Close
Close

Polisi Periksa Mama Seram



Namlea, SBS  
Lis Towely alias Mama Seram, kini diperiksa intensif di reskrimsus Polres Pulau Buru, menyusul tewasnya tiga penambang di paritan (lubang kodok) miliknya di kawasan Pagar Senk, tambang Gunung Botak, Kamis lalu akibat longsor.

Kapolres Pulau Buru, AKPB Adityanto Budi Satrio kepada wartawan melalui saluran telepon Minggu (5/8), membenarkan anak buahnya telah menjemput Mama Seram. Kemudian yang bersangkutan sedang diperiksa intensif di Mapolres.

"Kami sudah melakukan penjemputan Mama Seram dan langsung dilakukan pemeriksaan di Mapolres Pulau Buru. Yang jelas, kemungkinan besar Mama Seram ini akan menjadi tersangka dalam kasus penambangan liar dan kelalaian hingga menyebabkan korban meninggal dunia," jelas Kapolres.
Menyinggung lebih jauh soal Mama Seram, Kapolres mengungkapkan, kalau yang bersangkutan mengelola tambang emas dengan sistim domping di kawasan pagar senk itu seizin warga adat di sana yang mengaku sebagai pemilik lahan bernama Simantahe.

Lahan yang menyebabkan korban jiwa itu pernah digarap oleh pengusaha tambang asal Korea yang sering dipanggil Mr Kim. Namun entah kenapa,  Mr Kim hengkang dari lokasi itu dan ada yang memasukan Mama Seram.

Kapolres  menepis rumor yang beredar kalau tambang ilegal di lokasi pagar Senk itu dibacking aparat kepolisian.  Personilnya hadir di sekitar lokasi tambang hanya untuk pengamanan kamtibmas dan bukan untuk menjadi backing.

Sementara itu salah satu ahli waris pemilik pagar Senk, Ibrahim Wael menyesalkan tewasnya tiga penambang dan dua luka-luka di kawasan itu akibat tambang ilegal.
Akui dia, areal tambang yang diserobot oleh Mama Seram itu awalnya hendak dikelola keluarganya dengan investor dari Korea Selatan.

Bahkan sempat dilakukan kegiatan eksplorasi bebatuan di sana dengan seizin resmi dari Gubernur Maluku.
Namun saat ada aksi penutupan paksa penambangan tanpa izin (peti) pada bulan November tahun 2015 lalu, aktivitas eksplorasi di sana juga sementara waktu dihentikan, karena masih menunggu izin eksploitasi (izin pengolahan).

"Sudah mau masuk ke tahap olah dan kita sementara menunggu izinnya,"ungkap Ibrahim Wael.
Ia mengakui kalau ahli waris dari almarhum orang tuanya Raja Petuanan Kayeli, Abas Wael, baru tahu kalau ada oknum yang mengaku sebagai pemilik lahan lalu menyewakan areal itu kepada Mama Seram.

"Tunggu saja ade, kalau izin sudah lengkap, kita akan meminta aparat untuk menertibkan orang-orang di sana,"tutur Ibrahim Wael.

Sebagaimana diberitakan, tiga orang dilaporkan tewas di lobang Mama Seram, lokasi Pagar Senk,  Gunung Botak, akibat tertimbun longsor di paritan (lubang kodok). Dua lainnya ditemukan hanya menderita luka-luka.

Peristiwa naas yang menimpa empat penambang ini terjadi pada Kamis tengah malam, sekitar pukul 22.00 wit. Namun upaya evakuasi baru berhasil dilakukan setelah pukul 01.30 wit, Jumat dini hari (3/8).
Hanya sayang, dalam evakuasi itu ternyata dua nyawa penambang telah duluan melayang. Satu asal Tasikmalaya bernama  Ner 30, dan satu lagi penambang lokal dari Desa Skilale, Kec.Fenalisela, Luther Lehalima,43.

Sedangkan dua  hanya menderita luka-luka asal Tasikmalaya, bernama Bani,41, dan Aji,42. Kedua korban yang selamat kini sudah dirawat di puskesmas terdekat.

Kemudian ditemukan lagi di tkp pada siang hari, satu penambang asal Sukabumi, Jawa Barat, bernama Muhyi,30.

Korban tewas dengan muka terlihat kelihatan gosong, diduga akibat menghirup gas beracun dalam paritan (lobang kodok) saat terjadi longsoran yang turut menguburnya selama beberapa jam.

Kecelakaan itu sempat ditutup rapat oleh pemilik tambang ilegal yang diketahui bernama Lis Towely alias Mama Seram.
Namun pada Jumat pagi, sekitar pukul, 04.40 wit, setelah korban dievakuasi lewat jalur domping menuju Desa Debowae (Unit 18) ke Kompleks Haji Markus, salah satu pelaku pemodal tambang ilegal di Gunung Botak, baru tersiar khabar adanya kecelakaan di sana.

Dari berbagai keterangan yang berhasil dikumpulkan wartawan dan aparat keamanan di TKP menyebutkan, kalau sebelum kejadian, pada Kamis (2/8), sekitar pukul 21.45 wit, pekerja dompeng di paritan Mama Seram baru mematikan mesin tembak guna mencuci karpet.

Kemudian pekerja lainnya memasuki lokasi paritan (lubang kodok) untuk mulai menambang.
Namun naasnya, pada pukul 22.00 wit, tiba-tiba terjadi longsoran badan gunung hingga paritan (lubang kodok), sehingga penambang yang berada di dalam ikut tertimbun tanah dan bebatuan.
Usai longsoran, rekan-rekan korban lalu berusaha memberikan pertolongan. Paritan yang tertimbun mereka gali.

Upaya mengeluarkan para korban baru berhasil dilakukan selang beberapa jam kemudian.
Korban tewas bernama Naas disemayamkan di Desa Debowae. Sedangkan Luther Lehalima dibawa pulang ke kampung halamannya di Desa Skilale pada pukul 07.00 wit dan telah tiba di kampung halamannya.

Namun teman-teman penambang yang selamat di peristiwa itu baru sadar kalau Muhyi tidak ada bersama mereka. Muhyi sempat dikontak, namun HP nya sudah tidak lagi aktif.
Akhirnya dengan dibantu pihak kepolisian,  sejumlah penambang kembali ke TKP lubang Mama Seram.

Mereka lalu menggali di paritan yang tertimbun di tempat ditemukan para korban sebelumnya.
Jelang pukul 14.50 wit, akhirnya ditemukan jasad Muhyi. Korban lalu dibawa ke lorong Haji Markus di Debowae untuk disemayamkan dan dikuburkan di desa tersebut. (SBS-10)

Beri Komentar Anda

Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!

أحدث أقدم