Namrole, SBS
Menurut sumber yang juga orang dekat dengan Souwakil ini bahwa apa yang disampaikan Souwakil dalam screen chat yang diduga milik Kadis itu ternyata hanyalah pembelaan saja dan apa yang disampaikan itu adalah pembohongan kepada Bupati Safitri.
"Pak Kadis itu dia banyak bicara parlente. Kadis su (sudah) takut lalu bicara parlente par bupati padahal z (seng/tidak) ada operasi pasar, cuma katong (kita) hanya awasi BBM jenis Mitan yg (yang) ada di pihak pangkalan," ujar Sumber kemarin.
Menurut Sumber, Kadis Hamis Souwakil tidak pernah terjun langsung melakukan operasi pasar. Kalaupun ke pasar hanya untuk bermain Catur meskipun disaat jam kerja kantor.
"Kadis itu parlente, seng (tidak) pernah antua mau turun operasi pasar antua pung tampa itu sja (saja) dr (dari) rumah ke kantor Bupati lalu dr (dari) kantor bupati ke pasar for (untuk) main catur. Jd (jadi) yg (yang) selalu turun untuk cek harga barang hanya staf. Jadi antua punya pernyataan itu parlente," bongkar Sumber.
Sementara Kadis Perindag Bursel, Hamis Souwakil yang di konfirmasi terkait apa yang dibongkar orang dinas Perindag, enggan berkomentar banyak.
Bahkan saat dikonfirmasi terkait tidak beroperasinya APMS di desa Labuang pada hari Minggu (25/9/2022), Souwakil mengatakan bahwa di Bursel ini hanya ada APMS dan belum ada SPBU.
Saat ini kata Souwakil, kondisi kebutuhan masyarakat semakin meningkat maka jam operasional operasional dua APMS sudah di atur dari pukul 08.00 WIT sampai pukul 20.00 WIT (8 malam).
"Di Bursel ini baru ada APMS belum ada SPBU. Jadi waktu kerjanya sudah diatur jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Karena kebutuhan masyarakat meningkat maka Disperindag sudah buat rapat dengan pemilik APMS di Namlea dan hasilnya jam kerjanya ditambah sampai jam 8 malam (dalam waktu dekat ini akan jalan)," kata Souwakil.
Untuk tudingan kepada Kadis yang lebih mementingkan bermain catur ketimbang mengerjakan kerjaan kantor, Souwakil berkilah bawah dirinya sebagai Ketua Pencab Percasi saat ini sedang mempersiapkan atlit untuk mengikuti Popmal di Ambon.
"Terkait dg (dengan) main catur saya sbgai (sebagai) ketua Pencab Percasi Bursel yg (yang) PD (pada) saat sekarang sedang mempersiapkan Atlit untuk mengikuti Popmal di Ambon. Jadi apa salahnya kalau diwaktu istirahat melihat atlit2 (atlit-atlit) di lapangan," tangkis Souwakil.
"Dan perlu diketahui dalam waktu dekat ini semua Atlit dari Pencab2 (pencab-pencab) akan dikarantina kan. Jadi kegiatan ini TDK (tidak) membuat Kadis meninggalkan tugas2 (tugas-tugas) pokok di Dinas," sambungnya.
Ditanya terkait penutupan APMS di Desa Labuang pada hari Minggu yang mengakibatkan antrian panjang terjadi di APMS Lektama, Souwakil hanya menjawab akan didiskusikan besok di Kantor.
"Katong (kita) diskusi di kantor besok," tutupnya.
Informasi yang berhasil dikumpulkan, penutupan APMS di Desa Labuang karena mereka sudah menjadwalkan untuk hari Minggu mereka libur.
"Ada minyak tapi hari minggu dong tutup," ucap salah satu tukang ojek di samping APMS Labuang.
Sementara manager APMS Labuang, Jumali saat ditelepon wartawan tidak menjawab. Di dalam APMS pun tak terlihat aktifitas apa-apa.
