Namrole, SBS
Pihak Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buru Selatan (Bursel) memastikan
dari hasil pendataan yang dilakukan pihaknya dan dari laporan yang masuk dari desa
hingga Senin (5/6) diketahui tidak ada korban jiwa atas insiden banjir yang
menimpah wilayah itu, Jumat (2/6).
Menurut
Mahulauw, untuk rumah warga pun tidak ditemukan adanya kerusakan berat dan
hanya ada enam buah rumah warga yang mengalami rusak ringan saja.
“Dari
pendataan yang kami lakukan, tidak ada korban jiwa. Sedangkan, untuk rumah
warga yang mengalami rusak ringan itu hanya enam buah rumah. Jadi, tidak ada
yang rusak berat,” kata Keala BPBD Kabupaten Bursel, Awath Mahulauw kepada Suaraburuselatan.com
via telepon selulernya, Senin (5/6)
sore.
Kendati tak
menjelaskan secara rincih kerusakan dimaksud, tetapi Awath mengaku bahwa rumah
warga yang rusak itu tersebar di tiga Desa di Kecamatan Namrole.
“Enam rumah
yang rusak ringan itu terdiri dari tiga buah rumah di Desa Lektama, dua rumah
di Dusun Emori (Desa Namrinat-red) dan satu rumah di Desa Oki Lama berdasarkan
surat yang kami terima dari Pemerintah Desa Oki Lama,” urai Mahulauw.
Sementara
untuk rumah warga yang tergenang, diketahui berjumlah 11 rumah, yang tersebar
pada Desa Elfule dan Desa Waenono namun tidak mengalami kerusakan.
Mahulauw
mengaku bahwa saat kejadian banjir tersebut, warga yang mengungsi hanyalah
warga masyarakat Desa Waenono yang menempati Gedung Serbaguna Jemaat GPM
Waenono-Kamlanglale yang sementara dipergunakan sebagai rumah pastori jemaat
setempat.
Dimana,
mereka hanya mengungsi malamnya ke gedung gereja Imanuel Waenono-Kamlanglale,
tetapi ketika air surut, mereka pun kembali lagi ke tempat tinggal mereka.
“Jadi, hanya
malam hari itu saja mereka mengungsi dari Pastori ke Gereja, setelah air surut
tidak ada lagi yang mengungsi,” terangnya.
Kendati
telah mengantongi data jumlah rumah warga yang mengalami rusak ringan, tetapi
Mahulauw mengaku bahwa pihaknya belum memiliki anggaran untuk membantu
masyarakat yang mengalami kerusakan rumah tersebut.
“Akan
dibicarakan dan diambil langkah oleh pemerintah daerah, apakah ditampung di
dalam tahun ini (APBD-Perubahan) ataukah tahun 2018 (APBD), beta belum punya
kemampuan sampai disitu,” ucapnya.
Begitu pun
dengan bantuan sembako, Mahulauw memastikan bahwa wrga yang mengalami dampak
banjir, belum bisa mendapatkannya karena pihak BPBD masih menunggu laporan
resmi dari Pemerintah Desa yang warganya mengalami dampak banjir.
“Kalau untuk
bantuan sembako, sampai saat ini pendataan masih jalan dan belum bisa, karena
kita juga butuh surat dari desa yang lain lagi,” kata Mahulauw yang juga mantan
Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Bursel itu .
Dimana,
setelah adanya laporan dari Pemerintah Desa masih-masing, maka pihak BPBD akan
mencocokan laporan tersebut dengan data yang dimiliki oleh BPBD.
“Jadi,
sebelum inikan kita sudah turun ke lapangan, kita sudah tinjau semua desa dalam
Kota Namrole, khususnya dalam kota Kecamatan Namrole, itu kita sudah pantau
semua dan tinggal menunggu surat dari Kepala Desa masing-masing untuk kemudian
dicocokan dengan apa yang katong lihat di lapangan,” tuturnya.
Sebagaimana
diketahui, hujan deras mengguyur Kota Namrole dari pukul 09.00 WIT hingga pukul
21.35 WIT dan membuat resah masyarakat di daerah itu lantaran harus tetap
waspada atas kemungkinan banjir yang bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan
informasi yang berhasil dihimpun, banjir
itu menimpah puluhan rumah warga di Kota Namrole, banjir terparah berada di
Desa Waenono, tepatnya di seputaran Gedung Gereja Imanuel Waenono, dimana
ketinggian air mencapai dada orang dewasa.
Hal ini
disebabkan akibat meluapnya air dari aliran sungai sehingga mengakibatkan air keluar dari jalurnya dan memenuhi ruma-rumah
warga. Bahkan, Gedung Pemberdayaan Jemaat GPM Waenono yang ditempati oleh Ketua
Majelis Jemaat setempat, Pendeta Anita Mairima pun digenangi air hingga dada
orang dewasa sehingga warga jemaat setempat pun harus bergotong royong untuk
menyelamatkan barang-barang milik Pendeta Mairima ke tempat yang lebih amsn.
Tak hanya
sampai disitu, karena guyuran hujan yang tak henti, jemaat setempat pun
akhirnya harus berjaga-jaga di gedung Gereja setempat untuk mengantisipasi
meluapnya air banjir.
Selain itu,
banjir pun merendam puluhan kamar kos yang terletak tak jauh dari area
meluapnya aliran sungai tersebut sehingga memaksa warga untuk mengungsi
ketempat yang lebih aman.
Pantauan
media ini, banjir tak hanya terjadi di seputaran Desa Waenono saja namun, jalan
di Desa Lektama pun mengalami kebanjiran dengan debit air di atas lutut orang
dewasa. Bahkan, air yang mengenangi
jalan akses menuju Pandopo Bupati pun
sementara tidak bisa dilewati oleh kendarahan roda dua maupun roda empat.
Sementara
itu, disekitar kawasan Jalan Baru, Desa Elfule pun tak bisa di bendung derasnya
air yang turun dari hulu mengakibatkan beberapa rumah warga terendam dan
memaksa warga untuk mengunsi ke tempat yang lebih aman.
Banjir pun
terjadi di Desa Labuang, dimana lokasinya yang terendam air terjadi di sekitar
belakang Mapolsek Namrole.
Sedangkan,
dua rumah warga pun harus menyelamatkan barang-barangnya ke tempat yang lebih
tinggi lantaran genangan air setinggi lutut telah memasuki rumahnya. Kedua
rumah warga itu merupakan rumah milik keluarga Endik Tanamal dan keluarga Paulus
Latbual yang terletak di depan rumah Kepala Desa Labuang, Remsi Nurlatu.
Hujan yang
terus menguyur Kota Namrole tanpa henti membuat warga Namrole harus tetap
waspada, apalagi ditambah dengan padamnya listrik.
Namun,
kekuatiran masyarakat akan banjir yang lebih besar tidak terjadi, lantaran
sekitar pukul 21. 30 WIT, hujan pun berangsur redah dan air yang menggenangi
rumah warga pun berangsur-angsur turun. (SBS-01)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!