Ambon - Gubernur
Maluku Said Assagaff mengajak seluruh kader Angkatan Muda Gereja Protestan
Maluku (AMGPM) untuk terus melahirkan program-program kreatif.
Hal itu diungkapkan gubernur saat membuka Kongres
XXVIII AMGPM yang berlangsung di Gereja Imanuel, Jemaat Amahusu, Ambon, Minggu
(25/10).
“Kongres harus menjadi wadah untuk menguji secara
kristis persoalan gereja selama ini dan juga bisa membedah persoalan-persoalan
di gereja dan masyarakat serta bisa membangun program dengan visi jauh kedepan
untuk menghadapi tantangan regional dan global,” tandas gubernur di depan
ratusan peserta dari 32 pengurus daerah.
Dijelaskan, sebagai anak kandung dari GPM, tentunya
AMGPM harus mampu mengemban amanat ilahi dan harus menjadi garda terdepan
gereja.
“AMGPM juga harus bisa mengaktualisasikan fungsinya
sebagai garam dan terang dunia dengan cara cepat beradaptasi dengan
lingkungannya karena dinamika sosial dan masyarakat terus berubah dengan
cepat,” jelasnya.
Ia juga berharap, AMGPM bisa menyusun program strategis
guna menopang Maluku menjadi laboratorium kerukunan beragama di Indonesia.
Sementara itu, Ketua MPH Sinode GPM Maluku, John
Ruhulessin dalam arahannya sekaligus pidato perpisahan karena akan mengakhir
masa jabatannya mengatakan, pelaksanaan kongres AMGPM sangat penting bagi
gereja dan merupakam peluang strategis untuk menyusun program-program untuk
perkembangan gereja kedepannya.
“Dalam kongres harus dibangun konsolidasi-konsolidasi
penting untuk melihat posisi AMGPM dalam bergereja maupun dalam posisi
dibidanh ekonomi, sosial, budaya dan politik,” ujarnya
Dikatakan, AMGPM dalam kehadirannya harus sadar
atas misinya sebagai garam dan terang dunia serta sadar akan masalah-masalah
yang terjadi disekelilingnya misalnya persoalan pengangguran.
Pengangguran, katanya, masih dalam jumlah tinggi
karena masih kurangnya usaha ekonomi kreatif di masyarakat padahal di Maluku
sangat kaya akan sumberdaya namun ironisnya masyarakat sekitar masih dalam
kategori miskin.
“Persoalan HIV/AIDS juga menjadi persoalan yang serius
dan sekarang hal ini saja dilihat dari sisi kesehatan saja namun sudah dari
kacamata HAM dimana sudah ada perubahan cara pandang kepada penderita dan
AMGPM harus mengkaji isu-isu ini dengan baik,” katanya.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang juga merupakan
salah satu isu yang diusung dalam kongres, menurut Ruhulessin harus menjadi
kesempatan bagi masayarakat di Maluku untuk meningkatkan kesejahteraan serta
menjadi lebih maju.
“Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan harus
juga diusahakan dalam menghadapi MEA karena pendidikan merupakan bentuk
investasi yang penting untuk perkembangan bangsa. AMGPM juga harus memperkuat
basis kaderisasinya ditingkat ranting dan cabang-cabang serta harus dapat
membenahi kemampuan berteologi untuk lebih baik kedepannya,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum PB AMGPM Elifas T
Maspaitela dalam pidatonya bertajuk “Menuju Satu Abad Menjadi Gereja di Provinsi
Maluku” mengatakan gereja ditengah-tengah perkembangan zaman harus mengembangkan
komunal bergerejanya dengan melakukan ibadah-ibadah dan program-program yang
meningkatkan kekeluargaan dan kemitraan jemaat.
“Aksentuasi pada pendidikan kader di GPM harus
menjadikan AMGPM sebagai gerakan kontrol sipil di masyarakat. AMGPM harus juga
tanggap terhadap dinamika sosial ekonomi dengan merangkulnya dalam
program-program kerja AMGPM sert tidak boleh dipisahkan dari program gereja dan
harus didekatkan dengan gereja,” katanya.
Sementara itu, kepada Siwalima disela-sela
kongres, Maspaitela menjelaskan pelaksanaan kongres AMGPM bertanggungjawab
untuk menetapkan pokok garis besar program kerja pada 2015-2020.
“Kedepan ini kita punya beberapa program prioritas
yang pertama itu pendidikan kader,yang kami harapkan untuk kematangan seluruh
kader AMGPM di Maluku dan Maluku Utara. Kami juga akan melakukan agenda
pendidikan politik agar AMGPM dapat membangun kecerdasan warga untuk mereka
memahami hak dan mereka harus tahu jalurnya unuk memperjuangkan hak-hak
demokrasi di tingkat masyarakat,” jelasnya
Dikatakan, dalam kongres juga akan diangkat isu mengenai
MEA supaya kedepannya ada upaya pemberdayaan ekonomi, supaya masyarakat
bisa terbebas dari belenggu kemiskinan.
Ia menambahkan agenda pemilihan PB AMGPM juga akan
menjadi perhatian kongres. “Kita punya sekian banyak kader yang dirasa siap
untuk mengemban tanggungjawab lima tahun kedepan,” katanya.
Kongres Terbesar
Sementara itu, Ketua Panitia pelaksana Kongres
XXVIII AMPGPM, Paulus Kastanya dalam laporannya mengatakan, Kongres XXVIII
merupakan kongres terbesar dalam sejarah AMGPM karena dihadiri oleh 32 daerah.
“Adanya 32 daerah menandakan AMGPM telah bertumbuh
bersama dengan klasis-klasis GPM. Kongres ini diikuti 428 peserta dari 32 Daerah
AMGPM,” ujarnya
Kongres sendiri dilaksanakan dibawah sorotan tema
“Allah Kehidupan, Tuntunlah Kami Membela dan Merawat Kehidupan” serta Sub Tema
“Delapan Dekade GPM Bersyukur Dengan Bersama-sama Meningkatkan Kualitas Hidup
Manusia dan Alam, Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) dan Ancaman
HIV/Aids. Pembukaan kongres diawali dengan ibadah yand dipimpin oleh Pendeta
Odhie Ririmase (Ketua Klasis GPM Ternate). (Siwa5)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!