SoftBank, perusahaan penjual robot itu, berencana merilis
1.000 unit robot Pepper setiap bulan. Robot tersebut akan dijual seharga
198.000 yen atau setara Rp 21,4 juta dan bisa disewa seharga 1.500 yen (sekitar
Rp162.000) per jam.
Profesor Noel Sharkey, seorang pakar robot, mengatakan strategi
bisnis SoftBank itu "berisiko". Meskipun harga jualnya relatif murah
bagi sebuah robot canggih, pembeli harus membayar biaya bulanan hingga 24.000
yen atau Rp 2,6 juta dan meneken kontrak hingga tiga tahun.
“SoftBank berharap menghasilkan uang dari aplikasi, namun itu
berisiko karena belum jelas apakah orang-orang akan membuat aplikasi-aplikasi
itu,” kata Sharkey, dari University of Sheffield, Inggris.
Terdapat 100 aplikasi siap diunduh pada peluncuran Pepper.
Robot-robot itu akan dibuat oleh FoxConn. Toko daring asal Cina, Alibaba, juga
bergabung sebagai rekanan.
Kedua perusahaan itu akan menanam 188 juta dolar AS atau Rp
1,5 triliun pada divisi robotik SoftBank dan akan membeli 20 persen saham
perusahaan tersebut.
Belum ditetapkan tanggal peluncuran Pepper di luar Jepang,
namun kepala eksekutif SoftBank, Masayoshi Son, mengatakan itu mungkin akan
terjadi tahun depan.
Peka perasaan
Peka perasaan
Pepper adalah robot yang sangat canggih. Dia bahkan bisa
mengingat wajah dan diprogram untuk mengenali perasaan manusia.
“Dia tampak luar biasa, dan saya pikir mampu menyampaikan gerakan seperti manusia – namun fitur pendeteksian emosi manusia mungkin agak mengada-ada,” kata Sharkey.
“Dia tampak luar biasa, dan saya pikir mampu menyampaikan gerakan seperti manusia – namun fitur pendeteksian emosi manusia mungkin agak mengada-ada,” kata Sharkey.
“Saya juga merasa mereka memiliki estimasi berlebihan mengenai
fungsi bicara juga. Percakapan dengan Pepper terasa sepihak, dan dia menanyakan
terlalu banyak pertanyaan,” tambahnya.
Robot yang memiliki lebih dari 20 motor penggerak dan
lengan-lengan dengan fungsi canggih itu dipasarkan sebagai robot rumah tangga,
mampu membantu lansia atau sebuah keluarga.
Namun Sharkey tidak yakin robot itu akan laku di kalangan
konsumen. “Dia dikatakan bisa menjadi asisten, namun dia tidak bisa mengangkat
apapun, jadi dia hanyalah sebuah pendamping dengan keterbatasan,” katanya.
Jumlah warga lanjut usia di Jepang kian meningkat dan
pemerintah Jepang berniat menggunakan teknologi untuk menopang sektor kesehatan
yang semakin terbebani. (Kompas.com)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!