Camat Fena Fafan, Robinson Biloro membantah bahwa dirinya
telah menggunakan mobil dinasnya sebagai mobil angkutan umum yang dikenakan
biaya.
Biloro mengaku kecewa dengan adanya laporan masyarakat yang
mengeluhkan bahwa dirinya telah mencari keuntungan dari operasional miobil
dinasnya sebagai angkutan umum, sebab sesungguhnya apa yang dilakukan pihaknya
hanya dengan dasar ingin membantu semata.
“Orang paling baik ini beta sudah. Masa mobil dinas mau
pasang tarif. Tapi, saya mau bicara apalagi, saya bantu meeka lagi baru mereka
bilang bayar,” kata Biloro kepada wartawan di Kantor Bupati Bursel, Jumat
(13/1).
Biloro tak membantah bahwa sering masyarakat yang menumpangi
mobil dinasnya, tapi pihaknya tidak pernah mengharuskan para penumpang untuk
membayar tarif tertentu.
“Saya tidak tahu menahu dengan itu. Katong tidak pernah
bilang dong bayar kah apa. Katong bantu dong naik,” ucapnya kesal.
Terkait dengan adanya laporan yang disampaikan oleh
masyarakat kepada Ketua Fraksi PDIP Perjuangan di DPRD Buru Selatan (Bursel),
Sami Latbual tentang pengoperasian mobil dinasnya sebagai angkutan umum, Biloro
menilai ada pihak-pihak yang tidak menyukainya dan ingin menjebak dirinya.
“Katong malu, loko buang akang lai. Katong baru pake, orang
naik baru bilang katong pakai tarif lagi. Mungkin orang-orang yang naik itu mau
jebak katong,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan,
Ketua Fraksi PDIP DPRD Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Sami
Latbual memintahkan secara tegas kepada
Inspektorat Bursel untuk segera melakukan pemeriksaan khusus (Riskus) kepada
Robinson Biloro selaku Kantor Camat Fena Fafan Kabupaten setempat. Hal itu
disampaikan Latbual kepada wartawan di Namrole (6/1).
Latbual mengatakan, anggaran yang diberikan kepada Kecamatan
Fena Fafan milyaran rupiah, tetapi anggaran sebanyak itu tidak diketahui
digunakan untuk apa saja. ''Kami memintahkan sekaligus mendesak kepada
Inspektorat agar melakukan pemeriksaan khusus (Riksus) untuk Kecamatan Fena
Fafan. Bukan kepada camat tetapi bagi
kecamatan,'' ujarnya kesal terhadap perilaku Camat.
Tambahnya, sesuai laporan masyarakat kepadanya bahwa, Mobil Dinas Camat Kecamatan Fena Fafan selama
ini bukannya digunakan untuk keperluan dinas tetapi digunakan sebagai angkutan
umum untuk mencari keuntungan.
''Untuk rute Fena Fafan-Ewiri, Fena Fafan-Tifu itu dikenakan
biaya Rp. 100.000 per orang, jadi pulang pergi Rp. 200.000, selain ada pula
beberapa rute lainnya,'' ungkap Latbual.
Dikatakan Latbual, bila mobil itu digunakan untuk membantu
masyarakat tidak perlu dikenakan tarif tetapi harus secara gratis karena mobil
itu milik pemerintah yang dibeli dengan uang rakyat. Yang membuat Ketua DPC
PDIP Bursel ini lebih kesal dengan perilaku Camat Fena Fafan ini, karena Camat
lebih banyak berada di Kota Kabupaten dari pada melaksanakan tugasnya di
kecamatan.
Akibatnya tidak terlihat aktivitas pemerintahan maupun
pelayanan publik di kantor camat termuda di Bumi Fuka Bipolo itu.
''Gaji-gaji honor milik pegawai tidak tetap (PTT) selama
setahun pun belum dibayar oleh camat, punya perasaankah tidak camat seperti
itu," ujar Latbual yang penuh prihatin terhadap nasib pegawai disana.
Tidak saja gaji honor milik PTT yang tidak dibayar setahun,
tetapi pegawai negeri sipil juga sama. Akibat dari keburukan camat seperti itu
menyebabkan para pegawai kecamatan enggan untuk masuk kerja.
''Sebagai anggota Komisi A, saya sudah berkordinasi dengan
pimpinan Komisi untuk segera memanggil beberapa Camat, termasuk Camat Fena
Fafan untuk memberikan penjelasan,'' ujar Latbual.
Menutup keterangannya
kepada wartawan, Latbual menegaskan kembali kepada Inspektorat untuk segera
memeriksa Camat Fena Fafan terhadap penggunaan anggaran milyaran rupiah yang
diberikan pemda untuk pembangunan kecamatan itu. (SBS-01)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!