Close
Close

Aksi Ke VII, Garda Ngotot KPK Tetapkan Tagop Tersangka

Jakarta, SBS 

Gerakan Pemuda (Garda) Buru Selatan (Bursel) sangat ngotot meneriaki agar Bupati Bursel, Tagop Sudarsono Soulissa dapat segera ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus gratifikasi yang sedang ditangani oleh KPK.

Atas sikap ngotot tersebut, Garda Bursel kembali mendatangi KPK untuk ke tujuh kalinya dalam aksi demo serupa, Kamis (6/8/2020).

Aksi dibawa kepemimpinan Hamis Souwakil sebagai Koordinator Lapangan (Korlap) itu dimulai pukul 10.00 WIB dan berakhir pukul 13.37 WIB.

Dalam aksinya itu, mereka datang dengan mobil pick up serta pengeras suara serta turut dikawal oleh organisasi Bupolo Fuka Masi. Bahkan spanduk bertuliskan KPK Segera Tetapkan Bupati Bursel, Tagop sebagai Tersangka turut dibawa serta oleh mereka.

Selain itu, sejumlah pamphlet pun turut dibawa oleh mereka, yang bertuliskan KPK Tingkatkan Status Hukum Tagop S. Soulisa Sebagai Tersangka, Mendukung KPK Usut Tuntas Dugaan Gratifikasi di Buru Selatan dan Meminta KPK Memanggil Kembalii Tagop S. Soulisa.

Mengiringi aksi demo itu, Garda Bursel turut memperdengarkan Mars Garda Bursel melalui pengeras suara yang merupakan ciptaan dan dinyanyikan sendiri oleh Abdul Karim Souwakil alias Bonu. 

“Bersama garda kita berjuang, berjuang, bergerak maju untuk perubahan, perubahan, singkirkan penghalang, robohkan pembatas, untuk Buru Selatan jaya. singkirkan penghalang, robohkan pembatas, untuk Buru Selatan jaya,” bunyi mars tersebut.

Sementara itu, sejumlah orator Garda Bursel turut ambil bagian dalam aksi itu guna meneriaki KPK agar segera menetapkan Tagop sebagai tersangka, yakni Hamis Souwakil, Faiz Lesilawang, Abdul Karim Souwakil alias Bonu dan Hamid Souwakil.

Hamis dalam orasinya mengatakan kedatangan pihaknya dalam aksi demo ketujuh ini masih terkait kasus gartifikasi Bursel dengan harapan Tagop dapat segera ditetapkan sebagai tersangka.

“Kedatangan kami ke KPK ini masih dalam tujuan yang sama, yakni skandal kasus gratifikasi yang terjadi di Kabupaten Bursel yang melibatkan Tagop Sudarsono Soulisa. Semoga perjuangan yang dituju ini mendapatkan jawaban sesuai harapan kita bersama,” kata Hamis yang langsung disahuti oleh pendemo lainnya dengan kata Setuju.

Menurutnya, sejumlah kontraktor yang telah diperiksa oleh penyidik KPK telah mengakui bahwa mereka pernah memberikan hadiah kepada Tagop. Artinya, Tagop merupakan aktor dalam kasus gratifikasi itu.

“Aktor dari seluruh pelanggaran hukum ini sudah nyata, Tagop Sudarsono Soulisa terlibat dalam kasus gratifikasi ini. Tagop adalah otak,” teriak Hamis sambil menambahkan, KPK panggil saja Tagop dan segera tetapkan dia sebagai tersangka.

Apalagi, lanjutnya, KPK telah mengantongi bukti yang cukup kuat untuk mentersangkakan Tagop dalam kasus tersebut.

Menurutnya, KPK bukanlah lembaga negara yang lemah untuk menuntaskan berbagai kasus korupsi termasuk di Kabupaten Bursel. Sebab, jika mantan Ketua DPR RI Setyo Novanto pun tak lolos dari jeratan KPK atas kasus korupsi, maka pejabat daerah sekelas Tagop tak sulit untuk dijerat oleh KPK jika benar-benar terbukti melakukan praktek korupsi di Kabupaten Bursel.

Olehnya itu, Ia yakin bahwa pada saatnya nanti, pihaknya akan turut melihat Tagop keluar dari Gedung KPK dengan jaket orange KPK karena ditetapkan sebagai tersangka.

“Kami akan menyaksikan Tagop Sudarsono Soulisa keluar dari pintu KPK dengan jaket orange KPK,” ucapnya sambil disahuti kata betul oleh rekan-rekannya.

Sebab, tambahnya, jika Tagop benar-benar bersalah dalam kasus gratifikasi ini, maka sudah sepatutnya KPK segera mengenakan jaket orange KPK kepada Tagop.

Sementara itu, orator lainnya Bonu Souwakil, saat berorasi mengatakan kedatangan pihaknya untuk ketujuh kalinya di gedung KPK memiliki maksud yang sama seperti kedatang-kedatang sebelumnya, yakni menginginkan agar KPK dapat menegakan supremasi hukum dan secepatnya menetapkan Tagop sebagai tersangka.

Dalam orasinya itu, ia turut menyanyikan yel-yel Garda Bursel, yakni Tangkap, tangkap segera, KPK Tangkap Pak Tagop saja.

