Namrole, SBS
Diduga kuat ada
kejahatan yang sengaja dipraktekkan oleh pihak PLN Namrole maupun Waesama
selama ini sehingga mengakibatkan kerugian bagi masyarakat di kedua Kecamatan
yang berada di wilayah Kabupaten Buru Selatan (Bursel) itu.
Meresponinya,
DPRD Kabupaten Bursel setempat pun melaksanakan Rapat Koordinasi dengan pihak
PLN Namrole dan PLN Waesama maupun sejumlah aktivis yang berasal dari
Pergerakan Mahasiswa Waesama (Permawa) di ruang Rapat DPRD, Jumat (16/1).
Dalam Rapat yang
dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Muhajir Bahta dan turut dihadiri oleh Kepala
PLN Rayon Namrole Sumardi Karim serta Kepala PLN Ranting Waesama Yusran Tualeka
itu dimanfaatkan oleh para wakil rakyat maupun aktivis untuk melontarkan
semprotan tajam kepada pihak PLN atas berbagai kejahatan dan masalah pelayanan
PLN yang masih terus menjadi keluhan di masyarakat.
“Minyak tiap
bulan itu masuk 80 ton di Ranting Waesama. Jangan sampai mereka jual. Ini
kecurigaan saya. Karena setiap bulan laporan pertanggung jawaban kepada
wilayah, area itu 80 ton. Tetapi sampai saat ini masyarakat tidak tahu bahwa
pemakaiannya dalam 1 bulan berapa liter. Tetapi ada pemadaman listrik dengan
alasan BBM habis,” kata salah satu perwakilan Permawa, Jumran Rumakat
diselah-selah rapat tersebut.
Ia mengaku
masyarkat Waesama sangat kecewa dengan kinerja Kepala Ranting PLN Yusran
Tualeka yang harusnya dicopot saja.
“Yang masyarakat
Waesama sampaikan bahwa Kepala Ranting Waesama itu harus dicopot. Itu harus di
copot,” tegas Rumakat sambil memukul meja dengan keras.
Apalagi,
lanjutnya, sesuai data yang dimiliki pihaknya, ternyata pelanggan atas nama
Ahmad Tukloy telah melakukan pembayaran secara berulang kali, yakni Rp.
2.500.000 ditambah Rp. 1.500.000 dan ditambah lagi Rp. 2.500.000, tetapi pihak
PLN tidak pernah melakukan pemasangan meteran listrik di rumahnya. Ironisnya
lagi, pemasangan baru akan dilakukan jika pelanggan ini membayar Rp. 1.000.000
lagi.
Tak hanya itu,
pelanggan lainnya atas nama Tarawia Rumakat pun sudah menjadi korban pemutusan
listrik sebanyak 2 kali lantaran tidak memiliki meteran. Padahal, pelanggan ini
sudah melakukan pembayaran berulang kali.
“Ini merupakan
bagian dari kebohongan pihak PLN,” tegasnya.
Kejahatan pihak
PLN ini pun diungkapkan perwakilan Permawa lainnya, Majid Takimpo.
“Sudah terjadi
pergantian kepala PLN berulang-ulang, tetapi sampai saat ini ada masyarakat
yang belum terdaftar sebagai pelanggan tetap. Padahal sudah dibayar
berulang-ulang. Contohnya Ahmad Tukloy. Ini masalah klasis yang harus disikpai
pihak PLN,” paparnya.
Tak hanya itu,
lanjut Majid, ada masyarakat yang sudah membayar rekening listrik sebelumnya,
tetapi ketika akan melakukan pembayaran rekening listrik berikutnya, ternyata
pihak PLN tidak mengakui kwitansi rekening listrik sebelumnya dan mengharuskan
masyarakat untuk membayar rekening listrik yang telah dibayar pada bulan
sebelumnya.
Terkait itu,
perwakilan Permawa lainnya, Anthon Warhangan meminta agar pihak DPRD dapat
segera mengeluarkan rekomendasi kepada pihak PLN agar memproses hukum
oknum-oknum nakal di PLN.
“Banyak
kronologis kejahatan PLN yang terjadi di Bursel. Saya minta pimpinan dan
anggota DPRD mengeluarkan rekomendasi agar bisa menjawab tingkat ketidak adilan
ini yang menjadi kejahatan penuh terhadap rakyat sehingga tidak terkesan besok
siapa pun yang menjadi kepala PLN di Bursel melakukan kejahatan yang sama,”
tegas Warhangan.
Desakan serupa
pun dilontarkan anggota DPRD dari Partai Berkarya, Usman G Latuwael.
“Kalau ada
nuansa pidana, maka saya minta kepada pimpinan untuk merekomendasikan kepada pihak
penegak hukum untuk menindak lanjuti moralitas pegawai PLN yang melanggar
aturan,” tegasnya.
