Kepala
Badan (Kaban) Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (KPP) Kabupaten
Buru Selatan (Bursel) Hakim Tuankotta menggelar panen Hotong bersama puluhan staf di salah satu kebun milik warga Desa
Labuang,
Kecamatan Namrole, Max Lesnussa
yang terletak di Kilometer 4 Kecamatan Namrole,
Jumat (20/01).
Hotong
atau yang biasa disebut "Feten" dalam Bahasa Buru merupakan salah
satu jenis tanaman serealia yang kini menjadi icon untuk Pulau Buru. Dimana, Hotong tak hanya gencar diperkenalkan ke
seluruh Indonesia maupun dunia interasional. Tetapi, Hotong pun kini tengah
menjadi prioritas pengembangan sebagai pangan lokal yang menjanjikan.
Tuankotta
kepada
wartawan menjelaskan bahwa
dengan adanya kebijakan pemerintah pusat terkait
pengembangan pangan lokal menuju kemandirian dan keunggulan nasional,
maka salah satu tanaman pangan lokal yang dikembangkan oleh Pemkab Bursel
adalah Hotong.
“Saat ini Kabuapten Bursel
sedang mengembangkan pertanian spesifik Hotong yang
tadinya kurang menjadi perhatian masyarkat. Tetapi dengan adanya kebijakan
pemerintah pusat
terkait dengan
pengembangan pangan lokal menuju
kemandirian dan keunggulan pangan nasional,
dimasing-masing kabupaten itu harus punya spek dan di Kabupaten Bursel
mengembangkan Hotong,” kata Tuankotta. Lanjut Pria yang akrab disapa Kim ini mengaku, selain Hotong, Pemkab Bursel pun sedang mengembangkan
tanaman pangan lokal lainnya
dalam mengantisipasi tingginya permintaan masyarakat.
“Untuk
Bursel, selain Hotong ada juga
pengembangan-pengembangan pangan lokal lainnya seperti umbi-umbian dan
kacang-kacangan. Hal ini kami lakukan dalam mengantisipasi adanya permintaan
dan konsumsi yang tinggi dari masyarkat serta mengatasi kondisi alam dan wilayah yang
tidak bersahabat, ” terang Kim.
Ia
pun mengaku dalam hal pendistribusian secara besar-besaran keluar Kabupaten Bursel, Ia belum berpikir sampai disitu
mengingat hingga
saat ini pun produksi para petani Hotong belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat di Bumi Fuka Bipolo ini.
“Disini
(Bursel-red) ketersediaan masih sedikit, sedangkan
perminataan banyak. Sehingga untuk pendistribusian beta belum berpikir sampai disitu,” ujarnya.
Lanjutnya, Bursel dalam menyiapkan stok Hotong masih bergantung pada
kesiapan kelompok tani. Sebab, para petani di Bumi Fuka Bipolo ini belum secara serius
mengembangkan pangan lokal berupa Hotong ini.
“Karena
jujur saja kelompok tani disini seakan-akan kita harus membangun mereka
kembali, dan itu butuh sosialisasi, butuh
waktu, butuh pembinaan, butuh pemberdayaan, pendekatan dan banyak hal lagi.
Semua kita upayakan yang penting bisa melayani permintaan dari masyarakat Bursel,” ungkap Tuankotta.
Sementara
itu pemilik Kebun Hotong, Max Lesnussa menginginkan adanya perhatian khusus
yang diberikan oleh Pemerintah kepada para petani
Hotong yang ada di Kabupaten Bursel. Khusunya, dalam
bentuk
pendanaan maupun penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
“Yang
menjadi masalah di kami petani Hotong itu bukan saja lahan, tetapi dana dan
prasarana. Karena pengembangan Hotong itu tidak sama dengan sayur yang bisa di
tanam di pekarangan rumah. Untuk menanam hotong itu kita harus membuka Ewang (Hutan-red),” kata Lesnussa yang juga Ketua Majelis
Jemaat GPM Namrinat ini.
Pria
yang berprofesi tetap sebagai seorang pendeta di Jemaat GPM Namrinat ini mengaku bahwa di
Bursel hingga
kini masih minim sekali petani yang mau mengembangkan Hotong. Hal ini, karena dalam pengembangannya
dibutuhkan biaya,
sarana dan prasarana yang harusnya memadai sehingga untuk menjawab berbagai
masalah dan kendala itu, maka dibutuhkan peran serta pemerintah.
“Hotong
ini bedah pengelolahannya dengan hasil pertanian yang lain karena dalam
pengelolahannya dibutuhkan dana dalam membuka lahan serta transportasi, ya minimalnya Tosa,”
kata Lesnussa.
Selain
itu, ia pun menambahkan Hotong yang
merupakan tanaman musiman dalam setahun sekali panen ini
sudah disiapkannya untuk di promosikan dalam kegiatan MQT Tingkat Provinsi yang
akan di lakukan di Kabupaten yang bertajuk ‘Lolik
Lalen Fedak Fena’ pada Tahun 2017 ini.
“Hotong yang saya siapkan untuk MTQ ini sekitar 2 ton
lebih. Walaupun belum ada rencana pemerintah
tetapi saya secara pribadi ingin
mepromosikan tanaman lokal ini dan menantang
pemerintah untuk mengembangkan Hotong yang merupakan salah satu lambang dari pemerintah Kabupaen Bursel ini”, paparnya.
Untuk
diketahui,
Desember 2016 lalu, pangan lokal Hotong ini telah mengharumkan nama Kabupaten
Bursel. Dimana, atas capaian ratusan menu yang berhasil diciptakan dan
dipamerkan, Kabupaten Bursel berhasil meraih Rekor dari Museum Rekor Indonesia
(MURI). (SBS-02)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!