Namrole, SBS.
Bupati
Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Tagop Sudarsono Soulissa mengaku kesal dengan
ulah oknum-oknum tertentu yang hingga kini menjadikan warga masyarakat di
Kecamatan Ambalau sebagai lahan yang subur untuk di provokasi guna menolak
saudara-saudara mereka yang hingga kini masih mengungsi di Namrole untuk dapat
pulang ke kampung halamannya di Ambalau.
“Saya
kira itu pikiran-pikiran picik dari masyarakat saja. Kita ini hidup di negara
kesatuan republik Indonesia, bukan negara kesatuan Ambalau, tidak ada. Siapa
pun warga negara Indonesia berhak tinggal dimana saja, tidak ada orang yang
bisa larang itu. Apalagi ini kampung mereka sendiri,” kata Tagop kepada wartawan
di Bandara Namrole, Selasa (6/9).
Dikatakan,
hingga kini masih ada pihak-pihak tertentu yang tak bosan-bosannya memprovokasi
masyarakat di Kecamatan Ambalau dan tak menghendaki agar masyarakat dapat hidup
tenang dan berdampingan dalam ikatan persaudaraan.
“Ini
jadi masalah, ada orang-orang yang bodok, yang tolol, beta bilang saja yang
tolol yang memprovokasi masyarakat untuk kepentingan-kepentingan pribadi dia
untuk mendapatkan keuntungan dari masyarakat,” ujarnya kesal.
Menurut
Tagop, apa yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di Ambalau ini merupakan
bentuk dari tindakan konosais
Menurut,
Tagop, apa yang terjadi di Ambalau tersebut telah melanggar Hak Asasi Manusia
(HAM) dan perilaku demikian di tentang di seluruh dunia.
“Itu
konosais paling di tentang di dunia, karena itu Hak Asasi Manusia untuk
tinggal. Iyakan? Lihat Bosnia, lihat Kroasia sana kan dimusuhi oleh seluruh
dunia karena apa, mereka lakukan Konosais. Konosais itu salah satu hak yang
diambil dengan unsur pemaksaan. Jadi, tidak bisa, terangnya.
Menurut
Tagop, oknum-oknum yang memprovokasi masyarakat itu pun hingga kini masih
menyebarkan isu miring bahwa dirinya bersama Wakil Bupati Buce Ayub Seleky
dilantik oleh Gubernur Maluku Said Assagaff dengan SK palsu.
“Contohnya
saja mereka masih kasih isu beta dilantik dengan SK palsu. Gila kapa, beta
pakai Garuda seperti ini tiap hari tidak di tangkap oleh polisi. Ini lambang
garuda, masa SK palsu, ini otak paling bodoh,” paparnya penuh kesal.
Walau
begitu, Tagop tetap serius untuk memulangkan para pengungsi di Namrole untuk
segera kembali ke Ambalau dalam waktu dekat.
“Sudah,
nanti ada penambahan aparat keamanan, baik polisi maupun tentara dan saya sudah
berkoordinasi dengan Dandrem untuk aparat, khususnya tentara aka turun disana
dan juga brimob juga sudah saya minta penambahan langsung dari danton brimob
dan beliau sudah setuju,” ungkapnya.
Bahkan,
lanjut Tagop, tak hanya berbagai komunikasi yang akan dibangun dengan warga
masyarakat di Kecamatan Ambalau semata, tetapi dirinya yang tak ingin
masyarakat di Kecamatan tersebut terus menjadi korban provokasi pun akan turun
langsung ke Ambalau sebagai bentuk kepeduliannya kepada masyarakat disana.
“Nanti
saya mau turun kesana. Kita akan lakukan secara bertahap, komunikasi,
sosialisasi kan,” katanya.
Sebelumnya
diberitakan, perwakilan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Buru Selatan
(Bursel) dicaci maki oleh sekelompok masyarakat di Kecamatan Ambalau ketika
tiba di Ambalau untuk mengkoordinasikan rencana pemulangan sekitar 100 Kepala
Keluarga (KK) yang mengungsi ke Namrole pasca konflik Pilkada 9 Desember 2016
lalu.
Perlakuan
tidak mengenakan itu didapati oleh perwakilan Pemda Kabupaten Bursel itu
terdiri dari Camat Ambalau, Murad Loilatu yang di kawal oleh 20 anggota TNI
dari 731 Kabaresi, Jumat (2/9).
Loilatu
kepada wartawan di Kantor Bupati Bursel, Senin (5/9) menjelaskan, sewaktu
dirinya bersama aparat dari TNI tiba di Ambalau, mereka langsung di hadang oleh
sekelompok masyarakat Ambalau yang menolak pemulangan masyarakat Ambalau yang
telah mengungsi sejak Desember 2015 lalu untuk kembali lagi ke Ambalau.
''Kami
dicaci maki habis-habisan oleh sekelompok masyarakat yang semuanya adalah ibu-ibu,''
ujar Loilatu penuh sesal atas peristiwa tersebut.
Padahal,
lanjut Loilatu, sebagai perwakilan Pemda Bursel yang di kawal oleh puluhan
personil aparat TNI 731 Kabaresi tersebut, pihaknya ingin untuk para pengungsi
dapat segera dipulangkan kembali ke kampung halamannya.
''Anggota
TNI dari 731 Kabaresi akan membantu pemda untuk membangun rumah milik masyarakat
Ambalau yang rusak pasca Pilkada. Dimana, yang mengungsi saat ini ada 100 lebih
KK,'' ujar Loilatu.
Disampaikan,
yang akan kembali ke Ambalau itu adalah masyarakat Ambalau sendiri, namun
ditolak. Loilatu menduga, ada aktor yang bermain untuk mendapat keuntungan dari
masyarakat.
''Kami minta kepada Kapolda Maluku maupun Pangdam XVI Pattimura untuk segera mengevaluasi anggotanya yang ada di Ambalau sana,'' pinta Loilatu.
''Kami minta kepada Kapolda Maluku maupun Pangdam XVI Pattimura untuk segera mengevaluasi anggotanya yang ada di Ambalau sana,'' pinta Loilatu.
Pinta
Loilatu lagi kepada Kapolda Maluku dan Pangdam XVI Pattimura agar menurunkan
aparat keamanan guna melakukan pengamanan secara tegas sehingga masyarakat
Ambalau yang sedang mengungsi dapat kembali dengan aman.
''Saya
selaku Camat akan melaporkan peristiwa itu kepada Pak Bupati dan Pak Wakil
Bupati serta akan melapor caci maki kepada kepolisian,'' ujarnya.
Sebab,
Loilatu menduga, ada indikasi provokasi yang sengaja dilakukan oleh beberapa
orang kepada masyarakat disana untuk meraup keuntungan dari masyarakat.
Loilatu
berharap kepada Kapolda Maluku untuk segera perintahkan kepada Kapolres Buru agar
menangkap orang-orang yang menyebar provokasi di masyarakat agar menolak
masyarakat Ambalau di pengungsian untuk kembali ke kampung mereka.
Selain
itu, Loilatu meminta kepada DPRD Bursel agar memanggil Kapolres Buru guna
mempertanyakan aparat keamanan yang ada di Kecamatan Ambalau.
'' Anggota
Kepolisian di Polsek Ambalau sana tidak bisa berbuat apa-apa, '' tandas Loilatu.
(SBS-02)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!