Sebab,
menurutnya, perilaku-perilaku PLN yang menindas rakyat seperti ini tak boleh
ditolelir, tetapi harus disikapi serius dengan memproses mereka sesuai hukum
hingga di meja hijau.
“Saya tekankan
disini persoalan Waesama. Ini masalah penipuan. Yang bapak jelaskan solusinya
apa. Ini persoalan pidana, ketika air mata masyarakat bercucuran lalu terakhir
kita duduk. Ini persoalan pidana yang harus ditindaklanjuti,” paparnya.
Tak hanya
Latuwael, anggota DPRD lainnya dari Partai Nasdem Abdulgani Rahwarin pun berang
ketika melihat bukti kwitansi kejahatan oknum PLN terhadap masyarakat Waesama.
“Ini kurang ajar
betul,” kata Rahwarin sambil mengancam kalau dirinya tidak bisa menahan emosi,
maka Kepala PLN akan dipukulinya.
Sebab,
menurutnya, masyarakat sudah bersusah payah mencari uang hanya untuk memenuhi
kerinduan mereka agar listrik di rumah mereka bisa bernyala, namun kemudian
dijadikan bulan-bulanan kejahatan pihak PLN tanpa merasa berdosa.
Ia pun mengaku
merasa lucu, karena kendati pemadaman listrik sering terjadi. Namun masyarakat
tetap dibebankan dengan pembayaran rekening listrik yang cukup mencekik.
“Yang lucu
disini, kemarin satu dua bulan itu terjadi pemadaman. Kok PLN bergilir, tapi
pembayaran tidak bergilir, pembayaran tetap sama bahkan tinggi. Yang lucu PLN
tidak nyala tapi meteran tetap berjalan terus,” jelasnya.
Ia berharap agar
apapun masalah kelistrikan yang terjadi di PLN, harus pula diinformasikan kepada
pihaknya agar masyarakat pun tidak mempersalahkan pihaknya sebagai Wakil
Rakyat.
“Sekecil apa pun
masalah di PLN itu coba disampaikan kepada kami agar kami juga bisa
sosialisasikankepada masyarakat. Karena suka atau tidak suka, bapak enak, tapi
masyarakat selalu mempersalahkan kami, kami biking apa sampai sekarang PLN
sudah sakit lagi, kemarin sudah baik sekarang sudah sakit lagi,” tuturnya.
Sementara itu,
anggota DPRD dari Partai Golkar, Vence Titawael meminta agar persoalan listrik
di Kabupaten Bursel ini menjadi perhatian serius bersama semua pihak, termasuk
PLN.
“Di Kabupaten
kita ini masih bergelut dengan listrik, padahal program nasional pemerintah
Jokowi itu adalah Indonesia terang. Tetapi fakta hari ini di Kabupaten Bursel,
kegelapan melanda dimana-mana. Oleh karena itu, ini harus menjadi perhatian
seris kita bersama,” katanya.
Sebab, setelah
adanya pemadaman cukup lama di akhir tahun 2019 lalu, pihaknya telah berharap
agar tidak ada lagi masalah di tahun 2020 ini, namun nyatanya persoalan serupa
masih terjadi lagi.
“Kami berfikir
di Namrole ini malapetaka itu sudah berakhir di bulan Desember dengan pemadaman
yang selalu padam. Tetapi fakta hari ini juga mau dilakukan lagi pemadaman
secara bergilir,” ucapnya.
Ia heran, sebab
PLN selalu terkesan tidak memiliki langkah-langkah antisipatif dalam memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat sehingga pemadaman pun selalu saja
terjadi.
“Kami juga
mendapat laporan dari masyarakat di Waesama. Masa setiap hari lampu mati, masa
setiap saat lampu mati, tidak ada ada perbaikan, berbulan-bulan lampu mati.
Bagaimana kabupaten ini mau maju kalau modelnya seperti ini,” paparnya.
Selain itu,
dengan adanya pemadaman listrik yang sering terjadi, lanjut Titawael, pihaknya
sudah menyampaikan kepada pihak PLN Wilayah di Ambon untuk segera membayar
ganti rugi kepada masyarakat, namun sayangnya pembayaran ganti rugi pun belum
terealisasi hingga kini.
“Kami minta PLN
Namrole untuk melakukan ganti rugi, tapi sampai saat ini masyarakat belum
mendapatkan ganti rugi yang layak. Ironisnya malah sampai saat ini masyarakat
harus membayar lebih saat lampu sering padam,” tandasnya.
Keluhan pun
disampaikan anggota DPRD dari Partai Gerindra Moksen Solissa dan anggota DPRD
dari PPP Sadam Kadatua yang mengaku heran dengan proses penagihan listrik
selama ini. Mengingat kendati pun listrik sering padam dan petugas PLN tidak
melakukan pemotretan meteran listrik, tetapi tagihan listrik terkesan dinaikkan
sesuka hati dan membebani masyarakat.
