Namrole, SBS - Basudara Amarima Hatuhaha Buru Selatan (Bursel) menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW dengan sorotan tema ” Memperkokoh Maningkamu Amarima Hatuhaha Buru Selatan.
Kegiatan ini berlangsung meriah di gedung serbaguna Namrole Selasa, 25/10/22.
Bupati Bursel dalam sambutannya yang di bacakan Asisten II Setda Bursel Drs. Ibrahim Banda menyampaikan bahwa peringatan Maulid Nabi adalah salah satu hari penting umat Islam untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dia mengatakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahun merupakan sebuah tradisi yang sudah kental dan melekat yang tujuannya semata-mata untuk terus mengingat, mengenal, mempelajari dan mendoakan serta mencintai Nabi Muhammad sebagai suri teladan umat.
“Setiap perilaku, tindakan, perkataan dan sifatnya senantiasa menjadi teladan utama umat Islam “jelasnya.
Olehnya itu, Bupati mengajak kepada kita semua agar menjadikan peringatan Maulid ini sebagai momentum strategis guna menggugah kesadaran kita untuk senantiasa menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri teladan yang baik uswatun hassanah dalam kehidupan keseharian kita.
Sebelumnya salah satu sesepuh Amarima Hatuhaha Bursel Ahmad Sahubawa dalam sambutannya menceritakan sejarah singkat Amarima Hatuhaha. Dimana Amarima Hatuhaha adalah akar Budaya Orang Basudara di Pulau Haruku, Maluku Tengah.
Asisten I Setda Bursel ini menjelaskan Amarima Hatuhaha atau sebagian juga menyebut Uli Hatuhaha adalah persaudaraan lima negeri bersaudara adik kakak yang sangat dikenal di Maluku, khususnya di Pulau Haruku.
“Lima negeri itu adalah Pelauw, Kailolo, Kabauw, Rohomoni dan Hulaliu. Dikisahkan dalam sejarah, lima negeri itu konon pada zaman dahulu kala hidup di sebuah Kerajaan yang disebut Kerajaan Alaka, di Bukit Alaka, Pulau Haruku,” jelas Sahubawa.
“Orang di Pulau Haruku, pasti sangat paham soal ini. Persaudaraan lima negeri adik kakak, Pelauw, Kailolo, Kabau, Rohomoni dan Hulaliu adalah warisan genealogis kebudayaan mereka,” ungkapnya.
Lanjutnya, dari sejak mereka bermukim di Bukit Alaka, maupun ketika sudah bermukim di pesisir pantai, ketika memasuki masa kolonial, diawali oleh Portugis dan kemudian Belanda.
Simbol-simbol budaya Hatuhaha Amarima hingga saat ini masih menjadi warisan budaya yang hidup di tengah masyarakat Hatuhaha Amarima dimana saja berada.
“Budaya hidup tersebut ditata dan dikelola, serta diselenggarakan dengan sebuah falsafah yang khas Maluku, yaitu falsafah hidup orang basudara sebagai bentuk kearifan lokal anak negeri Maluku yang sarat dengan kekayaan nilai-nilai kehidupan,” tandas Sahubawa.
Turut hadir, selain Asisten I Setda Bursel Ahmad Sahubawa, Asisten II Setda Bursel Drs. Ibrahim Banda, sejumlah Pimpinan OPD, Para Majelis Ta’lim, Tokoh Agama, Masyarakat dan undangan lainnya. (Opik)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!