Diberitakan sebelumnya, karena Panik, Kadis Perindag Bursel Lakukan Pembelaan Ke Bupati Safitri.
Pembelaan ini setelah pemberitaan tentang larangan penjualan BBM jenis Pertamax (BBM non Subsidi) oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kabupaten Buru Selatan (Bursel), yang mengakibatkan ekonomi masyarakat Bursel memburuk, Kadis Disperindag, Hamis Souwakil lakukan pembelaan ke Bupati Bursel, Hj. Safitri Malik Soulisa.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, pembelaan Souwakil itu di duga disampaikan Souwakil ke Bupati Hj. Safitri Malik Soulisa melalui pesan Wahtsapp yang kini tangkapan chat yang diduga dikirim Kadis Perindag itu telah beredar sampai ke tangan wartawan.
Dimana dalam tangkapan chat itu, Souwakil melaporkan bawah saat ini pihaknya sedang melakukan Operasi Pasar terutama penertiban ketersediaan stok dan HET BBM serta Mitan yang sering terjadi penimbunan dan harga yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah.
Bahkan dalam laporan itu, Souwakil menuding ada oknum wartawan yang menyebarkan isu bahwa Disperindag telah membunuh perekonomian masyarakat.
Saking gelisahnya terhadap berita tersebut, Souwakil juga menyampaikan bahwa dirinya telah melaporkan oknum wartawan yang menulis berita tentang larangan pengecer menjual BBM ke Polres Bursel.
"Untuk itu ijin ibu bupati, yang bersangkutan sudah saya laporkan di Polres Bursel untuk dimintai pertanggung jawabannya," demikian kutipan screenshot chat yang diduga milik Kadis Perindag Bursel itu.
Dari tangkapan chat ini, Kadis Disperindag Bursel, Hamis Souwakil diduga telah ditegur oleh Bupati Bursel, Hj. Safitri Malik Soulisa karena kebijakannya melarang pengecer menjual BBM jenis Pertamax ditengah kondisi daerah yang sedang sulit.
Sebab, dengan kebijakan melarang BBM jenis Pertamax dijual oleh pengecer, maka secara otomatis Disperindag telah memutus lapangan kerja yang sudah lama ditekuni oleh masyarakat. Bahkan, akibat kebijakan tersebut, kehidupan ekonomi masyarakat semakin terjepit.
Namun dari laporan tersebut, kebijakan terkait HET BBM yang dikumandangkan Kadis Perindag Bursel belum juga muncul sebagai patokan harga bagi masyarakat Bursel.
Terhadap larangan penjualan Pertamax oleh pengecer, mengakibatkan pemerintahan Bupati Buru Selatan (Bursel), Safitri Malik Soulisa dan Wakil Bupati, Gerson Eliaser Selsily tercoreng atas ulah Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bursel, Hamis Souwakil.
Sebab kebijakan Kadis Perindag dengan melarang BBM jenis Pertamax di jual oleh pengecer telah mencekik perekonomian masyarakat yang mencari keuntungan seribu dua ribu dari penjualan tersebut.
Tak hanya pengecer yang terdampak tetapi pengguna kendaraan roda dua dan roda empat juga terkena dampak. Bahkan masyarakat resah dengan larangan ini.
Kadis Perindag, Hamis Souwakil yang berpapasan dengan sejumlah wartawan di APMS Desa Lektama, Kecamatan Namrole sengaja menghindar dan banyak beralasan saat disambangi wartawan.
Sebab, saat ditanya terkait kebijakannya melarang pengecer menjual BBM jenis Pertamax, Souwakil yang adalah mantan kepala sekolah ini dengan lantang mengatakan bahwa pengecer siap-siap gulung tikar.
"Pengecer siap-siap gulung tikar," ucap Souwakil.
Dia menyampaikan kalau masyarakat ingin membeli minyak harus ke APMS dan mengantri. Tapi pernyataan Souwakil ini terkesan ambigu dan tidak berpihak kepada masyarakat jika diliat dari realita yang ada di kabupaten Bursel.
