Namrole, SBS |
Para pramuria ini saat ditemui oleh awak media mengaku sangat berdampak jika kondisi ini terus berlanjut, sebab dengan kondisi susah saat ini, mereka tidak bisa mendapatkan uang untuk makan dan hanya bergantung kepada bos Kafe.
"Aktifitas kita makan tidur saja dan tidak bisa menghasilkan uang. Kita sudah tidak bisa membiayai anak kita yang ada di kampung. Jangankan kirim uang ke anak di kampung, uang makan saja kita bergantung kepada bos," ucap Enjel, salah satu pekerja di Kafe Kecil kepada wartawan di Namrole, Jumat (25/2/22).
Ia menyesalkan, kenapa Kafe di Namrole saja yang ditutup, sementara rumah makan dan tempat-tempat umum lainnya beroperasi seperti biasa.
"Yang kami sesalkan kenapa di Kafe saja, kami juga butuh makan dan kirim ke anak kami," tambahnya.
Keluhan juga disampaikan Putri, salah satu wanita di Kafe AXA yang sangat berharap Kafe dapat segera dibuka walaupun nanti ada pembatasan jam opersionalnya.
"Kami harap cepat dibuka saja karena kami kesulitan," kata Putri.
Sementara Win yang bekerja di Kafe Cendana juga berharap agar Pemda Bursel kembali mengijinkan Cafe untuk beraktifitas seperti biasa.
"Kami hanya ingin cepat dibuka saja. Cuma di Namrole yang tutup, padahal di Ambon dan Namlea juga tidak tutup," jelasnya.
"Makan saja bos yang kasih, tidak dapat kirim ke anak juga. Kalau memang karena Covid, seharusnya penerapan surat edaran itu juga sama ke rumah makan dan tempat ramai lainnya. Kalau ditutup kami harus diberi bantuan dan tunjangan seperti kondisi Covid tahun-tahun lalu," sambungnya.
Sebagai orang perantau, dia berharap, Pemda Bursel bisa melihat hal ini dari segi kemanusiaan.
"Kami disini 7 orang dan sudah di vaksin, semua permintaan Pemda kami ikut, hanya penutupan ini yang bikin kami susah. Kami sangat berdampak apalagi kondisi susah saat ini, kita ini perantau jangankan beli pulsa makan pun susah dan bergantung kepada Bos," ungkapnya.
Sedangkan Popi, penanggung jawab Cafe N1, turut merasakan dampak yang luar biasa atas penutupan kafe miliknya.
Pihaknya berharap Bupati Bursel, Safitri Malik Soulisa dapat melihat masalah ini dari segi kemanusiaan dan dapat kembali memberikan ijin agar kafe dapat beroperasi seperti semula.
"Kami juga punya keluarga, ada yang harus kami hidupi. Kami juga bayar pajak dan ijin kami lengkap. Kalaupun ditutup sementara, seharusnya itu berlaku juga ke tempat - tempat ramai lainnya karena pajak terbesar juga bersumber dari di Kafe," pungkasnya.
Keresahan ini juga turut dirasakan Tuti, pemilik Rumah makan di sekitar Kafe.
"Sangat berdampak," tandasnya.
Informasi yang berhasil dihimpun, dari sejumlah kafe yang diminta untuk ditutup sementara, dua kafe yakni N1 dan Kafe LL dipalang oleh anggota Satpol PP karena didapati melanggar surat edaran Bupati Bursel. (OR/01)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!