Ia turut mengajak para pendemo lain untuk turut serta melantunkan yel-yel tersebut secara bersama-sama.

Lanjut Bonu, jika nantinya KPK terlambat menetapkan Tagop sebagai tersangka dan belum menangkapnya, maka ditakutkan Tagop akan berupaya keras untuk menyelamatkan dirinya dalam kasus ini dan melakukan praktek-praktek serupa karena tidak ada efek jerah yang ia dapatkan.

“Jika terlambat menanggkap Tagop, maka dia menciptakan inkubasi-inkubasi hukum untuk menyelamatkan dirinya dan mempermulus kejahatannya, maka dia harus segera ditangkap dan diadili sesuai kasusnya,” paparnya.

Menurut Bonu, jika keluarga besar KPK ingin masuk surga, maka sudah sepatutnya menegakan keadilan hukum dengan segera menangkap Tagop.

“Tangkap Pak, kalau Bapak mau masuk surga, tangkap,” tegasnya.

Jika tidak segera ditangkap, lanjut Bonu, aksi-aksi demo seperti ini akan bersambung pada episode-episode berikutnya.

Apalagi, lanjutnya, kasus gratifikasi hanyalah mukadimah dari berbagai rangkaian kasus lainnya yang bertumbuh subur di Kabupaten Bursel.

“Itu gratifikasi mukadimah, nanti bapak-Bapak kami datangi, bawa kasus yang lain lagi,” ucapnya.

Tambahnya lagi, bulan Agustus merupakan bulan kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi hingga kini rakyat Bursel belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.

“Kemerdekaan yang hakiki ialah kalau Tagop ditangkap,” teriaknya.

Di tempat yang sama, orator lainnya, Hamid Souwakil dalam orasinya menduga kasus gratifikasi yang ditangani KPK benar-benar melibatkan Tagop sebagai pihakyang harus bertanggung jawab sesuai hukum yang berlaku.

“Kami menduga kasus gratifikasi yang melibatkan Bupati kami Bapak Tagop Sudarsono Soulisa adalah benar, karena faktanya pembangunan dan kebijakan yang dilakukan oleh yang bersangkutan di daerah kami sangat amburadur,” paparnya.

Ia turut menyentil soal proyek pembangunan Kantor DPRD Kabupaten Bursel yang sempat dibangun, namun diduga bermasalah dan dilakukan pemutusan kontrak dengan kontraktor dimaksud, tetapi anehnya pekerjaan proyek tersebut dilanjutkan lagi dengan mempercayakan kontraktor yang sama.

“Dugaannya ada feenya, ada dugaan gratifikasi di proyek itu,” paparnya.

Menurutnya, korupsi haruslah dilawan dengan memberikan efek jerah bagi para pejabat yang korup dan tidak membiarkan para pejabat korup ini berlaku korup seenaknya.

“Harus ada efek jerah bagi pejabat yang korupsi,” pintanya.

Iapun berjanji bahwa aksi demo yang dilakukan tidak akan berhenti jika Tagop tak segera ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap.

“Mudah-mudahan menjadi perhatian serius pimpinan KPK,” tegasnya.

Sementara orator berikutnya, Faiz Lesilawang dalam orasinya meneriakan bahwa kedatangan pihaknya ke KPK untuk meneriaki KPK agar segera menetapkan Tagop sebagai tersangka.

“Tagop Sudarsono Soulisa harus ditangkap, betul teman-teman,” teriaknya sambil disahuti kata betl oleh teman-temannya.

Menurutnya, jika KPK bisa konsisten dalam menangani berbagai kasus di Negara ini, termasuk kasus mantan Ketua DPR RI Setyo Novanto, maka konsistensi itu pun diharapkan rakyat Bursel dari KPK dalam penanganan kasus gratifikasi Bursel.

“Untuk seorang Tagop Sudarsono Soulisa, kami memberikan tantangan kepada Firli Bahuri untuk segera menangkap Tagop Sudarsono soulisa,” tandasnya.

Lanjut Faiz, pihaknya tidak main-main dalam aksi demo yang dilakukan.

“Kami tidak main-main, biarkan apa kata mereka, biar kapila menggonggong tapi semangat ini  tidak akan runtuh dan rontok dengan pendekatan-pendekatan politik dan pendekatan kekeluargaan,” paparnya.

Bahkan, ia pun nekad jika Tagop harus memindahkan sejumlah keluarganya yang adalah ASN lantaran dirinya turut meneriaki KPK agar segera menetapkan Tagop sebagai tersangka.

“Jangan berjuang setengah-setengah,” paparnya.

Menurutnya, sebagai rakyat Bursel, sudah sepatunya kita semua tidak berkompromi dengan para pelaku korupsi.

“Yang salah harus tetap salah, yang benar tetap benar, bukan menjilat kesana kesini untuk mendapatkan paket proyek,” paparnya.

Ia mengaku sangat prihatin, karena ternyata masih ada pemuda dan mahasiswa di Kabupaten Bursel yang mau berkompromi dengan kasus gratifikasi ini lantaran berharap proyek dari Tagop.

“Paket Rp. 1000, Rp. 2.000, paket Rp. 100 juta, paket jalan setapak untuk penjilat di Bursel,” tuturnya. (TIM)

Beri Komentar Anda

Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!

أحدث أقدم