Close
Close

Memperingati Hari Pahlawan, Seleky Jadi Peminpin upacara

Namrole, SB
Jajaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Buru Selatan (Bursel) mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan, Kamis (10/11).

Upacara yang berlangsung di lapangan kantor bupati setempat, juga dihadiri aparat Kepolisian, anggota TNI, para siswa SD-SMA di Kota Namrole.

Bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup), Wakil Bupati Kabupaten Bursel, Buce Ayub Seleky. Sementara komandan upacara dipercayakan kepada Sertu Ayudin dari Kompi Senapan D 731 Kabaresi.

Wakil Bupati saat membacakan amanat Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansyah mengatakan Setiap tanggal 10 November, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan, sebagai momen reflektif untuk memberi makna atas pengorbanan para pahlawan kusuma bangsa, dengan menyalakan jiwa kepahlawanan dalam perjuangan mengisi kemerdekaan.

Peringatan tersebut didasarkan pada peristiwa 'Pertempuran 10 November 1945' di Surabaya, sebagai pertempuran pertama dan terbesar antara pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dengan memakan korban jiwa yang sangat besar.

Peristiwa tersebut memberi pelajaran moral bahwa warisan terbaik para pahlawan bangsa bukanlah 'politik ketakutan', melainkan 'politik harapan'.

“Bahwa seberat apapun tantangan yang dihadapi dan keterbatasan yang ada, tidak akan menyurutkan semangat perjuangan,” katanya.

Menurutnya, pengalaman merebut dan mempertahankan kemerdekaan juga menunjukkan betapa spirit perjuangan dan mental - karakter kepahlawanan memiliki daya hidup yang luar biasa dalam menghadapi berbagai rintangan dan penderitaan.

Untuk itu, peringatan Hari Pahlawan harus mampu menggali apinya, bukan abunya. Dengan meminjam ungkapan Bung Karno, semangat kepahlawanan itu adalah semangat rela berjuang, berjuang mati-matian dengan penuh idealisme dengan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

“Semangat Kepahlawanan adalah semangat persatuan, persatuan yang bulat-mutlak dengan tiada mengecualikan sesuatu golongan dan lapisan. Semangat Kepahlawanan adalah semangat membentuk dan membangun Negara,” paparnya.

Diungkapkan setiap zaman memiliki tantangannya tersendiri. Oleh karena itu, setiap zaman harus mengembangkan respon kepahlawanan yang sesuai dengan zamannya.

 Lanjutnya, setelah Indonesia merebut kemerdekaannya, semangat Kepahlawanan tidak cukup hanya dengan mempertahankan patriotisme defensif, dibutuhkan patriotisme yang lebih positif dan progresif.

“Patriotisme sejati bukan sekadar mempertahankan melainkan juga memperbaiki keadaan negeri. Untuk keluar dari berbagai persoalan bangsa hari ini, patriotisme progresif dituntut menghadirkan kemandirian bangsa tanpa terperosok pada sikap anti-asing,” ingatnya.

Dalam rangka mencapai perikehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, patriotisme progresif harus mengembangkan ketahanan bangsa untuk bisa mandiri dalam ekonomi, berdaulat dalam bidang politik dan berkepribadian kebudayaan.

Sejalan dengan orientasi Trisakti tersebut, Pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil presiden H.M Jusuf Kalla hadir dengan menawarkan VISI transformatif: 'Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong.


“Dalam kerangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut NAWA CITA. Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dafam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi) dan ranah politik. Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara aksereratif, berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” pungkas Menteri Sosial. (SBS-07)

Beri Komentar Anda

Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!

أحدث أقدم