Sebab faktanya, APMS yang menjual BBM di Kecamatan Namrole ada dua (desa Labuang dan desaLektama), tetapi dua APMS ini tidak beroperasi full selama 24 jam karena tidak ada depot di Bursel jika kedua APMS itu kehabisan stok BBM.
"Nanti APMS layani terus dan mereka punya bos sudah setuju," tangkis Souwakil.
Saat di berondong dengan sejumlah pertanyaan terkait AMPS yang ada di sejumlah kecamatan lain, Souwakil mengaku belum ada laporan dari Camat yang masuk ke pihaknya.
"Fena Fafan itu ada APMS dan belum ada laporan dari camat yang masuk," ujarnya.
Pernyataan Souwakil ini menandakan dirinya tidak mampu menguasai kondisi daerah, sebab APMS di kecamatan Fena Fafan sebelum dia (Souwakil-red) menjadi Kadis pun APMS itu hanya nama tanpa fungsi.
Ketika sejumlah wartawan meminta untuk bertemu di kantornya, Souwakil cepat-cepat berkilah bahwa dia tidak bisa ditemui karena akan melakukan pertemuan dengan Wakil Bupati Bursel, Gerson Eliaser Selsily.
Saking paniknya, Souwakil pun bergegas menyalakan motornya dan berlalu meninggalkan APMS sampai lupa membayar minyak yang baru diisinya.
Namun saat dilakukan kroscek ternyata Souwakil hanya beralasan untuk menghindari wartawan karena sesungguhnya, Souwakil tidak mengikuti pertemuan dengan Wakil Bupati, tetapi di wakili oleh pejabat lain dari Disperindag.
Sikap yang ditunjukan Souwakil ini tidak mencirikan putra daerah yang cinta Bursel. Sebab saat ditempatkan sebagai seorang pemimpin di Dinas Perindag untuk membantu Bupati Safitri Malik Soulisa dan Wakil Bupati Gerson Eliaser Selsily dalam membenahi perekonomian di Bursel, Souwakil justru memangkas lapangan kerja yang sudah lama ditekuni oleh sejumlah masyarakat Bursel.
Bahkan, sebagaimana visi misi Bupati Bursel, Safitri Malik Soulisa dan Wakil Bupati Bursel, Gerson Eliaser Selsily (SMS-GES) untuk menciptakan 5000 lapangan kerja (Janji Politik saat Pilkada), Souwakil justru mengkebiri lapangan kerja yang sudah ada dengan kebijakannya yang tidak pro kepada masyarakat ditengah kondisi daerah yang sedang sulit.
"Dia itu tidak layak jadi Kadis. Harusnya dengan kondisi daerah yang sulit saat ini bisa dibijaki. Kadis Perindag mestinya mampu mendukung pemerintahan SMS-GES dengan menciptakan lapangan kerja bukan menghilangkan yang sudah ada," ujar salah satu warga yang enggan namanya disebut, Rabu (21/9/2022).
Warga ini menegaskan, seharusnya Kadis Perindag berkaca kenapa banyak warga Bursel yang hijrah meninggalkan Bursel. Salah satu faktornya adalah lapangan kerja yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bursel.
"Sekarang saja ribuan orang sudah tinggalkan Bursel. Buat kebijakan itu lihat kondisi daerah, bukan asal suka yang pada akhirnya masyarakat yang jadi korban. Pemerintah hadir bukan untuk menyusahkan masyarakat. Di kota kota lain saja ada pengecer," tandasnya.
Sementara pantauan wartawan di lokasi APMS Desa Labuang, setelah pukul 17.25 WIT, APMS tersebut sudah tidak melayani kendaraan untuk pengisian BBM.
Ini menandakan bahwa pernyataan Kadis Perindag kalau APMS akan melayani full ternyata hanya omongan semata. Sebab terbukti APMS hanya melayani sampai pukul 17.25 WIT. (TIM)
إرسال تعليق
Mohon berkomentar dengan attitude yang baik...
Dilarang menggunakan Anonymous !!!