Close
Close

Seleky Baca Sambutan Menkominfo Saat Upacara Hartiknas di Bursel

Namrole, SBS.
Wakil Bupati Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Buce Ayub Seleky bertindak sebagai Inspektur Upacara Hari Kebangkitan Nasional (Hartiknas) ke 108 di Namrole, Kabupaten Bursel.
Pantauan Suara Buru Selatan, dalam Upacara yang dipusatkan di Lapangan Kantor Bupati Kabupaten Bursel itu, turut diikuti oleh ratusan PNS, PTT maupun TNI/Polri.
Seleky turut membaca sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara mengatakan salah satu inspirasi yang bisa kita serap dari berdirinya Boedi Oetomo sebagai sebuah organisasi modern pada Tahun 1908 adalah munculnya sumber daya manusia Indonesia yang terdidik, memiliki jiwa nasionalisme kebangsaan dan memiliki cita-cita mulia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
“Dengan tampilnya sumber daya manusia yang unggul inilah semangat kebangkitan nasional dimulai,” katanya.
Perjuangan Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo tersebut kemudian dilanjutkan oleh kaum muda pada Tahun 1928 yang kemudian melahirkan Soempa Pemoeda. Dan melalui perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya kita dapat memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan, kita bangsa Indonesia telah berjanji dan berketetapan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  ini adalah harga mati  yang tak dapat ditawar-tawar lagi dalam kondisi dan keadaan apa pun.
NKRI adalah negara demokrasi berlandaskan ideologi Pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang hidup di tengah masyarakat. Wilayah NKRI terbentang luas dari Sabang hingga Merauke, terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk sebesar 154,9 juta jiwa dengan 1.331 suku bangsa, 746 bahasa daerah , dengan garis pantai sepanjang 99,093 km persegi.
Menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan, baik dari dalam maupun dari luar dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
“Komitmen terhadap NKRI ini penting saya tegaskan kembali pada upacara peringatan Harkitnas ke-108 ini mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangka pun surut,” ujarnya.
Bahkan melalui kemajuan teknologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme, misalnya, mendapatkan medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya.
Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara kultural. Munculnya kekerasan dan pornografi, misalnya, terutama yang terjadi pada generasi  yang masih sangat belia, adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa ini yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan.
Lagi-lagi, medium baru teknologi digital berperan penting dalam penyebaran informasi, baik positif maupun negatif, secara cepat dan massif.
Ketika berbicara tentang lanskap dunia dalam konteks teknologi digital tersebut, kita juga menghadapi problem kaburnya batas-batas fisik antara domestik dan internasional. Potensi pergaulan dan kerja sama saling menguntungkan akibat relasi dengan dunia internasional tumbuh makin intens, tetapi juga sekaligus makin rentan terhadap penyusupan ancaman terhadap keutuhan NKRI dari luar wilayah negeri ini.
Tantangan-tantangan baru yang muncul di depan kita tersebut memiliki dua dimensi terpenting, yaitu kecepatan dan cakupan. Tentu kita tidak ingin kedodoran dalam menjaga NKRI akibat terlambat mengantisipasi kecepatan dan meluasnyaanasir-anasir ancaman karena tak tahu bagaimana mengambil bersikap dalam konteks dunia yang sedang berubah ini.
“Oleh sebab itu, saya menganggab penting  tema: ‘Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter’ yang diangkat untuk peringatan Harkitnas Tahun 2016 ini,” ucapnya.
Dengan tema ini, lanjutnya, kita ingin menunjukan bahwa tantangan apa pun yang kita hadapi saat ini harus kita jawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandir dan berkarakter.
“Saya berpendapat bahwa ada penekanan pada dimensi dalam tma tersebut. Kerja nyata kita, kemandirian kita, dan karakter kita semua terpusat pada pemahaman bahwa saat ini kita dihadapkan dalam kompetisi global. Persaingan bukan muncul lagi dari tetangga-tetangga di sekitar lingkungan kita saja, sebaliknya inilah saat paling tepat bagi kita untuk bahu membahu bersama sesama anak bangsa untuk memenangkan persaingan-persaingan pada aras global, karena lawan tanding kita semakin hari semakin muncul dari seantero penjuru dunia. Sebagai satu kesatuan, mau tak mau kita harus bangkit untuk menjadi bangsa yang kompetitip dalam persaingan pada tingkat global tersebut,” tuturnya.
Pada aspek-aspek kerja nyata, kemandirian dan karakter kitalah terletak kunci untuk memenangkannya.
Kini bukan saatnya lagi mengedepankan hal-hal sekedar pengembangan wacana yang sifatnya seremonial dan tidak produktif. Kini saatnya bekerja nyata dan mandiri dengan cara-cara baru penuh inisiatif, bukan hanya mempertahankan dan membenarkan cara-cara lama sebagaimana yang telah dipraktikkan selama ini.
Hanya karena telah menjadi kebiasaan sehari-hari, bukan berarti sesuatu telah benar dan bermanfaat. Kita harus membiasakan yang benar dan bukan sekedar membenarkan yang biasa.
“Untuk saudara-saudaraku yang diberikan amanat Allah untuk mengemudikan jalannya bahtera pemerintahan, saya mengajak untuk menyelenggarakan proses-proses secara lebih efisien. Mari pangkas segala proses pelayanan yang berbelit-belit dan berkepanjangan tanpa alasan yang jelas. Mari bangun proses-proses yang lebih transparan. Mari berikan layanan tepat waktu yang telah dijanjikan,” harapnya.
Proklamator dan Presiden pertama RI, Ir. Soekarno pernah menekankan tentang pentingnya membangun karakter bangsa. Menurut Beliau ‘membangun suatu bangsa, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya, membangun jiwa bangsa. Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya’.
Demikian juga tentang pentingnya kerja nyata kita, Bung Karno berpesan bahwa ‘Amal semua untuk kepentingan semua. Keringanan semua buat kebahagoaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan semua’.

“Semoga Harkitnas ini juga memperbaharui semangat Trisakti: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Jika kita konsisten, saya yakin jalan kemandirian ini Insya Allah akan membawa bangsa ini mengalami kebangkitan yang selanjutnya, yaitu menjadi bangsa yang lebih jaya dan kompetitif dalam kancah internasional,” tuturnya. (SBS-03)

Beri Komentar Anda

Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!

أحدث أقدم