Namrole, SBS
Forum Masyarakat
Adat Pulau Buru Bersatu (FOMABB) yang tergabung dari kumpulan sejumlah pemuda
yang terhimpun dalam menggelar aksi demo, Kamis (20/9).
Aksi demo itu
dilakukan bukan hanya di Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Kabupaten Buru
Selatan (Bursel), tetapi di kantor Bupati Bursel dan DPRD Bursel guna
memperjuangkan nasib anak daerah yang sering terabaikan dan diambil oleh
penduduk pendatang yang menjadi Kabupaten Bursel sebagai daerah Transit untuk
menjadi seorang PNS.
Pantauan media
ini, pendemo yang berjumlah kurang lebih 10 orang itu dipimpin oleh Maraden
Hukunala sebagai Koordinator Lapangan (Korlap).
Sebelum menuju
ke Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bursel, pendemo
yang menggunakan mobil Pick Up warna hitam dan dilengkapi dengan pengeras suara
dan bendera merah putih terlebih dahulu melakukan orasi mengelilingi Kota
Namrole, pusat Kabupaten Bursel.
Pada pukul 09.00
WIT, mereka tiba di depan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bursel, Maraden Hukunala dan orator lainnya, yakni Aser Biloro
kemudian secara bergantian berorasi di depan kantor tersebut.
Tak lama
berorasi, pendemo pun kemudian ditemui oleh Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bursel Ruslan Makatita dan dua stafnya. Pendemo
diundang untuk duduk di dalam kantor tersebut untuk menyampaikan aspirasi
mereka.
Kepada Kadis,
Maraden Hukunala mempersealkan proses perpindahan penduduk dari daerah lain
yang beberapa hari terakhir cukup marak mengurus perpindahan alamat domisili ke
Kabupaten Bursel dalam rangka mengikuti tes CPNS di Kabupaten Bursel.
"Jangan
sampai Kabupaten Bursel sebagai transit CPNS. Sebab, ada transit Passo untuk
terminal mobil, dan Kabupaten Bursel sebagai transit CPNS, yang kita kuatirkan
seperti itu,” kata Hukunala.
Meresponi apa
yang dipersoalkan oleh pendemo itu, Kadis mengaku bahwa sebagai aparat Negara
yang bertugas di dinas tersebut, pihaknya tidak bisa melarang setiap warga
Negara yang datang untuk pengurusan perpindahan penduduk dari daerah lain ke
Bursel.
"Kalau saya
membatasi atau melarang atau tidak melayani proses itu berarti saya menyalahi
aturan," kata Kadis.
Menurut Kadis,
sebagai pelayan masyarakat di Dinas tersebut, pihaknya harus melayani setiap
masyarakat yang datang melakukan pengurusan, asalkan apa yang menjadi syarat
pindah domisili sudah terpenuhi, termasuk surat domisili dari desa.
Tak lama di
kantor tersebut, pendemo pun kemudian melanjutkan aksi mereka di depan Kantor
Bupati Bursel, pada pukul 11.00 WIT.
Dalam aksinya
itu, pendemo menuntut janji politik Bupati Tagop Soulisa dan Wakil Bupati Ayub
Seleky saat kampanye akan memprioritaskan anak-anak daerah dalam seleksi CPNS,
namun janji politik itu sampai saat ini tidak direalisasikan.
Tak hanya itu,
pendemo juga menuntut pencopotan AM Laitupa dari jabatan sebagai Kepala BKD
Kabupaten Bursel. Sebab, menurut pendemo, jumlah kuota CPNS untuk Bursel
sebanyak 302 itu telah ada jatahnya dan sudah diatur dan sangat merugikan bagi
anak daerah.
Namun, setelah
berorasi sekitar 1 jam di depan kantor tersebut, ternyata tak ada pejabat
daerah, baik Bupati, Wakil Bupati maupun Sekda yang menemui mereka karena
ketiganya tak berada di tempat.
Mereka kemudian
mendapatkan informasi dari anggota Satpol PP Kabupaten Bursel yang melakukan
demo bahwa seluruh pejabat sedang berada di Kantor DPRD, mereka pun langsung
menuju ke kantor wakil rakyat itu untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Tiba di Kantor
Wakil Rakyat Buru Selatan itu, pendemo yang berjumlah 10 orang itu kembali
berorasi meminta wakil rakyat menemui mereka, namun tak satupun keluar menemui
pendemo.
Dalam orasinya,
mereka meminta DPRD melakukan fungsi pengawasan terhadap proses penerimaan CPNS
Bursel, agar lebih prioritaskan anak-anak daerah.
Pendemo
mengancam akan kembali dengan jumlah pendemo yang lebih banyak dengan
perwakilan dari seluruh 6 Kecamatan yang ada di Bursel.
Bahkan, salah
satu orator lainnya, Saiful Loilatu mengancam membakar Kantor DPRD jika
tuntutan mereka tak ditanggapi dengan serius. Tak hanya itu, aib anggota DPRD
Bursel pun akan dibuka agar masyarakat tahu.
Mereka
berkeinginan kuat untuk menemui Ketua DPRD Bursel, Arkilaus Solissa untuk
menyampaikan aspirasi mereka. Hanya saja keinginan mereka tak kesampaian
lantaran Solissa tidak berada di kantornya sehingga pendemo pun kemudian
membubarkan diri meninggalkan kantor tersebut dengan kecewa.
Sementara itu,
dari copyan pernyataan sikap yang didapati media ini dari pendemo, ada delapan
tuntutan yang ingin mereka samppaikan ke pemerintah daerah, yaitu :
Pertama,
Mendesak Pemda Bursel untuk memprioritaskan anak-anak darah untuk
berkompitisi dalam seleksi CPNS Tahun
2018 di Bursel;
Kedua, Menolak
proses pemindahan pendudukan daerah lain yang masuk di Kabupaten Bursel dalam
rangka mengikuti seleksi CPNS di Bursel;
Ketiga, Meminta
kepada DPRD Kabupaten Bursel untuk menggunakan fungsi pengawasan untuk memanggil Kepala BKD AM. Laitupa dan Kepala
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ruslan Makatita;
Empat, Copot
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil karena telah membiarkan proses
pemutasian penduduk dari daerah lain untuk masuk di Kabupaten Bursel hanya
untuk seleksi CPNS;
Lima, BKD harus
menutup ruang bagi penduduk luar yang datang hanya untuk seleksi CPNS;
Enam, Bupati dan
Wakil Bupati harus bertindak tegas bila perlu copot Kepala Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil dan kepala BKD
Bursel.
Tujuh, FOMABB
meminta kepada Pemda untuk melibatkan FOMABB langsung dalam mengawal dan
meneliti penduduk yang memiliki E-KTP asli di Bursel.
Delapan, Pemda
harus memperjuangkan nasib honorer untuk diangkat lewat K2;
Kesembilan,
Pemda dan DPRD agar menutup pintu perpindahan PNS dari Kabupaten lain ke Bursel
dan penambahan PTT dari luar daerah karena sangat merugikan anak daerah. (SBS/01)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!