Perhelatan pesta
demokrasi di Maluku baru akan berlangsung Tahun 2018 mendatang. Namun, atmosfer
politik sudah terasa dengan meningkatnya suhu politik ke level selanjutnya.
Padahal, belum
ada partai-partai politik yang secara resmi merekomendasikan atau menetapkan
kadernya atau non kadernya secara resmi untuk maju sebagai calon Gubernur
Maluku. Kecuali, partai Golkar.
Karena, partai
Golkar tidak membuka ruang demokrasi sedikitpun bagi para kadernya apalagi non
kadernya untuk melakukan budayapolitik sehat dengan melakukan penjaringan bakal
calon di dalam internal partai beringin tersebut.
Partai-partai
politik di Maluku pada umumnya mempunyai mekanisme untuk melakukan beberapa
proses secara demokratis melalui beberapa tahapan. Kerena, pada hakekatnya
semua orang mempunyai hak yang sama untukmendaftarkan diri sebagai bakal calon.
Dan, saat ini baru selesai melakukan proses penjaring bakal calon. Termasuk
partai besar pemenang pemilu PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
Jadi, ini jelas
berbeda dengan partai Golkar yang seakan sudah kepanasan ingin segera
bertanding layaknya kuda liar yang kehilangan arah tujuan.
Dari beberapa
nama bakal calon Gubernur Maluku mendatang, nama Dr Tagop Soulisa SH, MT
(Bupati Buru Selatan) seakan cukup merisaukan Gubernur Maluku Said Assagaf yang
sudah resmi maju kembali sebagai calon 'tunggal' dari Partai Golkar.
“Walaupun,
banyak nama bermunculan sebagaibakal calon Gubernur Maluku. Tetapi, keberadaan
Bupati Buru Selatan cukup membuat Said Assegaf menunjukan sikap kekhawatirannya
secara langsung maupun tidak langsung,” kata tokoh muda Maluku Ricky Salakory
kepada SBS di Ambon, Senin (3/7).
Diantaranya,
lanjut Salakory, sikap yang tidakgentlemendari Said Assegaf benar-benar
terlihat saat tidak hadirnya Gubernur Maluku (Said Assagaf) tanpa alasan yang
rasional untuk membuka acara MTQ Tingkat Provinsi Maluku ke XXVII di Namrole,
Kabupaten Buru Selatan (Bursel beberapa waktu lalu.
“Dan, kita
sama-sama ketahui bahwa Kabupaten Buru Selatan yang menjadi tuan rumahnya.
Seharusnya, Gubernur Maluku bisa belajar dari jiwa kabaresi orang asli Maluku.
Sekalipun, Said Assagaf bukan orang asli Maluku, bukan berarti dia tidak boleh
belajar layaknya satria dari Maluku yang berjiwa besar berhadapan dengan
kompetitor politiknya,” papar Salakory.
Dengan, tidak
mau hadirnya Gubernur Maluku untuk membuka acara religius seperti MTQ tersebut.
Justru, itu menunjukan ketidak dewasaanya.
“Itu sama saja
Gubernur Maluku (Said Assagaf-red) telah melakukan bunuh diri politik. Maka,
dengan begitu bisa kita katakan bahwa Dr. Tagop Soulisa SH, MT sudah menang
sebelum bertanding,” tuturnya.(SBS-01)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!