TEMPO.CO, Beijing -
Seorang wanita di Cina bernama Li Lijuan menghabiskan jutaan yuan selama 19
tahun untuk membiayai anak-anak telantar. Wanita dermawan dari Wu'an, Provinsi
Hebei, di Cina utara ini sejak 1980 membelanjakan hartanya untuk menghidupi 73
anak telantar.
Li, yang yang pada 26 April 2015 berusia 46 tahun, menjadi ibu bagi anak-anak itu. Ia menganggap mereka sebagai anak sendiri. Setiap jam lima pagi Li sudah terbangun, lantas menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya dan membersihkan halaman rumah.
Tugas berikutnya adalah mengantarkan 22 anak-anak ke sekolah dengan mengendarai sendiri minibus. Li mengurus 73 anak angkat itu dengan sepenuh hati. Mungkin karena kelelahan mengurus anak sebanyak itu, Li tampak lebih tua. Di usia 46 tahun, semua rambut Li sudah memutih dan kulitnya mulai keriput.
Dari mana wanita paruh baya itu mendapatkan uang untuk mengurus anak sebanyak itu? Menurut kabar burung, Li menjadi jutawan setelah bisnis garmennya berkembang pesat. Dia juga berinvestasi di industri bijih besi pada 1980-an. Namun keuangan Li mulai limbung saat bisnis garmen dan bijih besinya bangkrut.
Wanita itu tak mampu lagi memenuhi biaya keluarga besarnya itu. Krisis keuangan Li semakin parah setelah ia didiagnosis menderita penyakit limfoma atau kanker darah stadium awal. Li tak mampu membiaya pengobatan penyakit kankernya. Ia lebih memilih untuk membiayai perawatan 73 anak angkatnya.
Karena keterbatasan dana, ia hanya sempat dirawat di rumah sakit selama seminggu. Li sudah menjual seluruh harta kekayaannya dan bahkan kini utangnya telah menumpuk menjadi sekitar dua juta yuan atau US$ 322 ribu (setara Rp 4,3 miliar). Ia kini tengah pusing memikirkan bagaimana membiayai 73 anak angkatnya.
Banyak sukarelawan bersedia merawat anak-anak angkat Li. Namun aturan adopsi di Cina yang ketat membuat Li kesulitan menemukan wali asuh baru. Ke-73 anak itu secara resmi diadopsi dan tidak pernah dinyatakan sebagai anak yatim. Dengan demikian, mereka tidak bisa diadopsi oleh keluarga lain berdasarkan regulasi Cina.
Li memang mendapat sumbangan dari badan dan yayasan sosial. Namun merawat 73 anak membutuhkan biaya besar. Yang lebih penting lagi sulit untuk menemukan orang tua asuh yang mau merawat anak-anak dengan penuh kasih saying, termasuk mereka yang cacat. Anak cacat, menurut Li, bukan sekadar butuh uang, tapi kasih sayang. (Tempo.co)
Li, yang yang pada 26 April 2015 berusia 46 tahun, menjadi ibu bagi anak-anak itu. Ia menganggap mereka sebagai anak sendiri. Setiap jam lima pagi Li sudah terbangun, lantas menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya dan membersihkan halaman rumah.
Tugas berikutnya adalah mengantarkan 22 anak-anak ke sekolah dengan mengendarai sendiri minibus. Li mengurus 73 anak angkat itu dengan sepenuh hati. Mungkin karena kelelahan mengurus anak sebanyak itu, Li tampak lebih tua. Di usia 46 tahun, semua rambut Li sudah memutih dan kulitnya mulai keriput.
Dari mana wanita paruh baya itu mendapatkan uang untuk mengurus anak sebanyak itu? Menurut kabar burung, Li menjadi jutawan setelah bisnis garmennya berkembang pesat. Dia juga berinvestasi di industri bijih besi pada 1980-an. Namun keuangan Li mulai limbung saat bisnis garmen dan bijih besinya bangkrut.
Wanita itu tak mampu lagi memenuhi biaya keluarga besarnya itu. Krisis keuangan Li semakin parah setelah ia didiagnosis menderita penyakit limfoma atau kanker darah stadium awal. Li tak mampu membiaya pengobatan penyakit kankernya. Ia lebih memilih untuk membiayai perawatan 73 anak angkatnya.
Karena keterbatasan dana, ia hanya sempat dirawat di rumah sakit selama seminggu. Li sudah menjual seluruh harta kekayaannya dan bahkan kini utangnya telah menumpuk menjadi sekitar dua juta yuan atau US$ 322 ribu (setara Rp 4,3 miliar). Ia kini tengah pusing memikirkan bagaimana membiayai 73 anak angkatnya.
Banyak sukarelawan bersedia merawat anak-anak angkat Li. Namun aturan adopsi di Cina yang ketat membuat Li kesulitan menemukan wali asuh baru. Ke-73 anak itu secara resmi diadopsi dan tidak pernah dinyatakan sebagai anak yatim. Dengan demikian, mereka tidak bisa diadopsi oleh keluarga lain berdasarkan regulasi Cina.
Li memang mendapat sumbangan dari badan dan yayasan sosial. Namun merawat 73 anak membutuhkan biaya besar. Yang lebih penting lagi sulit untuk menemukan orang tua asuh yang mau merawat anak-anak dengan penuh kasih saying, termasuk mereka yang cacat. Anak cacat, menurut Li, bukan sekadar butuh uang, tapi kasih sayang. (Tempo.co)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!