Namrole, SBS
Salah satu peternak
Kepiting Bakau asal Desa Wamsisi, Kecamatan Namrole Kabupaten Buru Selatan
(Bursel) La Ampa meminta perhatian Pemda setempat untuk membantunya dengan
menyediakan bibit kepiting untuk dibudidayakan di dalam penangkaran miliknya.
La Ampa saat
ditemui media ini dilokasi perternakan, Senin (02/07) mengatakan saat ini bibit
kepiting tembakau sangat susah dan sulit didapatkan.
“Untuk bibit
kepiting sebelumnya kami cari dihutan bakau tapi sekarang sudah susah didapat,
makanya kami hanya berharap bantuan dari Pemda melalui Dinas Perikanan. Saat ini
sisa kepiting bakau hanya tinggal satu ekor,” ucap La Ampa sambil menunjukan
Seekor kepiting didalam penakarannya.
Disamping itu,
dirinya juga berkeinginan untuk membuat pagar untuk melindungi tempat penakaran
kepiting yang saat ini sudah mulai diganti dengan pembibitan ikan air tawar
akibat kekurangan bibit kepiting.
“Kami ingin
membuat pagar untuk melindungi area peternakan. Dari bak penampung ikan
sampai ke bak tempat pembibitan kepiting,”
ucapnya singkat.
Dirinya bercerita,
suka duka memelihara kepiting adalah terkendala biaya baik itu untuk
perawatannya maupun biaya untuk membeli makannya kepiting.
Namun, jika kepiting
yang dipeliharanya sudah mencapai masa panen akan dijualnya dengan harga
Rp.50.000 per kilogram.
“Kami kesulitan
di biaya di makannya. Kalaupun panen dijual Rp.50 ribu/kg kadangkala Rp.300
ribu, kadang kala Rp.200 ribu perhari, kadang kala juga habis semua. Ya hitung-hitung
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. tapi saat ini kepitng habis,” ujar
pria paru baya itu.
Dikatakan, budidaya
kepiting bakau ini sudah dilakoninya sejak 2016 silam dan pernah menerima
bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bursel.
“Pernah, itu
sudah lama. Bantuanya berupa peralatan pompa air. Kalau Kami tidak pernah ikut
pelatihan, dan kami tidak pernah dapat bantuan modal, hanya peralatan
saja," terang pria asal Sulawessi Tenggara. (SBS/02)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!