Namrole, SBS - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Buru Selatan (Bursel) periode 2022-2025 di harapkan dapat bersinergi dengan pemerintah daerah.
Demikian harapan Bupati Kabupaten Buru Selatan (Bursel) Safitri Malik Soulissa, saat membaca sambutan pada pelantikan pengurus IDI Cabang Bursel, Sabtu, 2 September 2023, yang di pusatkan di Aula Kantor Bupati Bursel.
"Selamat atas dilantiknya IDI Cabang Bursel periode 2022-2025. Selamat menjalankan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab, demi meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Bursel. Senantiasa menjunjung tinggi semangat demi kemanusiaan dengan berpegang teguh pada sumpah dan etika kedokteran, " Kata Bupati.
Orang nomor satu di Negeri Lolik Lalen Fedak Fena juga berharap, semoga dengan dilantiknya kepengurusan yang baru mampu memajukan profesi dokter di Kabupaten Bursel, meningkatkan profesionalisme dan memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.
Sebab, kedepannya akan banyak tantangan yang akan dihadapi pengurus IDI dalam menegakkan kode etik kedokteran. Semakin sering kita temui peristiwa di mana etika dikesampingkan demi mengejar pengakuan diri, apalagi di era media sosial seperti sekarang, supaya viral apapun di share, di kontenkan, yang kemudian ini menjadi hal yang memprihatikan.
"Saya optimis pengurus IDI Cabang Bursel akan selalu berkomitmen mengantisipasi hal-hal tersebit dengan melakukan pengawasan dan penegakan etika kedokteran, " Tutur Soulissa.
Kini, berbagai isu kesehatan di masyarakat Bursel sangat memprihatinkan. Salah satunya adalah stunting. Kabupaten Bursel merupakan wilayah dengan prevelansi balita stunting tertinggi di Maluku berdasarkan survei status gizi Provinsi Maluku tahun 2022, yakni mencapai 41,6 persen. Angka ini naik 2,5 poin dari 2021yang sebesar 39,1 persen. Angka ini naik 2,5 poin dari 2021 yang sebesar 39,1 persen. Angka ini sangat tinggi jika di bandingkan standar World Health Organisation (WHO) sebesar 20 persen.
Menurut Safitri, stunting membawa dampak terhadap kualitas SDM generasi muda dan dampak ekonomi dari stunting. Dampak jangka panjang salah satunya yaitu drop out sekolah. Sedangkan dampak ekonominya yaitu potensi kerugian Rp 260-390 trilyun/tahun.
Hal ini perlu di atasi bersama sehingga di harapkan pada masyarakat harus bersinergi bersama dalam upaya penanggulangan stunting. Intervensi terhadap penanganan dan pencegahan terhadap kasus stunting harus dilakukan. Secara sinergis, antar sektor kesehatan dan non kesehatan terutama dinas terkait, dan lembaga serta organisasi lainnya.
"Kami berharap IDI dapat terus bersinergi dengan pemerintah daerah dan segenap sektor kesehatan. Kesatuan visi dan misi kita sangat diperlukan untuk mewujudkan kondisi daerah yang lebih stabil dalam berbagai isu. Dengan demikian dokter dapat berkontribusi dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara ptofesional, " Ujar Malik. (Yul)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!