Sedangkan,
anggota DPRD dari Partai Perindo, Yadus Lesnussa menilai pihak PLN selama ini
lalai memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat.
“Saya garis
bawahi disini bahwa bapak-bapak lalai dalam melayani konsumen, karena kalau
bapak-bapak lalai, maka kondisinya seperti ini, karena kalau mesin rusak,
kelalaiannya ada di PLN dan bapak sebagai pimpinan harus betanggung jawab,”
katanya.
Karena kondisi
yang merugikan masyarakat ini, maka harusnya pihak PLN di tingkatan atas
melakukan evaluasi dan mencopot Kepala PLN Ranting Waesama yang dianggab tak
memiliki kemampuan untuk memimpin.
“Kinerja bapak
perlu dievaluasi. Ini baru 3 tahun kerja di PLN sudah jadi pimpinan. Harusnya
dievaluasi, kalau bisa dicopot. Jangan anda membodohi rakyat Bursel dan kami 20
anggota DPRD disini. Kalau tidak mampu biking surat pengunduran diri. Anda
tidak punya kemampuan untuk dipakai, kemampuan anda tidak ada,” paparnya.
Sementara itu,
PLN Rayon Namrole Sumardi Karim merespon bahwa pihaknya siap mundur jika memang
ada bukti bahwa ada banyak orang yang dirugikan karena ulah pihaknya.
“Saya bersedia
diganti, siapa saja siap diganti bilamana terjadi kerugian-kerugian yang
dialami oleh orang banyak,” kata Karim.
Namun, ia
menegaskan bahwa tudingan adanya penjualan minyak oleh PLN ke pihak lain
sehingga terjadi pemadaman listrik tidaklah benar karena pihaknya punya data
yang bisa dipertanggung jawabkan dan kalau pun ada pelanggaran yang dilakukan,
pastinya akan dikenai sanksioleh tingkata yang lebih atas.
“Tetapi jujur
saja, tiap bulan tidak ada minyak yang dijual. Ada datanya semua. Kalau memang
ada yang menjual, tetap akan disanksi,” ucapnya.
Sementara untuk,
penormalan nyala listrik di Kecamatan Namrole, Karim belum bisa memastikannya,
mengingat adanya kerusakan mesin sehingga tidak semua mesin yang dioperasikan.
“Untuk normal,
kemarin kami sudah minta dynamo starnya. Karena dynamo starnya lagi bermasalah.
Barangnya kecil, tetapi sulit. Sebab, untuk diganti, kami sudah usulkan ke
wilayah dan wilayah proses ke pusat. Kita usahakan dan kita optimis lebih cepat
lebih bagus,” terangnya.
Sedangkan Kepala
PLN Ranting Waesama Yusran Tualeka mengaku bahwa pihaknya pun belum bisa
memastikan kapan pelayanan PLN di Kecamatan Waesama bisa normal kembali.
“Saya tidak bisa
pastikan kapan bisa menyalah, saya tidak bisa pastikan. Kalau ada yang bilang
menyala 1 Januari 2020, saya tidak pernah mengatakan demikian. Karena itu sama
saja saya menjerat leher saya sendiri,” ucapnya.
Ia menjelaskan
bahwa jika alat yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak sudah ada,
maka teknisi yang dimiliki pihaknya akan segera memasangnya dan
mengoperasikannya. Dimana, jika semua mesin yang berjumlah 5 buah sudah normal,
maka bisa dipastikan kebutuhan listrik masyarakat Kecamatan Waesama akan bisa
terlayani lebih baik.
Dimana, pihaknya
pun akan melakukan survey lagi kepada titik-titik di desa maupun dusun bagi
masyarakat yang belum teraliri listrik guna dicarikan solusinya.
Meresponi itu
semua, Ketua DPRD Muhajir Bahta pun menegaskan kepada pihakPLN agar bisa
secepatnya memperbaiki mesin-mesin yang rusak agar bisa menormalkan pelayanan
kepada masyarakat.
“Dari pihak PLN
harus mempercepat perbaikan mesin-mesin PLN agar listrik bisa normal kembali,”
tandasnya.
Selain itu, bagi
oknum-oknum PLN yang nakal selama ini, Bahta minta agar segera ditertibkan
sehingga tidak merugikan masyarakat maupun merusak citra PLN di mata
masyarakat.
“Dalam waktu
dekat harus memanggil ana-anak buah bapak itu untuk ditertibkan dan kami
berharap ketika ada pengaduan masalah harus direspon cepat,” ujarnya.
Ia mengaku,
pelayanan maksimal PLN sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga berbagai
kekurangan selama ini haruslah diperbaiki kedepannya yang tentu saja
membuuhkan partisipasi dan kepedulian semua pihak yang harusnya bersatu hati
membangun negeri ini kedepan agar lebih baik lagi. (SBS/01)
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!