyiapkan sebuah fasilitas yang megah untuk seorang pelayan Tuhan di Desa Labuang ini," kata Tagop.
Untuk itu, atas nama pemerintah, Tagop memberikan apresiasi yang besar karena ini merupakan bagian dari proses pembangunan yang menunjukan bahwa kita orang Buru Selatan mau berubah dan berkembang.
Menurutnya, keberadaan Pastori II yang baru diresmikan merupakan implementasi iman umat GPM Jemaat GPM Labuang.
"Bangunan ini merupakan simbol, kita tidak bisa lepas pisahkan itu semua. Makanya, seperti tadi Pak Ketua Klasis sampaikan bahwa bangunan yang megah ini menunjukkan kemegahan hati para jemaat yang ada di Desa Labuang ini terhadap keimanannya, terhadap apa yang diaktualisasikan dalam kesehariannya," katanya.
Ia menilai, tugas pendeta, apalagi Ketua Klasis di Buru Selatan ini tidak gampang, tentunya harus berkolaborasi dengan sesama umat yang ada.
"Peran gereja telah memberikan arti yang penting bagi pembangunan sumber daya manusia di Buru Selatan ini, karena kecerdasan intelektual bukan menjadi semata-mata dasar pijakan bagi proses pertumbuhan manusia, tetapi yang paling berhak ikat, yang paling dalam adalah kecerdasan spiritual dan kecerdasan spirituanya itu tidak didapatkan di bangku sekolah, kita baca buku tiap hari, tetapi dalam proses keimanan dan proses pembelajaran yang dibimbing oleh orang yang dekat dengan Tuhan, yaitu siapa, para pendeta, para imam, ya," tuturnya.
Jadi, tambahnya, kalau Bapa Pendeta, Ibu Pendeta su bilang, itu itu sudah. Bapa Imam su bilang, itu itu sudah. Tapi kadang-kadang sebagai manusia biasa Katong lupa bahwa apa yang dipesankan oleh Tuhan melalui imam, melalui Pendeta, pendeta atau ustadz, terkadang Katong lupa, kadang kita berjalan dengan kemauan kita sendiri, untuk itulah kita butuh sebuah bimbingan untuk mencerdaskan spritual kita.
Untuk diketahui, acara Pengresmian itu turut dihadiri Ketua Majelis Jemaat GPM Labuang Pdt. H. R. Lessil/S, Pendeta Jemaat GPM Labuang Pdt B. Lesnussa, Ketua Panitia Pengresmian yang juga anggota DPRD Buru Selatan Bernadus Waemesse, anggota DPRD Buru Selatan Yakob Dominggus Lesnussa, para pimpinan OPD dan tamu undangan lainnya. (SBS/01)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!