Bupati Kabupaten Buru Selatan (Bursel),
Tagop Sudarsono Soulissa berharap di usia yang ke 65 Tahun Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), para bidan yang ada di lingkup Pemerintah Kabupaten Bursel
akan semakin menunjukkan kualitas dan sikap profesionalismenya dalam bekerja.
“Saya berharap Bidan Indonesia semakin
berkualitas dan semakin memiliki sikap profesional dalam kerjanya, terutama
bidan-bidan yang berada di lingkup Kabupaten Bursel,” kata Tagop dalam
sambutannya yang dibacakan oleh Asisten II Setda Kabupaten Bursel, Ais Lesnussa
dalam acara peringatan HUT IBI ke 65 Tahun yang berlangsung di Ruang Aula
Kantor Bupati Bursel, 25 Agustus 2016.
Selain itu, Tagop pun berharap, dengan
usia yang baru ini, para bidan pun mampu bekerja dan menjalankan fungsi profesionalitasnya
secara maksimal serta kompetitif.
“Di usia ke 65 ini, saya berharap
bidan-bidan semakin memiliki percaya diri dan kemampuan kompetitif yang tinggi
dalam menjalankan tugas profesinya,” harapnya.
Menurutnya, bidan sebagai salah satu
tenaga kesehatan strategis yang memiliki tugas dan fungsi memberikan pelayanan
kebidanan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak, khususnya kesehatan
reproduksi perempuan dan tumbuh kembang bayi dan balita.
Demikian juga pengawasan kehamilan dan
persiapan kelahiran serta kesiapan menjadi orang tua merupakan bagian yang
sangat penting menjadi perhatian seorang bidan.
Dijelaskan, Angka Kematian Ibu (AKI),
Angkat Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat dewasa
ini. AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya.
Menurut data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228/100.000 kelahiran hidup, AKB 34/1.000 kelahiran
hidup, AKN 19/1.000 kelahiran hidup, AKABA 44/1.000 kelahiran hidup.
Pendudukan Kabupaten Bursel pada tahun
2015 adalah 59.289 jiwa dengan CBR 32,48, maka terdapat 193/1.000 bayi lahir
hidup. Dengan AKI 9/1.000 kelahiran hidup, AKB 3/1.000 kelahiran hidup, AKN
11/1.000 kelahiran hidup.
“Bulan Januari sampai bulan Juni 2016
terjadi penurunan AKI 1/1.000 kelahiran hidup, AKN 3/1.000 kelahiran hidup,”
ungkapnya.
Menurut Tagop, faktor yang berkontribusi
terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung kematian ibu adalah
faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
seperti pendarahan, preeclampsia/eklampsia, inpeksi, persalinan macet dan
abortus.
Penyebab tidak langsung kematian ibu
adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti Empat Terlalu
(Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Sering Melahirkan dan Terlalu Dekat Jarak
Kelahiran).
Sementara, lanjutnya, menurut data SDKI
Tahun 2002 sebanyak 22,5 %, maupun yang mempersulit proses penanganan
kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti Tiga Terlambat (Terlambat
Mengenali Tanda Bahaya dan Mengambil Keputusan, Terlambat Mencapai Fasilitas
Kesehatan, dan Terlambat Dalam Penanganan Kegawatdaruratan).
Lanjutnya, faktor lain yang mempengaruhi
adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS,
tuberculosis, diabetes melitus, jantung, ganguan jiwa maupun yang mengalami
kekurangan gizi.(SBS-01)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!